Translate

Kamis, 24 Juni 2010

Belajar memahami "Kehendak Langit" atas perjalanan hidup yang bumi meski tak selalu sejalan dengan keinginan hati.. Belajar menyelaraskan Kehendak Langit dengan keinginan bumi agar tak ada lagi kecewa mewarnai ^_^

Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-NYA dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin, dan Dia (ALLAH) yang mempersatukan hati mereka (mukmin). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi ALLAH telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana. [QS.Al-Anfal:62-63]

Cinta yang lahir dari misi yang suci, didorong oleh emosi kebajikan dan didukung dengan kemampuan memberi. Seperti cinta para Nabi kepada umatnya, atau guru kepada muridnya, atau pemimpin kepada rakyatnya, atau ibu kepada anaknya. Jiwamu dan jiwa orang yang kamu cintai tidak mesti bersatu. CInta ini sering tidak berbalas. Bahkan sering berkembang menjadi permusuhan. Lihatlah bagaimana nabi-nabi itu dimusuhi umatnya, atau para ibi yang ditelantarkan anaknya di usia tua, atau pemimpin yang baik dibunuh rakyatnya, atau guru yang dilupakan murid-muridnya. (AM)

Rabu, 23 Juni 2010

IDEALNYA SEORANG PEMUDA

Ia pribadi muslim,
berhati emas berpotensi prima.
Di kala damai ia anggun bak kijang dari padang perburuan.
Di kala perang ia perkasa bak harimau kumbang.

Ip paduan manisnya madu dan pahitnya empedu.
Lembut dalam berbahasa.
Teguh membawa suluh.
Tinggi budi, rendah hati.
Angannya sederhana, citanya mulia.
Selalu siap siaga di garis terdepan.

Ia adalah sutra halus di tengah sahabat tulus.
Ia adalah baja, ditentangnya musuh durhaka.
Ia ibarat gerimis atau embun tiris yang mekarkan bunga-bunga, yang melambaikan tangkai-tangkai.
Ia juga topan beliung yang melemparkan ombak menggunung dan menggoncangkan laut ke relung-relung.

Ia adalah gemericik air di taman sari, asri.
Ia juga penumpang segala belantara, segala sahara.
Ia adalah pertautan agung, iman Abu Bakar, perkasa Ali, papa Abu Dzar, teguhnya Salman.

Mandirinya di tengah massa yang bergoyang.
Ibarat lentera ulama di tengah gulita sahara.
Ia pilih syahid fisabilillah atas segala kursi dan upeti.
Ia menuju bintang, menggapai malaikat.
Ia tentang tindak kufur, pola aniaya, di mana saja.

Maka nilainya pun membumbung tinggi, harganya semakin tak terperi.
Maka siapakah yang akan sanggup membelinya kecuali RABB-nya??

Sumber:
al-intima' edisi no.002

Bogor, 23 Juni 2010 @ 11 AM

Selasa, 22 Juni 2010

ALHAMDULILLAAHIROBBIL'AALAMIIN, dapet rejeki yang tak terduga, dapet oleh-oleh dari negeri paman sam berupa buku "Living Downstream: An Ecologist's Personal Investigation of Cancer and the Environment" (Sandra Steingraber)... Jazakillah yah fita sayang, seneng deh, bukunya bagusss, suka sangat, pas bgt, di Indonesia pasti ga ada yg jual, hehee..

Jangan Lari dari Ujian Hidup

Rating:★★★★
Category:Other
22/6/2010 | 10 Rajab 1431 H | Hits: 259
Oleh: Mochamad Bugi

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

dakwatuna.com – “Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah; namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.”

Sabda Rasulullah saw. ini ada dalam Kitab Sunan Tirmidzi. Hadits 2320 ini dimasukkan oleh Imam Tirmidzi ke dalam Kitab “Zuhud”, Bab “Sabar Terhadap Bencana”.

Hadits Hasan Gharib ini sampai ke Imam Tirmidzi melalui jalur Anas bin Malik. Dari Anas ke Sa’id bin Sinan. Dari Sa’id bin Sinan ke Yazid bin Abu Habib. Dari Yazid ke Al-Laits. Dari Al-Laits ke Qutaibah.

Perlu Kacamata Positif

Hidup tidak selamanya mudah. Tidak sedikit kita saksikan orang menghadapi kenyataan hidup penuh dengan kesulitan. Kepedihan. Dan, memang begitulah hidup anak manusia. Dalam posisi apa pun, di tempat mana pun, dan dalam waktu kapan pun tidak bisa mengelak dari kenyataan hidup yang pahit. Pahit karena himpitan ekonomi. Pahit karena suami/istri selingkuh. Pahit karena anak tidak saleh. Pahit karena sakit yang menahun. Pahit karena belum mendapat jodoh di usia yang sudah tidak muda lagi.

Sayang, tidak banyak orang memahami kegetiran itu dengan kacamata positif. Kegetiran selalu dipahami sebagai siksaan. Ketidaknyamanan hidup dimaknai sebagai buah dari kelemahan diri. Tak heran jika satu per satu jatuh pada keputusasaan. Dan ketika semangat hidup meredup, banyak yang memilih lari dari kenyataan yang ada. Atau, bahkan mengacungkan telunjuk ke langit sembari berkata, “Allah tidak adil!”

Begitulah kondisi jiwa manusia yang tengah gelisah dalam musibah. Panik. Merasa sakit dan pahit. Tentu seorang yang memiliki keimanan di dalam hatinya tidak akan berbuat seperti itu. Sebab, ia paham betul bahwa itulah konsekuensi hidup. Semua kegetiran yang terasa ya harus dihadapi dengan kesabaran. Bukan lari dari kenyataan. Sebab, ia tahu betul bahwa kegetiran hidup itu adalah cobaan dari Allah swt. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)

Hadits di atas mengabarkan bahwa begitulah cara Allah mencintai kita. Ia akan menguji kita. Ketika kita ridha dengan semua kehendak Allah yang menimpa diri kita, Allah pun ridha kepada kita. Bukankah itu obsesi tertinggi seorang muslim? Mardhotillah. Keridhaan Allah swt. sebagaimana yang telah didapat oleh para sahabat Rasulullah saw. Mereka ridho kepada Allah dan Allah pun ridho kepada mereka.

Yang Manis Terasa Lebih Manis

Kepahitan hidup yang dicobakan kepada kita sebenarnya hanya tiga bentuk, yaitu ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta. Orang yang memandang kepahitan hidup dengan kacamata positif, tentu akan mengambil banyak pelajaran. Cobaan yang dialaminya akan membuat otaknya berkerja lebih keras lagi dan usahanya menjadi makin gigih. Orang bilang, jika kepepet, kita biasanya lebih kreatif, lebih cerdas, lebih gigih, dan mampu melakukan sesuatu lebih dari biasanya.

