Translate

Minggu, 30 Mei 2010

Wahai orang-orang yg beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berdzikir&berdoa) agar kamu beruntung. Dan taatilah Allah dan rasulNYA dan janganlah kamu berselisih, yg menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang. Dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang yg sabar. (QS.Al-Anfal:45-46); Dan janganlah orang-orang kafir mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan (Allah). Dan persiapkanlah dgn segala kemampuan untuk menghadapi mereka dgn kekuatan yg kamu miliki dan dari pasukan berkuda yg dpt menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yg kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yg kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dgn cukup kepadamu dan kamu tidak akan didzolimi (dirugikan). (QS.Al-Anfal:59-60)

Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada 20 orang yg sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan 200 orang musuh. Dan jika ada 100 orang (yg sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan 1000 orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yg tidak mengerti. (QS.Al-Anfal:64-65)

16 orang tewas di perairan gaza diberondong peluru zionis laknatullah... T_T

Masalah besar kita bersumber pada masalah kecil yang diremehkan. Amanah diabaikan. Disiplin dikesampingkan. Kehadiran tak beraturan. Shaf jamaah amburadul. HTS mewabah seiring virus merah jambu yang merusak kalbu, dll. (Solikhin Abu 'Izzuddin)

Sabtu, 22 Mei 2010

Di saat organ lain beristirahat untuk menikmati larutnya malam, setelah siangnya bekerja...Adakah JANTUNG berhenti berdetak? Adakah JANTUNG berhenti memompa? Adakah JANTUNG berhenti sejenak guna istirahat sebagaimana organ lainnya? TIDAK!! ia tetap berdetak di tengah yang lainnya terlelap. Karena JANTUNG SADAR dan TAHU akan tugas dan kewajibannya, yang kelak kalau ia lalai, maka TUBUH ini akan berhenti juga. Tapi, pernahkah kita menatap dan mengindahkan jantung sebagaimana kita mengindahkan mata, telinga, mulut, atau organ yang tampak lainnya? Kiranya hal ini bisa menghantarkan kita untuk bisa menatap lebih dalam. Bisa jadi, kita tidak bisa menatap semuanya, karena memang pandangan kita yang terbatas. Namun ingat saudaraku, bahwa ALLAH menganugrahkan hati, yang bisa menembus hal-hal yang tidak bisa ditembus oleh mata zhahir kita. TAK SEMUA BISA DILIHAT DENGAN MATA.

“Tiadakah engkau perhatikan bagaimana Allah telah membuat suatu perumpamaan. Kalimat yang baik adalah umpama pohon yang baik. Akarnya teguh dan cabangnya sampai ke langit. Ia memberikan buahnya di tiap musim dengan izin Rabbnya …” (QS Ibrahim 24-25)

Everyone's in a rush, everybody's busy....

Always in a rush.. Setiap detik terasa amat berharga tuk disiakan.. Benarlah jika dikatakan kewajiban yang kita miliki jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia.. Sungguh merugi diri ini saat terdiam tanpa amal meski hanya sejenak.. Bukankah ketika kita tidak menyibukkan diri dalam kebenaran pastilah kita sibuk dalam kemaksiatan??

Sebuah perenungan buatku beberapa minggu belakangan, saat kewajiban dan amanah seolah menumpuk menggunung dan menuntut tuk segera ditunaikan. Membagi diri dan waktu di antara banyak pilihan, memaksa kita menentukan prioritas karena tak mungkin menyelesaikan semuanya dalam satu waktu. Satu hal yang pasti, kitalah yang memimpin hidup kita, kita yang mengatur alokasi waktu, kita bukan budak waktu yang dikendalikan, bukan pula pecundang yang kalah melawan waktu.

