Translate

Jumat, 23 Oktober 2009

Minggu, 18 Oktober 2009

Indonesia diving | Wakatobi scuba diving | Wakatobi diving | wakatobi resort | Indonesian Archipelago |Tukang Besi National Marine Park

http://www.divingworld.co.uk/indonesia-wakatobi.html
Menyimpan sejuta rahasia keindahan alam bawah laut....

JALAN CINTA PARA PEJUANG

Rating:
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Salim A. Fillah
Kutipan salah satu bab dari buku ini....

Mencintai Sejantan Ali


kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
selamanya memberi yang bisa kita berikan,
selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.

-M. Anis Matta-

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada
siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi
yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya,
ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu
hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang
dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh
cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah
ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis.
Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian
oleh kaumnya!

Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di
sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan
tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik
mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu
kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang
tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah
dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya
dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa
sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan;
Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena
merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr
lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti
’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak
tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi
dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti
maut di ranjangnya..

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak
tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan
Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn
Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak
kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim
yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab,
keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang
dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar,
insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin
dari keluarga miskin.


”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu
Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau
mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap
di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus
menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur,
datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan
perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum
muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat
syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn
Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu
juga datang melamar Fathimah.

’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan
Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang
menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang
menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang
mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali
mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama
Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk
bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi
Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar
melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam
kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu
’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.
Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit
pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia
thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin
isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa
henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”


’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari
semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap
menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh
lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan
untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta
untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau
mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga
ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti
’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti
Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy
itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu
sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya
’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi
ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan
dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan
elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh
semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman
Ansharnya itu membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat,
engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”


’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri,
disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia
tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada
satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk
makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia
siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.

Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap
memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah
Maha Kaya.


Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang
bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan
selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat
penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk
menjawab. Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak. Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang
tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera
tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu
saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya.
Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya
berarti ya!”


Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi
berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar,
dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan
janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki
yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan
semua perasaan dengan tanggungjawab.

Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia
mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah
pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya.

Cinta emosional kawan,
membuat kita nyaman berada dalam lingkaran syaithan
mencecap banyak haq tanpa berani mengambil kewajiban yang (harusnya)
menjadi bayaran atasnya
maka ia hanya kan jadi bayang-bayang tanpa iman,
yang menunggu datangnya kekecewaan

Namun cinta rasional,
Ia peka. Ia gelisah. Ia tak nyaman dengan segala ketergantungan.
Ia takut pada Rabbnya.
Maka ia bergerak, berderap, melaju
melesat melebihi tenaga yang ia miliki
karna yang ia tahu hanya satu,

Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggungjawab atas
setiap perasaan kita.

Rabu, 07 Oktober 2009

MUSYAWARAH KERJA EHSA

Start:     Oct 9, '09 2:00p
Location:     Hotel Salak The Heritage Bogor Indonesia

Environmental Health Specialist Association Indonesia - About US

http://www.ehsaindonesia.or.id
It's all about our association.....
Lets us introduce our association.....
are u environmental health specialist?? join with us!!

Selasa, 06 Oktober 2009

Maaf......Cinta mu PALSU, kawan!!!

Kata cinta mu palsu kawan,
nafsu telah membutakan mata hatimu....

Kata cinta mu imitasi kawan,
nafsu telah menguasai dirimu....

Kata cinta mu hambar kawan,
diumbar dan tak berarti....

Kata cinta mu tak tulus kawan,
kau harap balasan dan takut patah hati....

Cinta mu palsu, setia mu hanya sebatas kerongkongan...

Cinta perlu bukti!
Cinta tak butuh kata-kata membuai mimpi
Cinta tak butuh pernyataan tanpa ruh
Cinta tak butuh diumbar
Cukup buktikan....
Cinta itu memberi tanpa mengharap balasan
Cinta itu berkorban dengan tulus
Cinta itu tak pernah menuntut...hanya ingin memberi yang terbaik....hanya ingin berbuat yang terbaik....

Kau bilang mencintai Allah tapi kau lalaikan perintahnya...kau kerjakan hal2 yg dibenciNYA... malammu kau habiskan tuk sibuk memadu kasih dengan yang lain, siangmu kau habiskan tuk mengejar dunia....

Di 2/3 malam saat Allah menanti kunjunganmu kau malah asik terlelap dalam buaian mimpi tentang gadis/ pemuda yang sebelumnya sibuk kau telpon dan sms...

kau bilang kau kekasih Allah tapi kau lebih memprioritaskan yang lain....

Kau bilang merindukanNYa tapi panggilannya tak kau gubris segera, kau tunda2 pertemuan denganNYA, 

Stiap hari kau mengucap janji setia dengan syahadatmu namun stiap hari pula kau duakan Dia dengan harta, tahta, dan wanita....


Ia melarangmu mendekati zina namun kau lakukan zina mata, zina lidah, zina hati dan zina2 lainnya....

Zina mata adalah memandang (meski hanya foto sekalipun)....zina lidah adalah ucapan (lisan maupun tulisan)....zina hati adalah membayangkan dan menginginkannya....tak kau sadari kah itu?
Kau ucap kata cinta padaNYA tapi kau umbar kata2 cinta teruntuk seseorang yg bukan mahrammu.... pantaskah kata cintamu itu dipercaya kawan??


Kau bilang mencintai Rasulullah, tapi sunnah nya tak pernah kau pedulikan...., bahkan terkadang kau tentang...., kau ambil tauladan dari yang lain padahal jelas2 ia teladan yang sempurna....