Kehilangan, kegagalan, ketidakberdayaan memang pahit. Menyakitkan. Tidak menyenangkan. Tapi, justru saat tahu bahwa kehilangan itu tidak enak, kegagalan itu pahit, dan ketidakberdayaan itu tidak menyenangkan, kita akan merasakan bahwa kesuksesan yang bisa diraih begitu manis. Cita-cita yang tercapai manisnya begitu manis. Yang manis terasa lebih manis. Saat itulah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang ada terkecap begitu manis.

Itulah salah satu rahasia dipergilirkannya roda kehidupan bagi diri kita. Sudah menjadi ketentuan Allah ada warna-warni kehidupan. Adakalanya seorang menatap hidup dengan senyum tapi di saat yang lain ia harus menangis.

“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali ‘Imran: 140)

Begitulah kita diajarkan oleh Allah swt. untuk memahami semua rasa. Kita tidak akan mengenal arti bahagia kalau tidak pernah menderita. Kita tidak akan pernah tahu sesuatu itu manis karena tidak pernah merasakan pahit.

Ketika punya pengalaman merasakan manis-getirnya kehidupan, perasaan kita akan halus. Sensitif. Kita akan punya empati yang tinggi terhadap orang-orang yang tengah dipergilirkan dalam situasi yang tidak enak. Ada keinginan untuk menolong. Itulah rasa cinta kepada sesama. Selain itu, kita juga akan bisa berpartisipasi secara wajar saat bertemu dengan orang yang tengah bergembira menikmati manisnya madu kehidupan.

Bersama Kesukaran Selalu Ada Kemudahan

Hadits di atas juga berbicara tentang orang-orang yang salah dalam menyikapi Kesulitan hidup yang membelenggunya. Tidak dikit orang yang menutup nalar sehatnya. Setiap kegetiran yang mendera seolah irisan pisau yang memotong syaraf berpikirnya. Kenestapaan hidup dianggap sebagai stempel hidupnya yang tidak mungkin terhapuskan lagi. Anggapan inilah yang membuat siapa pun dia, tidak ingin berubah buat selama-lamanya.

Parahnya, perasaan tidak berdaya sangat menganggu stabilitas hati. Hati yang dalam kondisi jatuh di titik nadir, akan berdampat pada voltase getaran iman. Biasanya perasaan tidak berdaya membutuhkan pelampiasan. Bentuk bisa kemarahan dan berburuk sangka. Di hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi di atas, bukan hal yang mustahil seseorang akan berburuk sangka terhadap cobaan yang diberikan Allah swt. dan marah kepada Allah swt. “Allah tidak adil!” begitu gugatnya. Na’udzubillah! Orang yang seperti ini, ia bukan hanya tidak akan pernah beranjak dari kesulitan hidup, ia justru tengah membuka pintu kekafiran bagi dirinya dan kemurkaan Allah swt.

Karena itu, kita harus sensitif dengan orang-orang yang tengah mendapat cobaan. Harus ada jaring pengaman yang kita tebar agar keterpurukan mereka tidak sampai membuat mereka kafir. Mungkin seperti itu kita bisa memaknai hadits singkat Rasulullah saw. ini, “Hampir saja kemiskinan berubah menjadi kekufuran.” (HR. Athabrani)

Tentu seorang mukmin sejati tidak akan tergoyahkan imannya meski cobaan datang bagai hujan badai yang menerpa batu karang. Sebab, seorang mukmin sejati berkeyakinan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. Setelah hujan akan muncul pelangi. Itu janji Allah swt. yang diulang-ulang di dalam surat Alam Nasyrah ayat 5 dan 6, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Jadi, jangan lari dari ujian hidup!

Boleh Cinta, Jangan Cinta Buta

Rating:
Category:Other
Oleh: Muhammad Nuh

dakwatuna.com - “Seseorang sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan setia.” (HR. Ahmad)

Maha Agung Allah yang telah menganugerahkan jiwa-jiwa persaudaraan buat seorang mukmin. Ada kebahagiaan tersendiri ketika hidup dengan banyak teman dan saudara seiman. Mungkin, itulah di antara bentuk keberkahan.

Namun, tidak semua pertemanan berujung kebaikan. Perlu kiat tersendiri agar niat baik pun menghasilkan yang baik.

Mengenali teman dengan baik

Islam adalah agama yang santun. Seperti itulah ketika Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa mendahului salam. Mendahului salam sangat dianjurkan Rasulullah saw., kepada yang kita kenal atau belum: “…berilah salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang belum kamu kenal.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Dari salam inilah hal pertama yang bisa didapat dari calon teman adalah muslimkah dia. Paling tidak, ada gambaran sejauh mana tingkat keislaman orang itu. Karena seorang muslim yang baik paham kewajiban menjawab salam.

Setelah saling berbalas salam, jalinan perkenalan dirangsang dengan mengenalkan diri si pemberi salam terlebih dahulu. Dari situlah tukar informasi diri berlangsung lancar. Dan senyum merupakan ungkapan tersendiri yang mensinyalkan rasa persaudaraan dan perdamaian. Rasulullah saw. bersabda, “Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan.” (HR. Muslim)

Namun, satu momen perkenalan itu jelas belum cukup. Butuh interaksi secara alami. Setelah itu, waktu dan jumlah pertemuanlah yang menentukan. Apakah perkenalan berlanjut pada persaudaraan. Atau sebaliknya, sekadar kenal saja. Dan keinginan kuat untuk bersaudara mesti diutamakan dari sekadar kenal. Terlebih persaudaraan karena jalinan iman dan takwa.

Allah swt. mengisyaratkan itu dalam surah Al-Hujurat ayat 13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Walau pada tingkat persaudaraan, perkenalan bukan berarti sesuatu yang sudah usai. Karena kehidupan manusia tidak diam. Ia selalu bergerak, berubah, dan berganti. Termasuk pada sikap dan karakter. Boleh jadi, seseorang bisa terheran-heran dengan perubahan teman lama yang pernah ia kenal. Karena ada yang beda dalam fisik, sikap, karakter, bahkan keyakinan.

Perubahan-perubahan itulah menjadikan seorang mukmin senantiasa menghidupkan nasihat. Mukmin yang baik tidak cukup hanya mampu memberi nasihat. Tapi, juga siap menerima nasihat. Dari nasihat itulah, hal-hal buruk yang baru muncul dari seorang teman bisa terluruskan.