Sebuah penaklukkan atas waktu. Pekan lalu saya berada di Ciamis selama 4 hari untuk menunaikan sebuah amanah. Pada hari ke-3 sebuah email masuk, memberikan sebuah amanah baru yang merupakan tantangan besar untuk saya. Namun amanah itu baru bisa saya tunaikan setelah kembali dari Ciamis. Kamis lalu, sesampainya di rumah, meski tubuh lelah teramat sangat tapi tak ada waktu untuk berleha-leha. Segera menyelesaikan amanah berikutnya, terpaksa begadang. Keesokkan harinya amanah tsb dilaporkan dengan banyak revisi.. Sabtu-ahad pun menyapa, bukan waktu tuk beristirahat pastinya, tapi serentetan syuro telah menanti. Mengisi dan diisi. Agenda-agenda wajib menumpuk di dua hari itu, always in a rush.. Hingga tibalah hari senin, tantangan baru, sebuah proposal riset harus diselesaikan dalam 3 hari, dan ini BUKAN PEKERJAAN MUDAH, butuh inspirasi dan data dalam waktu yang mendesak. Hari-hari yang diisi dengan begadang, fyuhh.. Deadline 19 Mei 2010 pukul 23.59 WIB.. Kemarin kepanikan terjadi, semua orang heboh wara wiri ngurus proposal masing2. Tepat jam 9 malam, komputer kampus hang, akhirnya memutuskan langsung ke DRPM UI membawa hardcopy proposal yang belum dijilid dan softcopy yang belum di-upload.

Dalam perjalanan, salah satu dosenk nyeletuk, "wah, udah subuh yah", lalu "dulu itu saya tiap hari kerja kayak orang gila, ga tidur sampai subuh, lebih parah deh daripada sekarang. Tapii, sekarang badan saya udah gak kuat, gak bisa lagi kerja sampe begadang."

Sampai di DRPM, bertemu peserta riset lain, seorang Prof dari FKG. Beliau ditanyai mengapa tidak mengajukan yg riset kompetensi, dan jawabannya,
"waduh, saya gak mau tiap malam begadang selama setahun, ngajuin yang riset kolaborasi aja udah bikin saya begadang beberapa malam ini."

Wew, saya jadi banyak merenung soal pemanfaatan waktu. Soal apa yang kita perjuangkan hingga mengorbankan segalanya. Haruskah seluruh waktu kita tersita untuk suatu hal. Saya rela korbankan semua waktu yang saya miliki jika itu bisa menjamin saya bahagia di akhirat kelak.. Jika hanya untuk pencapaian duniawi yang fana ini, relakah??

Sebuah fenomena menarik, saat seseorang begitu sibuk dengan usahanya mencari ma'isyah atau sibuk dengan upaya menuntut ilmu atau kesibukan untuk sebuah aktualisasi diri menjadikan waktu untuk Allah terkorbankan. Kadang shalat jd terlalaikan, seringkali tertunda, tilawah 1juz/hari tak tercapai, dzikir terlupakan, shaum sunnah tak kuat dijalankan, qiyamullail terlewatkan, tak ada waktu untuk dhuha, dan amalan2 yaumiah lain terlalaikan hingga ruhiyah jadi kering kerontang. Belum lagi amanah dakwah tak lagi jadi prioritas. Kesibukan mengejar dunia membuat kita tak punya waktu untuk mengisi halaqah atau menghadiri syuro, lebih buruk lagi, bahkan terhalang untuk datang halaqah. Hei! Wake up! Apa yang kita kejar sih? Apakah ada keridhoan Allah dalam aktivitas yang melalaikan kita dari mengingatNYA? dari menunaikan dakwah di jalanNYA? Lupakah apa tujuan penciptaan kita di dunia ini? Hanya untuk beribadah kepada Allah!! Lupakah kemana raga ini akan berakhir? Ke tanah dan habis membusuk tak bersisa!! Lupakah akan hari pertanggungjawaban saat semua amal dihisab??

Sebuah pelajaran berharga, sungguh setiap aktivitas, setiap kesibukan akan terasa keberkahannya HANYA BILA melibatkan ALLAH dari awal hingga akhir, semua diniatkan untuk ibadah dan dengan tidak mengorbankan amalan yaumiah dan amanah dakwah kita. Bersibuk-sibuklah dalam kebaikan, sibuklah dalam aktivitas yang bisa menyelamatkan kita dari panasnya api neraka.. Kitalah yang mengatur waktu, kitalah yang memilih kesibukan kita, kita pulalah yang akan mempertanggungjawabkannya kelak..


Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,  فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا 5
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.  إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا 6
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,  فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَب7
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.  وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ 8

 


Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

Tak ada waktu untuk berhenti bergerak....