Kau bilang mencintai Al-Quran tapi membacanya saja kau enggan....,
kau bilang mencintai firman Allah tapi mengkajinya saja kau malas,
kau bilang mencintai Kitabullah tapi kau lebih memilih membaca novel, komik, atau buku2 ilmiah daripada membaca Kitab Suci...
Jangankan tuk membaca lantunan ayat2 suci dengan indah, tuk mengucap ayat2nya saja lidahmu terasa kelu karna tak biasa, .... Hey...cinta macam apa itu??
Kau habiskan bacaan novel setebal 500 halaman hanya dalam 3 hari, tapi tuk membaca satu juz (20 halaman) Quran dalam satu hari pun kau anggap berat.... itu kah yg kau anggap cinta??


Kau bilang mencintai ibumu, kau bilang mencintai ayahmu, tapi kau bantah perintahnya....,
Kau bilang mencintai ibumu, kau bilang mencintai ayahmu, tapi kau sering menyakiti hatinya.....,
Kau bilang mencintai ibumu, kau bilang mencintai ayahmu, tapi tak pernah kau indahkan setiap nasihatnya.....,
Kau bilang mencintai ibumu, kau bilang mencintai ayahmu, tapi kau bahkan lupa menyebut nama mereka dalam stiap doamu....,
Kau bilang mencintai ibumu, kau bilang mencintai ayahmu, tapi kau buat mereka menangis
Kau bilang mencintai ibumu, kau bilang mencintai ayahmu, tapi kau seringkali membohonginya....,
Mana bukti cintamu, kawan???


Kau katakan mencintai dakwah, tapi kau tak mau berkorban waktu tuk sekedar menghadiri agenda pekanan....
Kau katakan mencintai dakwah, tapi kau tak mau berkorban waktu tuk sekedar menghadiri syuro.....
Kau katakan mencintai dakwah, tapi tak ada usaha tuk mencari peluang amal, tuk mencari tempat tarbiyah, tuk mencari orang2 tuk ditarbiyahi....
Kau katakan mencintai dakwah, tapi kau tak mau berkorban waktu tuk sekedar mengisi mentoring dan halaqah.....
Kau katakan mencintai dakwah, tapi kau tak mau berlelah-lelah memperjuangkan panji Islam....
Kau katakan mencintai dakwah, namun kau tak mau tsiqah pada qiyadahmu...., kau ragukan setiap keputusan syuro....
Kau katakan mencintai dakwah, namun akhir pekanmu hanya kau habiskan tuk bermain-main atau istirahat....
Kau katakan mencintai dakwah, namun tak ada amal.....
Cinta butuh bukti, bung!


Kau bilang mencintai saudara2 semuslim, tapi tak sejumput doa pun kau kirim pada mereka...
Kau bilang mencintai saudara2 semuslim, tapi tak kau pedulikan penderitaan mereka...
Kau bilang mencintai saudara2 semuslim, tapi kau lupakan mereka....
Kau bilang mencintai saudara2 semuslim, tapi ada tetanggamu yang kelaparan dan kesakitan pun kau tak tahu....
Kau bilang mencintai saudara2 semuslim, tapi kau tak pernah henti mengghibahi mereka....senangkah kamu memakan bangkai saudaramu sendiri??
Bahkan dengan ringan kau fitnah mereka hanya tuk memuaskan nafsu mu....Itukah yang kau sebut cinta??
Mana kepedulianmu saat saudara2 qt di Palestine di bombardir Yahudi?? bahkan kau bantu Yahudi dengan membeli produk2 mereka.... itukah yg kau sebut cinta??
Kau bilang mencintai mereka tapi kau biarkan mereka tersesat..., kau dukung kelalaiannya...., kau biarkan ia terlempar dalam jurang kenistaan.... Itukah cinta??

Kau ucapkan kata cinta pada seorang wanita....tapi sebenarnya itu adalah pelecehan...., kau rendahkan izzahnya dengan kata cinta mu....kau lalaikan ia dari perintah tuk menjaga diri...., kau biarkan kata2 cinta mu menjadi kedok pelampiasan nafsu-mu, kau buat ia terbang tinggi, kau buat ia lupa segalanya, hingga hatinya dipenuhi cintamu (baca:nafsu), hingga tak peka lagi ia terhadap dosa.....Itu bukan cinta kawan....itu nafsu! Jika kau mencintainya harusnya kau menahan diri...bukan mengumbarnya!

Kau ucapkan kata cinta kepada seorang pria, kau patahkan pertahanan dirinya, kau rusak kehormatan dirinya dengan kata cintamu yg terdengar indah dan memabukkan....kau lalaikan ia....tidakkah kau tahu itu adalah zina lidah? saat kata cinta mengalir tak pada tempatnya....Karena sesungguhnya yang kau umbar adalah nafsu....


Semakin sering kau ucap kata cinta semakin tak berarti karena kata2mu hanya sebatas di lidah.... Cinta itu hanya perlu bukti....

Itukah yang kau bilang cinta???
Cinta mu semu kawan!!!
Cinta mu palsu kawan!!!

Saat kamu memutuskan untuk mencintai maka kamu siap berbuat, maka kamu siap beramal, maka kamu siap berkorban, maka kamu siap memberi, maka kamu siap dengan segala konsekuensinya.....

Belajarlah mencintai jika kamu ingin dicintai
Belajarlah mencintai dengan benar bukan sebatas berkata cinta......
 


-FLO-

Para pecinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan. -ust. Anis Matta- ---karena cinta adalah memberi dengan tulus, karena cinta adalah pengorbanan tiada terputus tanpa mengharapkan balasan---