Seperti itulah firman Allah swt. dalam surah Al-‘Ashr ayat 1 sampai 3. “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Mewaspadai dampak buruk seorang teman

Buruk sangka dalam pertemanan memang tidak dibenarkan Islam. Tapi, ketika ada fakta-fakta yang menyatakan tidak bagusnya seorang teman, dan nasihat sudah tidak lagi ampuh, kewaspadaan mungkin jadi jalan terakhir. Karena tidak tertutup kemungkinan, keburukan bisa menular. Paling tidak, agar tidak kecipratan air busuk temannya.

Rasulullah saw. bersabda, “Kawan pendamping yang saleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari)

Mewaspadai tidak berarti memutus pertemanan buat selamanya. Apalagi menyebar hawa permusuhan dan kebencian. Karena boleh jadi, sifat buruk bisa berubah baik. Sebagaimana, baik menjadi buruk. Kontribusi sebagai seorang teman mesti terus mengalir. Paling tidak, dalam bentuk doa.

Berhati-hati mencintai seseorang

Cinta tidak melulu antara laki dan wanita. Ada cinta lain yang berwarna persaudaraan dan pertemanan. Karena ikatan suku, profesi, sekelompok orang bisa saling mencintai. Begitu pun dalam ikatan persaudaraan Islam. Rasulullah saw. mengatakan, “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Umumnya, cinta punya rumus: saling kenal, saling paham, saling cinta, dan saling berkorban. Tapi, ada cinta yang datang tiba-tiba. Mungkin karena ada sesuatu yang menarik dari penampilan fisik, cinta langsung berbunga. Atau, karena ada seseorang yang begitu murah hati dan dermawan, cinta bisa langsung tumbuh pesat. Ada utang budi yang berinti cinta. Kalau sudah begitu, pengorbanan menjadi sesuatu yang amat ringan.

Kalau orang yang cepat dicintai itu memang layak dicintai, simpati dan pengorbanan tentu akan berbuah kebaikan. Tapi, bagaimana jika yang tiba-tiba dicintai itu punya maksud tidak baik. Karena kelihaian, atau karena sudah jadi profesi, cinta bisa dimanipulasi menjadi alat efektif melakukan penipuan.

Karena itu, Rasulullah saw. mewanti-wanti dalam mencintai seseorang. Cinta bisa menghilangkan daya kritis dan rasionalitas seseorang. Beliau saw. besabda, “Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Berteman dan bersaudara memang menjadi sebuah kenikmatan tersendiri buat seorang mukmin. Pertemanan seperti itu tidak hanya bermanfaat di dunia, tapi juga di akhirat. Begitulah sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)

Jumat, 18 Juni 2010

Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-NYA-lah aku kembali. (QS.Huud:88)

Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-NYA-lah aku kembali. (QS.Huud:88)

Setelah lelah berjalan kaki menyusuri jalan pajajaran, taman kencana, sempur, kebun raya, istana bogor, hingga akhirnya terdampar di gang selot menikmati sepiring toge goreng, mantabh.. Selanjutnya menunaikan amanah di sekolah tercinta ^_^

SUBHANALLAH, hari ini bogor indah bgt sih, langitnya biruuu, mentari tersenyum lembut, menghangatkan namun tdk menyengat, pepohonan yang meneduhkan dan semilir angin sepoi yang menyejukkan.. Makin cinta deh ma bogor ^_^

Subhanallah, dede bayinya cantik bangeeet, langsung jatuh cinta pada pandangan pertama,, teteh, mau pesen dong, satu aja yang kayak gitu,, hiihihi.., ngegemesin bgt, tubuh mungilnya, kulit putihnya, rambut hitamnya, bibir merahnya, hidungnya yg mancung, matanya yg besar, pipinya yg merona merah, aiih cantiknya, jd pengen ku culik deh, hehehe

Rabu, 16 Juni 2010

Minggu, 13 Juni 2010

Teruntuk Dirimu yang Istimewa

Bismilllahirrohmaanirrohiim...,,

Ditemani tembok membisu dan awan nan mendung ingin kusampaikan untaian kata teruntuk dirimu yang istimewa,

Hari ini, dirimu semakin tua, kawan,, meski setiap detik usia hidup kita semakin berkurang dan kematian semakin dekat,,

Ingatkah, berapa banyak waktu yang telah kita tapaki bersama?
Ingatkah, berapa banyak tahun yang telah kita habiskan dalam perjalanan ini?
Ingatkah, berapa banyak cerita yang telah kita bagi di setiap perjumpaan?
Ingatkah, berapa banyak kata yang terucap, berapa banyak janji terlontar, berapa banyak canda mewarnai, berapa banyak air mata menghampiri, berapa banyak keringat yang mengucur, berapa banyak hina dan cela terungkap, berapa banyak mimpi terukir?
Ingatkah, apa saja yang telah kita berikan untuk Dien ini? sebandingkah dengan nikmatNYA yang terus tercurah? tentu tidak, yaaa, terlalu kecil amal kita, bahkan lebih kecil dari debu yang tertiup angin dan hilang tanpa bekas, belum lagi semakin lenyap karena angkuh diri dan lalai yang bertubi..., hanya istighfar dan istighfar yang menjadi lantunan terindah di akhir malam, ditemani rasa malu atas diri yang hina, Yaa Rabb...

Begitu banyak masa yang tlah kita lalui, begitu banyak proses yang tlah kita jalani, begitu banyak perubahan yang sulit kita maknai,, mereka yang pergi, lalu mengapa kita masih di sini? bertahan? Akankah sampai hembusan nafas terakhir?

Hingga detik ini, kita sama-sama masih di sini, masih melangkah dalam alunan simfoni yang sama, masih menapaki jalan yang sama meski tak selalu seirama,,

Seringkali keluh menerpa, gelisah menggeliat, bingung menyergap, namun kita masih bertahan karena sebuah keyakinan akan sebuah masa depan, kamu percaya bukan? bukankah itu sudah menjadi sebuah keniscayaan? Harusnya keraguan itu pupus sudah, musnah tak bersisa agar langkah kita semakin pasti, agar amal kita semakin nyata, agar kita bisa berbuat lebih banyak lagi..., dan lebih banyak lagi, tak apa lah rakus dalam beramal, daripada rakus dalam bermaksiat...,,

Melangkah bersamamu terasa indah, meski berbeda namun selaras bagai pelangi nan menawan,,, meski tak selalu senyum yang ku dapati bahkan lebih sering cemberut mewarnai ,, meski tak selalu kata-kata manis yang terlontar bahkan lebih sering omelan, tapi semua terasa menyentuh hati, kadang menghangatkan, kadang juga mengademkan...