-flo-
20 mei 2010

AKHLAK MULIA

“Tiadakah engkau perhatikan bagaimana Allah telah membuat suatu perumpamaan. Kalimat yang baik adalah umpama pohon yang baik. Akarnya teguh dan cabangnya sampai ke langit. Ia memberikan buahnya di tiap musim dengan izin Rabbnya …” (QS Ibrahim 24-25)

 

Bangunan iman seorang muslim seperti pohon itu. Ada aqidah yang menghujam, terpatri dalam benak. Ia tersembunyi, tetapi eksis. Keyakinan yang teguh pada Allah, mengakar ke sumber kehidupannya. Ada ibadah yang pengaruhnya dinikmati banyak orang. Shalat yang mencegah keji dan munkar. Puasa yang mengajarkan empati pada sesame. Zakat yang mengajak qta semua untuk berbagi. Dan haji, yang membuat qta semua sinergi, merasa kecil di hadapan Allah Yang Maha Besar. Dahan-dahan ibadah ini sampai ke langit, menjulang menyadarkan.

 

Dan buahnya, itulah akhlak. Seorang mukmin memberikan buahnya di setiap musim, pada segala kondisi dengan izin Allah. Akhlak seorang mukmin akan dinikmati dan memberi manfaat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia, bermanfaat kapan saja, dalam kondisi apapun.

 

Diamnya bermanfaat, bicaranya apalagi. Cemberutnya bermanfaat, senyumnya bermanfaat. Tawanya bermanfaat, tangisnya bermanfaat. Gembiranya bermanfaat, sedihnya bermanfaat. Sabarnya bermanfaat, marahnya memberi pelajaran. Duduknya bermanfaat, berdirinyapun bermanfaat. Saat diberi nikmat, ia berbagi. Saat musibah menimpa, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari dirinya.  Saat luang, ia memberi manfaat sebagaimana saat sibuknya. Semua sisinya memberi manfaat bagi sekelilingnya.

 

Itulah akhlak mukmin. Sudah berapa banyakkah yang sudah bisa kita capai? “Seorang mukmin itu adalah seseorang, dimana orang lain senantiasa merasa aman dari lisan dan tangannya.” Jikalaupun saat ini qta belum bisa menghasilkan buah itu, paling tidak qta tidak berduri ataupun beracun. Ya toh??

 

Untuk mencapai akhlak mulia, ayo qta sama-sama belajar dari manusia-manusia mulia, Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. NABI Muhammad SAW adalah contoh dan teladan paling agung dalam sejarah kehidupan manusia. Baginda dihiasi dengan akhlak mulia lagi terpuji. Allah berfirman:

 

"Dan bahwa sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang sangat mulia." (Surah al-Qalam, ayat 4).

 

Di antara contoh bandingan yang tinggi terhadap kepribadian beliau, Rasulullah SAW mempunyai sifat rahmat, semangat yang tinggi dalam jihad, sabar, benar, ikhlas, menunaikan janji, amanah, melaksanakan kebaikan dan pemurah.

 

Bunda Aisyah menyatakan bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah akhlak al-Quran. "Adalah akhlaknya (Rasulullah SAW) sebagai akhlak al-Quran." (Hadis Riwayat Muslim).

 

Para sahabat-sahabatnyapun memiliki akhlak yang amat menawan. Mereka adalah figur-figur yang penuh warna. kendatipun mereka pernah hidup di jaman jahiliyah dan mengikuti tradisi jahiliyah, tetapi setelah mereka beriman justru kepribadian itu nampak semakin memukau. Karena layaknya kain putih yang terkena noda, kain itupun dicuci dengan syahadat yang mereka ucapkan.

 

Ada orang besar dengan gelar besar. Tetapi kebesaran itu bermula dari satu prinsip yang dipegang teguh. Satu saja, kecil saja. Tetapi istiqamah.

 

Abu Bakar Ash Shiddiq. Benar, lagi membenarkan. Kenapa demikian? Karena keteguhannya untuk yakin pada apa yang di sisi Allah dan RasulNya. Maka keyakinan itu menjadi sesuatu yang sangat besar. “Andaikan iman seluruh manusia ditimbang pada suatu dacing dan iman Abu Bakar pada dacing lainnya, niscaya iman Abu Bakar lebih berat”

 

Umar al Faruq. Sosok yang tak pernah menyembunyikan perasaannya. Jujur pada dirinya, keras, tak kenal takut. Tetapi ada saat-saat dimana ia adalah manusia terlembut; yakni saat ia memimpin.