Sejuta mimpi telah kita ukir bersama, satu per satu mulai tampak berwujud nyata,, teruslah bejuang tuk taklukkan mimpi-mimpi kita itu, jangan pernah menyerah, namun yakinlah apapun hasilnya itulah yang terbaik untuk kita,,, syukur senantiasa warnai hari-hari indah kita...Meski dunia begitu menggiurkan, ingatkan selalu bahwa dunia bukanlah tujuan akhir kita, investasi akhirat adalah yang utama,, itulah hakikat bersaudara, untuk saling mengingatkan..

Kuharap kita terus bersama dalam balutan ukhuwah yang indah.. bila suatu saat ku terlena oleh dunia nan fana, tolong cubit aku dan buatku tersadar... bila suatu hari ku lalai, tolong tarik tanganku dan ceburkan aku dalam lautan amal yg tiada bertepi, agar aku tak punya waktu tuk berlalai-lalai lagi.. bila suatu saat aku bermaksiat, tolong "tampar" aku dengan keras agar tak pernah ku ulangi lagi tindakan bodoh itu...

Kelak, bila dirimu yang lalai, akupun tak kan diam, mulai dari belaian lembut, kata-kata halus, hingga sebuah "pukulan keras" bisa melayang.. Karena aku takkan rela kehilangan dirimu yang istimewa dalam perjalanan ini...

Cukup sudah ku tatap mereka yang berlalu dan pergi, tanpa kata tanpa pesan tanpa sesal,,,
ku hanya ingin kita bersama bisa bertahan sampai akhir hingga kita dipertemukan kembali dalam reuni akbar di jannah-NYA, aamiin yaa Rabb...

Ribuan tanya telah terjawab, kini bergeraklah bersama derasnya air laut saat pasang yang bergerak atas perintah Rabb-nya, agar hidup kita tak sia-sia..,

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra. Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah kedua kaki manusia akan tergelincir kelak di hari kiamat, sampai ditanyakan empat aspek; tentang umurnya, untuk apa sajakah dia dihabiskannya; tentang masa mudanya, dalam apa sajakah masa muda itu dihancurkan; tentang hartanya, dari mana dia didapat dan dibelanjakan untuk apa; dan tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan dengannya” (HR. Al Bazzar dan Thabrani dengan sanad yang sahih dan naskah ini adalah miliknya).

Untuk dirimu yang istimewa, barakallah fii umrik, usia bukanlah bilangan waktu, tapi ia adalah bilangan amal dan prestasi

Depok, 14 Juni 2010
-flo-

Untuk menyatukan gerak, mengumpulkan yang terserak, perlu kelapangan dada. BUKAN saling jegal apalagi saling jagal, saling menjatuhkan dan menjelekkan. Debat bukan karakter muslim sejati, sebab berbantah-bantahan akan membuat hati keras, pikiran kaku, menguras potensi, menghabiskan waktu, dan membuka peluang bagi musuh. Rasulullah bersabda, "Tidaklah sebuah kaum menjadi tersesat setelah mendapat petunjuk yang ada pada mereka, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan." (HR.Ahmad)

Senin, 07 Juni 2010

MALU

Al-hayaa'--> malu adalah turunan dari kata Al-Hayaat (hidup),, 

Hati yang hidup berarti pemiliknya memiliki rasa malu, di dalamnya terdapat sifat malu yang dapat menghalanginya dari berbagai perbuatan buruk.

Karena hidupnya hati adalah penghalang dari keburukan yang dapat merusak hati.

"Malu adalah bagian dari iman." (HR. Muslim & At-Tirmidzi)

"Malu dan diam dari perkataan yang menyebabkan dosa adalah bagian dari iman, sedang ucapan keji dan berpura-pura fasih adalah bagian dari kemunafikan." (HR.Ahmad & At-Tirmidzi)

Jika tidak memiliki rasa malu, berarti di dalam hatinya tidak terdapat kehidupan yang membuatnya malu dan menahan diri dari hal yang buruk, seperti tanah kering yang tidak meninggalkan jejak kaki.

Hati yang hidup akan tetap abadi meski nyawa telah berpisah dari badan. Sedangkan hati yang mati akan sirna dengan terpisahnya nyawa dari raga.

"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah telah mati. Sebenarnya mereka hidup." (QS. Al-Baqarah: 154)

Malu menurut istilah adalah akhlaq yang sesuai dengan sunnah yang membangkitkan fikiran untuk meninggalkan perkara yang buruk sehingga akan menjauhkan manusia dari kemaksiatan dan menghilangkan kemalasan untuk menjalankan hak Allah.

Makna tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi shollallahu’alaihi wassallam, “Sesungguhnya termasuk yang didapati manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu maka lakukanlah sekehendakmu’

 Jenis-Jenis Malu

Terdapat banyak jenis-jenis malu, diantaranya :

 Malu kepada Allah,

Ketahuilah sesungguhnya celaan Allah itu diatas seluruh celaan. Dan pujian Allah subhanahu wata’ala itu diatas segala pujian. Orang yang tercela adalah orang yang dicela oleh Allah. Orang-orang yang terpuji adalah orang-orang yang dipuji oleh Allah.  Maka haruslah lebih malu kepada Allah dari pada yang lain.

Malu kepada Allah adalah jalan untuk menegakkan segala bentuk Ketaatan dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Karena jika seorang hamba takut di cela Allah, tentunya ia tidak akan menolak ketaatan dan tidak pula mendekati kemaksiatan. Oleh karena itulah malu merupakan sebagian dari iman.

 Nabi shollallahu’alaihi wassallam bersabda, “Iman itu memiliki tujuh puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallah (tiada illah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu termasuk salah satu cabang iman.

 Malu kepada Manusia,

Termasuk jenis malu adalah malunya sebagian manusia kepda sebagian yang lain.  Sebagaimana malunya seorang anak kepada orangtuanya, isteri kepada suaminya, orang bodoh kepada orang pandai, serta malunya seorang gadis untuk terang-terangan menyatakan ingin menikah.

 “Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, bahwasannya ia berkata, ‘wahai Rasulullah Shollallahu’alaihi Wa Sallam, sesungguhnya gadis itu malu. Maka Rasulullah Shollallahu’alaihi Wa Sallam bersabda, ‘Persetujuannya diketahui dari diamnya’”.

 Malunya seseorang terhadap dirinya,

Dan ini salah satu bentuk malu yang di rasakan oleh jiwa yang terhormat, tinggi dan mulia, sehingga ia tidak puas dengan kekurangan , kerendahan dan kehinaan. Karena itu engkau akan menjumpai seseorang yang merasa malu kepada dirinya sendiri, seolah-olah di dalam raganya terdapat dua jiwa, yang satu merasa malu kepada yang lain.

Malu inilah yang paling sempurna karena jika pada dirinya sendiri saja sudah demikian malu, apalagi terhadap orang lain.

 

Keutamaan-Keutamaan Sifat Malu

 Allah mencintai sifat malu,

“Sesungguhnya Allah adalah Maha Pemalu dan Maha Menutupi. Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan.”

 Malu adalah akhlaq Islam,

“Sesungguhnya setiap agama itu berakhlaq, Sedangkan akhlaq agama islam adalah malu.”

 Termasuk bagian dari iman,

Dari Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu, bahwasannya Rasulullah Shollallahu’alaihi Wa Sallam melewati seorang laki-laki dari sahabat Anshar sedang menasehati temannya tetang rasa malu. Lalu Rasulullah Shollallahu’alaihi Wa Sallam bersabda, “Biarkan ia, sesungguhnya malu merupakan bagian dari iman”

 Sifat malu mendatangkan kebaikan,

“Malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan”

 Sifat malu menghantarkan ke surga

“Malu itu bagian dari iman. Dan iman tempatnya di surga, sedangkan ucapan keji termasuk bagian dari tabiat kasar, tabiat kasar itu tempatnya di neraka.”

HR Bukhari (Fathul Baari  I/51), HR Muslim (Syahr An-Nawawi I/6), lafadz di atas milik Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu.

Hadits Shahih riwayat Abu Dawud (4012),  an-Nasa-I (I/200),  Ahmad (IV/224) dari Ya’la bin Umayyah radhiallahu’anhu.

Hadits Hasan riwayat Ibnu Majah (4181),  al-Khara-ithi dalam Makaarimul Akhlaaq (49), ath-Thabrani dalam al-Mu’jamush Shaghiir (I/13-14) hadits dari Anas.

HR. Bukhari (Fathul Baari X/521), Muslim Syahr an-Nawawi II/6-7)

HR. Bukhari (Fathul Baari I/74)

Hadits Shahih riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Hibban 1929, al-Hakim I/52, Ahmad II/501 dari banyak jalan.



http://www.millatfacebook.com/bungakarang/

Ujian Kejujuran: Berkawanlah dengan Nurani

Rating:★★★
Category:Other
Mahar dan Khalid sedang berjalan menuju gerbang sekolah ketika tiba-tiba Sule menepuk pundak mereka berdua.

“Hey brader! Mau kemane nih?”, sapa Sule dengan cerah ceria.
“Mau balik Le.. mau nyicil belajar nih buat UAS minggu depan”, jawab Khalid.

Sule cengengesan, “Duh rajinnya. Gue juga bakal belajar sih, ngulang-ngulang pelajaran gitu. Tapi Har, ntar kalo pas ujian gue ada yang gak bisa, gue nanya lo ya”, masih cengengesan, Sule mengedip-ngedipkan matanya ke arah Mahar. Sule memang sekelas dengan Mahar.

Mahar buang muka, gak enak hati. Baruuu aja A' Jefri a.k.a Aje, mentornya, menasehati tentang pentingnya jujur saat ujian. Aje juga membacakan sebuah hadits yang bunyinya begini nih:

Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR Muslim) Shohih Muslim hadits no : 6586

Khalid yang juga baru mendapat materi yang sama juga ngerasa gak enak hati. Apalagi dirinya udah bertekad gak akan nyontek atau ngasih contekan pas ujian. Hal itu udah menjadi tekadnya sejak awal kelas XI di Smansa. Dulu pas SMP dan juga pas kelas X memang Khalid terbawa kebiasaan buruk pelajar-pelajar saat ujian, yaitu nyontek atau kerjasama. Tapi setelah ikutan mentoring sama Aje, Khalid sedikit-sedikit berubah. Dia mulai mendapatkan pencerahan tentang hidup dan dirinya, tentang Allah, tentang Islam, tentang untuk apa hidup itu sebenarnya. Sekarang dia tau bahwa hidup itu untuk ibadah, untuk mencari ridha Allah. Caranya, dengan melakukan hal-hal yang Allah suka dan menjauhi yang tidak disukaiNya. Salah satu yang tidak disukaiNya adalah ketidakjujuran, ya nyontek pas ujian itu salah satu bentuknya. Nah sekarang Sule terang-terangan ngajak Mahar kerjasama pas ujian. Mungkin Sule belum paham, karena itu dia harus menjelaskannya.

“Hehe.. Sule yang pintar baik hati rajin menabung dan selalu membuang sampah pada tempatnya, ngapain nanya ke Mahar? Ngapain percaya ama dia, orang belum tentu dia lebih bener ngerjainnya daripada elo kan?”, ujar Khalid sambil merangkul Sule dan mengajaknya berjalan ke tempat duduk dekat mading. Mahar mengikuti. “Lagian Le, elo tuh pinter! Ngapain sih percaya sama Mahar atau temen-temen yang lain.”

“Aduh, makasih pisan euy gue dibilang pinter! Hehe...” Sule pura-pura malu sambil cengar-cengir.
Khalid kemudian menunjukkan mading yang berisi berita-berita terbaru di Indonesia.
“Har, Le, coba baca deh..”

Setoran Duit ke Gayus untuk Pengadilan Pajak
TEMPO Interaktif, Jakarta - Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Edward Aritonang, mengakui bahwa dana yang diterima Gayus H.Tambunan, tersangka korupsi dan pencucian uang, antara lain mengalir ke pengadilan pajak.

“Tujuannya bisa macam-macam, seperti memperkecil nominal pajak,” kata Edward di Mabes Polri kemarin. “Tergantung kasusnya.”

Gayus sebelum diciduk aparat kepolisian adalah pegawai penelaah keberatan di Direktorat Jenderal Pajak. Dari hasil pemeriksaan polisi, ada 149 perusahaan yang diduga telah menyetor uang ke Gayus. Dari dua rekeningnya di Bank Central Asia dan Panin, ditemukan pula dana simpanan senilai Rp 28 miliar. Padahal gajinya hanya Rp 8 juta per bulan. (sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/fokus/2010/06/05/fks,20100605-1321,id.html)

Korupsi kecil berdampak destruktif besar
Suka atau tidak suka virus korupsi sudah mewabah hingga ke desa-desa di nusantara. Di suatu desa di Flores Timur, NTT, misalnya, virus korupsi berkembang biak dalam diri seorang kepala desa dan kroni-kroninya. Maka tak mengherankan bila di situ pun terjadi praktek-praktek korupsi berjamaah. Korupsi berjamaah itu terbongkar pada tahun 2007. Tetapi upaya masyarakat antikorupsi di desa itu belum juga mendapat dukungan baik oleh pemerintah daerah maupun oleh para aparatur penegak hukum setempat. Bahkan perlawanan dari para pelakunya menimbulkan korban nyawa di pihak masyarakat antikorupsi. (sumber: http://rafaelmaran.blogdetik.com/2010/05/17/korupsi-kecil-berdampak-destruktif-besar/).

“Astaghfirullah. Kesel banget deh gue sama korupsi-korupsian. Gak abis-abis kayaknya berita korupsi”, ujar Mahar geram. “Bahkan, menurut PERC (Political & Economic Risk Consultancy), Indonesia disebut sebagai negara terkorup dari 16 negara tujuan investasi di Asia Pasifik! “

Sule menolehkan kepalanya dari arah Mahar ke arah Khalid. “Iya sih gue juga sebel. Tapi gue kan gak korupsi Lid”, Sule garuk-garuk kepala.

“Iya Le, alhamdulillah elo gak korupsi. Cuma ya Le, korupsi itu intinya apa sih? Gak jujur kan? Koruptor itu seenaknya aja nilep uang yang bukan miliknya. Gak takut dosa dia. Gak mikirin rakyat miskin yang kelaperan. Nah, sebelum dia berani nilep uang 3 milyar misalnya, dulunya barangkali dia nilep uang 3 juta dulu. Sebelum nilep 3 juta punya rakyat, barangkali dia nilep uang bayaran sekolahnya..he.. Intinya maksud gw Le, Har, sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”.

“Toeng..toeng.. kagak nyambung luh”, Sule garuk-garuk kepala lagi.

“Hehe.. begini Le.. Kayak dosa kecil yang lama-lama bisa jadi dosa besar, keberanian dalam ketidakjujuran juga gitu”, ujar Khalid.

“Keberanian yang salah ya bro!”, samber Mahar.

“Yo'i Har. Jadi gitu Le. Gue sih khawatirnya, sekarang kita berani untuk nyontek atau kerjasama pas ujian. Lama-lama kita terbiasa sama hal itu. Kita menganggapnya hal biasa, padahal itu gak jujur. Lama-lama hati kita gak peka, sampai nanti setelah kita lulus, kerja, jadi pejabat, kita bisa aja berani korupsi.”

“Keberanian yang salah ya bro!”, samber Mahar lagi.

“Yee.. sakaliii! Haha..”, kata Sule.

“Haha.. Lagian buat apa juga Le, kita dapet nilai bagus tapi bukan hasil sendiri”, sambung Khalid.

Sule manggut-manggut. Pas banget ada seorang ikhwan menghampiri mereka. Sebut saja namanya Agus (bukan nama samaran).

“Assalamu'alaikum”, sapa Agus. ~Agus ni ketua Forkom loh! *terus kenapa?? :D*

“Wa'alaikumsalam a'..” jawab Mahar, Khalid, dan Sule serempak.

“Lagi pada ngapain nih?”, tanya Agus.

“Kita lagi ngobrol-ngobrol aja a'. Sharing persiapan ujian, sama cerita-cerita tentang ujian dalam ujian. Itu loh a', godaan untuk nyontek atau kerjasama pas ujian”, jawab Khalid.

“A' Agus punya pengalaman gak tentang contek mencontek?”, tanya Mahar.

Agus merenung sejenak, kemudian menghela napas dan berkata, “Ada kok. Dulu juga saya sering nyontek, SD, SMP, sampe awal-awal SMA. Cuma setelah ikutan mentoring, saya jadi sadar..hehe. Emang saya hidup untuk apa sih? Emangnya kalo nyontek saya mau jadi apa? Udah gitu banyak juga temen-temen yang ngedukung untuk percaya diri dan usaha sendiri saat ujian. Meskipun sering down karena nilai-nilai jeblok, tapi alhamdulillah akhirnya saya bisa diterima di universitas impian saya dengan tanpa nyontek! Puas banget rasanya.”

“Tapi a'.. ”, Sule angkat bicara. “Kok bisa sih berubah gitu a'? Kalo saya misalnya tiba-tiba mo kerja sendiri aja nih ya pas ujian, ga mau kerjasama, eh ntar temen-temen bilangnya saya sombong, pelit, dsb”

“Sabar aja kalo dikatain gitu bro. Yang penting kita yakin dan megang prinsip kita. Kita niatin untuk nyari ridha Allah”, Mahar yang nyamber.

“Iya. Pernah denger gak kisah Ka'ab bin Malik? Dulu, pas Rasulullah dan para sahabat pada berangkat ke Perang Tabuk, Ka'ab masih santai-santai. Sampai akhirnya dia bener-bener ketinggalan gak ikut perang. Pas ditanya Rasulullah apa alasannya, Ka'ab bisa aja ngasih alesan sakit kek, apa kek. Tapi Ka'ab mendengarkan nuraninya dan jujur bilang dia gak punya alesan apa-apa”, Agus bercerita.

“Padahal ya, konsekuensinya tuh dia dikucilkan sama semua orang selama 50 hari. Bayangin, dikucilkan, dijauhi, salam gak dijawab, nyapa orang pada buang muka, ngomong gak ada yang nanggepin. Bener-bener sempit rasanya dunia buat Ka'ab saat itu. Tapi Ka'ab memilih jujur. Dia sadar bahwa dusta hanya akan membuat masalah menjadi bagian dari masa depan. Sedang kejujuran akan membuat masalah menjadi bagian dari masa lalu*”, sambung Agus.

“Wah, subhanallah. Padahal kalo dia ngarang alasan, urusan di dunia beres ya a'? Aman, gak dapet hukuman. Tapi dia milih jujur, meskipun konsekuensinya berat di dunia, tapi insya Allah di akhirat ntar aman”, kata Khalid.

Agus mengangguk. “Iya bener. Nah sekarang nih, godaan di depan kita hanyalah rasa gak percaya diri karena belum belajar maksimal buat ujian tapi pengen dapet nilai bagus, plus godaan kerjasama dari temen-temen. Nanti kalo kita udah kerja, godaannya bisa uang bermilyar-milyar yang bisa kita tilep tanpa ketauan orang. Kalo kita gak biasa jujur dari hal yang kecil, bisa-bisa kita terbiasa dan nanti korupsi pun jadi hal biasa”

“He.. sakali nih a'. Tadi udah dibahas tuh soal kejujuran yang nyambung ke korupsi-korupsian”, kata Sule. “Hmm... saya jadi mikir juga nih.. Kayaknya enak juga ya ngikutin jejak a' Agus, berhenti nyontek or kerjasama gitu. Dapet sesuatu dari usaha sendiri kayaknya lebih puas ya”. Sule terlihat merenung serius gitu.

“Betul. Insya Allah bisa Le! Asal ada tekad yang kuat.. hehe..”, kata Khalid sambil menepuk pundak Sule.

“Iya beneeer!”, kata Mahar dan Agus serempak sambil tersenyum menguatkan Sule. Berempat mereka berjalan keluar gerbang Smansa. Dalam hati Sule merenung. Bisa gak ya gue menjalani UAS nanti tanpa nyontek n kerjasama?

Jalan cinta para pejuang adalah jalan apabila kita mendengar kata sang nurani, bersikap tepat pada suatu saat, sepenuh jiwa dan raga.
Ketahuilah, kepekaan untuk mendapatkan kebenaran itu tidak dapat kita peroleh dengan serta merta. Tapi dari perjuangan menjaga kesucian hati. Dari perlawanan yang sengit antara nafsu dan kesesatan.
Di jalan cinta para pejuang, selalulah sucikan hati, lalu bertanyalah padanya
Di jalan cinta para pejuang, berkawanlah dengan nurani, meski kau tersunyi, meski kau sendiri*

*diambil dari buku “Jalan Cinta Para Pejuang”, Salim A. Fillah

Sabtu, 5 Juni 2010
Redaksi Mentoring Online for You – MK Forkom Alims

===========================================
BONUS LINES

Berikut ini ada beberapa testimoni tentang “say no to nyontek” dari alumni Smansa. Dibaca juga ya..

[1] Agus Sutisna, Smansa 2008, Ketua Forkom Alims 2010, mahasiswa STAN
Menyontek.....hmmm kayaknya gak asing lg bagi sy. Coz sy sudah mengenalnya sejak kelar 3 SD(beuh....parah bngt yak?) hehe. Ya atuh gmana lg, coz di sekitar sy seperti itu. Jadi, ada perasaan iri ajah. MAsa sy belajar sendiri nilainya kurang bgus, tp tmn sy yg lain nyontek bs dpt nilai bgus dan dpt ranking. Awalnya sy idealis, mwnya hasil sendiri. Tapi makin lama makin surut, seperti pasir pantai yg terseret ombak.(Beuhh..lebay amat). Apalagi yg namanya ngerjain PR, itu mah wajib nyontek. hehe. Tp sebenernya kalo sy boleh jujur, sy itu anak yg PINBO(Pinter2 bodoh), tp cenderung ke pinter c(muji sndiri). Ya itu gara2 sy gak percaya diri jd terbawa suasana deh.
Hinngga SMP sy msh nyontek, tp agak berkurang coz sy jadi ketua umum OSIS dan Ketua DKM serta Wakil Pratama(salah satu jbatan di Pramuka) dan ad yg naksir jd kudu jd suritauladanlah. Sy berpikir masa c pejabat nyontek, ap kata dunia?(haha...narsis). Ya, itu kejadian bneran. Yg biasanya sy nyontek 4 soal esay sm temen, saat sy pny jabatan sy hny nanya 2(jiahh...sm aj nyontek) tp ya Alhamdulilah ad niat ke arah kebaikan. Tp klo PR mash tetep ad yg sebagian nyontek coz emang kagak ngerti, hehe. Untungnya sy orng yg gak tw malu klo lg d kelas, maksudnya nanya terus, mengacungkn tangan klo d suruh ngejawab soal.(tuhkan...pinter). Tp anehnya sy klo ulangan malah nyontek terutama pelajaran IPS, haha(jgn dicontoh ya)
Nah, slama di SD dan SMP, sy gak pernah ikut yg namanya mentoring, jd ketika sy nyontek ya sy gak ngerti bhwa akibatnya fatal bngt dan gak ad yg mengingatkan. Sy hnya belajar ngaji di TPA dan TQA gtu. Nah, pada suatu saat sy terdorong untuk belajar struggle coz sy mw mengikuti jejak kakak kelas sy, Brama, yg bs msk SMAN 1 BOGOR, padahal dia kan SMPnya KABUPATEN. Sy terkesima, coz ap? COz memang ad kesenjangan antara SMA di kabuptn dng d kota.Jadi susah deh anak SMP kabupten yg pengen msk k skolah unggulan di Bogor. Akhirnya, dgn dorongan spirit dr "seseorang lawan jenis"(dlu blm alim, hehe jd niatnya blm bener,hehe, *emang skrng alim?) sy langsung belajar keras.Beuhhhh...alhasil sy bs masuk SMANSA 1 BOGOR lhoooo!!(Horeeee!!!^^).
Stelah masuk SMANSA, beuh ad aura beda nh. Ujug2 sy disuruh mentoring, sy c mw aj, scara dulu kan mantan ketua DKM masa kgak ikut2an kyk gni.(hehe...jgn dicontoh niatnya). NAh, bermula dari sinilah sy scara SIGNIFICANT mengurangi menyontek sy. Why??? Karena sdh perlahan2 paham agama. trus sy jg udh tw mw jd ap sy klo nyontek terus???sampah masyarakat? scara sy dulu mw masuk TEKNIK ELEKTRO ITB. Niat tobat sy ini didukung oleh beberapa tmn sy yg dia tanpa nyontek, dan nilainya agak jelek tp dia nyantai aj. BEuhhh...malu dah eike. Akhirnya sy sumpah deh smenjak kelas XI sy gak pernah nyontek. Alhasil sy sering remedial, haha...*jgn dicontoh. Coz memang sy sadari sy bljr kurang optimal, kbnyakan ekskul euy. Sbenernya masih panjang nh, tp sy singkat aj ya.
Perjuangan sy tidak menyontek trus meningkat, karena tiap sabtu sy di"charge" ama yg namanya mentoring(walaupun sering bolos c gr" maen bola, hehe) dan jg temen2 DKM yg bs ngajarin sy arti hidup, cara bljr, dan gmn cara meraih ridho lewat belajar. hmm....alhasil sy tak pernah dpt ranking kelas(huwa...malunya T.T) tp sy sngt aktif d kelas lho, tp pas ujian tertulis malah "oon" hehe aneh ya?. Smpai ad guru Biologi, Bu Yuli blng "agus, sy salut sm km, km d kelas aktif, kerja sama baik dng klmpoknya, hasil presentasinya bgus, tp knp klo ujian tertulis km remed?" Jiahhh....langsung merah mukaku(sbnernya c tetep item). hehe
Ya gitulah sy.
Okeh kt menuju ending nh, , ALLAH MEMANG ADIL!!. Itu yg sy teriakkan smpai saat ini. Kalian tw, ketika UAN sy dropped karena sy g bs FISIKA. Hingga2 hmpir sy gak lulus d pelajaran fisika karena sy gak ngeliat contekan yg beredar sedikt pun. Sy berdoa pd Alla, "YA Allah hambamu kini berusaha untuk bertobat untuk jujur dalam ujian, maka dari itu Berikan balsan yg setimpal atas tobat hambamu ini." sy trus brdoa sperti itu karena bner2 sy dilema, mw nyontek tp udh tobat. Akhirnya hasil UAN diumumkan. Teman2 sy bnyak dpt nilai 10. sementara saya dan temen2 DKM yg senasib dgn sy mendptkan urutan ke 3 dari bawah dari masing2 kelas. Sy udh hampir putus asa, gmana sy mau msuk ITB klo nilai FISIKA sy di bwh 6. Dan kalian tw teman2?????????? Pada akhirnya sy mendapat DUA UNIVERSITAS TERNAMA, yaitu TEknik Mesin Universitas Indonesia lwt SNMPTN dan Akuntansi Pemerintahan STAN. Subhanalloh..mengalir lah air mata saya scara nilai FISIKA sy di bawah 6. TUh kan, klo JUJUR pasti d bls sm Gusti Allah.
Itu mungkin dr sy, sy bukan ingin sombong mapun menyebarkan aib. Tp smg temen2 bs mengambil hikmahnya.
JZKUMULLOH

[2] Shela, Smansa 2010, dulunya XII IPA 4
Kenapa gak nyontek lagi:
1. Pernah ketahuan
2. Malu sama teman (bgt!)
3. Jadi malas, bikin gak tenang, ketergantungan
4. Ingin mengetahui kemampuan sendiri
5. Malu, takut, dan merasa jauh dari Allah SWT
6. Yakin dengan diri sendiri (dgn ilmu yang udah didapat)
7. Melatih feeling mencari jawaban yang tepat (persiapan masuk univ)
8. Percaya Allah pasti memberi jalan n membantu! (iman yg ke-1! Miracle will come when you believe)
9. Penting! Tekad untuk tidak nyontek! Kalo ga ada tekad ya susah berhenti nyonteknya!

[3] Upay, Smansa 2010, dulunya XII IPA 1
Waktu Ulum pas SMP, pernah ada temen yg nanya ke Upay dgn bisik-bisik. “Pay, udah selesai ya?”
Terus Upay geleng-geleng, artinya: belum selesai. Eh abis itu langsung dipelototin sama pengawas dan ditunjuk-tunjuk disangka nyontek/ngasih contekan. Sejak itu trauma deh nengok-nengok ke temen pas ujian.
PD aja ama jawaban sendiri. Kata siapa kita ga lebih pinter daripada temen kita? Hahaha :D
Nanya sama Allah SWT ajaaa, pasti bener kan?

[4] Galishia, Smansa 2010, dulunya XII IPA 7
Kenapa ga boleh nyontek? Karena:
 Sayang otakmu yang udah dipakai selama 1 atau 2 tahun, biarkan dia memuntahkan sendiri apa yang ditangkapnya. Jangan sampai apa yang sudah dipelajari satu/dua tahun terbuang percuma.
 Belajar itu ga cuma untuk UAS. Itu bakalan sangat berguna saat nanti naik ke kelas XII. Saat tuntutan UN, SNMPTN dan ujian-ujian masuk lain sudah di depan mata, kamu pasti akan merasa bersyukur sudah mencicil belajar, sehingga ga semuanya numpuk di kelas 3.
 Be yourself! PD!

[5] Elang Fajar, Smansa 2010
nyontek? hemm saya sih hampir gapernah -berarti pernah dong hha- yaaa soalnya nyontek itu bisa dibilang salah satu syirik kecil. Soalnya kalo nyontek kan kita takutnya ama guru/pengawas bukan ama Allah. Lagian juga nyontek sama aja lari dari masalah. Ga 'cool' banget deh... Udah gitu nyontek juga jadi cikal bakal mental curang dan korup kalo yang saya liat mah. Kapan Indonesia mau maju dong??
"pingin pintar? makanya belajar... xD"

Minggu, 06 Juni 2010

"Islamiyah qobla jam'iyah", perbedaan tak perlu diributkan lagi. Islam is the first. Nahnu Muslim qobla kulli syai'in, dan isyhaduu bianna Muslimuun.

Kematangan emosi secara sadar akan mampu mengendalikan situasi dan tidak mudah terprovokasi... Emosi dikelola agar mampu menggerakkan tak sekedar memindahkan pengetahuan. Memberi bukti dengan bakti. Mengubah omelan jadi amalan. Meloncat dari meja diskusi ke lapangan aksi. Dari wacana menuju amal nyata. Memulai diri bukan menuntut sana sini.

Kematangan emosi secara sadar akan mampu mengendalikan situasi dan tidak mudah terprovokasi... Emosi dikelola agar mampu menggerakkan tak sekedar memindahkan pengetahuan. Memberi bukti dengan bakti. Mengubah omelan jadi amalan. Meloncat dari meja diskusi ke lapangan aksi. Dari wacana menuju amal nyata. Memulai diri bukan menuntut sana sini.

Kalian masih aja kayak anak kecil ya, mempermasalahkan perkara yang ga penting, membesar-besarkan masalah kecil, ckckck.. (kata-kata si abach td siang)... Oy, kapan sih pada dewasa, malu2in aje berantem di walimahan orang:p, bilang aje kalo kangen, iya kan? ayo ngaku! xixixi...

Kamis, 03 Juni 2010

Free Flotilla!! Free GAZA!!!




Aksi Solidaritas untuk Mengecam Bangsa Zionis Yahudi Laknatullah atas kekejamannya pada rakyat Palestina selama lebih dari 60 tahun dan atas aksi pembajakan kapal MAVI serta penembakan terhadap para relawan... Zionisme tak akan pernah mengerti bahasa kemanusiaan karena mereka BUKAN MANUSIA!!! Hanya bahasa PERANG untuk mereka, YAHUDI LAKNATULLAH, KAMI PASTI KEMBALI!!!!!!

3 Juni 2010
@ MONAS