 

Utsman bin Affan, si pemalu berakhlak mulia. Malu tak hanya pada manusia, bahkan pada Allah. Ia malu jika nikmat Allah tak ia nafkahkan di jalanNya. Maka ribuan unta ia sedekahkan untuk kendaraan perang Tabuk. Ia malu, jika ia minum air sejuk, sementara penduduk Madinah meminum air bacin. Maka dibelinyalah sumur Raumah, lalu ia wakafkan. “Tidak akan membahayakan ‘Utsman,” sabda Nabi “Apapun yang ia lakukan setelah hari ini. Dan ‘Utsman semakin merasa malu…

 

Ali yang ceria. Ceria mengajarkannya keberanian untuk tidur di dipan menggantikan Rasulullah saat terror masyarakat Quraisy Mekkah sedang gencar-gencarnya ditujukan pada Rasulullah. Ceria mengajarkannya untuk tetap belajar, maka ia menjadi pintu kota ilmu.

 

Ada Abu ‘Ubaidah, kepercayaan ummat ini. Seperti apa orangnya? Rapi jali! Pandai mengadministrasi, cerdas dan adil. Ada Thalhah yang perwira, perisai hidup Rasulullah yang di tubuhnya ada tujuh puluh sayatan pedang, hujaman tombak, dan tusukan anak panah. Maka jadilah ia, kata Rasulullah, seorang syahid yang masih berjalan di muka bumi.

 

Ada lagi yang agung dalam gelar kematiannya. Hamzah penghulu syuhada’, Ja’far pemilik dua sayap yang terbang kian kemari di surga, Abdullah ibn Rawahah yang ranjangnya terbang menghadap Rabbnya, Sa’ad ibn Mu’adz yang kenaikan ruhnya membuat ‘Arasy Allah berguncang, dan Hanzhalah yang dimandikan malaikat.

 

Ada yang mulia dengan perbuatannya. Usaid ibn Hudhair yang tilawahnya didengarkan malaikat, Abdurrahman ibn ‘Auf yang diberkahi dalam simpanan dan shadaqahnya, keluarga Abu Thalhah yang membuat Allah takjub.

           

Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqamah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Kecenderungan-kecenderungan memang berbeda. Dan jadilah itu warna-warna.

 

Yuk, qta belajar dari mereka, agar diri ini menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Kuncinya, ISTIQOMAH!!

Timbanglah Semuanya Pada Neraca Allah

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar-Ruum : 30)

 

Manusia bergerak, tumbuh dan berkembang dalam lingkaran, seperti bergerak dan berputarnya alam semesta. Bintang, bulan dan seluruh isi alam semesta pun bergerak, tumbuh dan berputar dalam lingkaran yang tetap dan mampu menampung seluruh gerak, putaran dan pertumbuhannya. Lingkaran itu adalah fitrah yang telah Allah tetapkan untuk makhluk-Nya. Bayangkanlah apa yang terjadi bila ada satu makhluk Allah, sebut saja bumi, yang mencoba keluar dari lingkaran fitrah tersebut. Bumi yang keluar dari jalur rotasinya pada gilirannya akan berbenturan dengan benda-benda planet lain dan mengakibatkan kehancuran. Apa hikmah yang dapat kita petik dari ilustrasi tersebut? Harus ada suatu wadah yang tetap dan tidak berubah sebagai tempat kembali semua makhluk Allah agar tidak terjadi sesuatu bahaya dan kehancuran. Dan kita, manusia, termasuk di dalamnya.

 

Kita memang memerlukan sebuah wadah yang tetap untuk membimbing ruang gerak agar tidak melahirkan benturan dan kekacauan dalam hidup. Kita perlu sebuah ruangan atau wadah yang selamanya menjadi neraca untuk menjadi rujukan dan tempat kembali dalam hidup. Kita tentu tidak sependapat dengan orang-orang yang mengatakan segala sesuatu di atas bumi tumbuh dan berkembang sehingga peraturan hidup pun akan terus mengalami perkembangan dan perubahan. Pendapat seperti ini hanya akan mengakibatkan goncang dan rusaknya sendi-sendi kehidupan manusia.

Ambil contoh masalah zina. Dalam syariat Islam sudah ditetapkan bahwa zina hukumnya haram. Ajaran-ajaran samawi lainpun mengatakan hal ini. Tak ada yang beda pendapat soal haramnya perbuatan zina. Maka, jika tolok ukur yang kita gunakan tetap dengan mengatakan bahwa zina itu terlarang maka selamanya sebab-sebab yang mengarah pada perbuatan mesum itu akan selalu kita anggap hina. Kapan saja, di mana saja dan siapa saja yang melakukan perzinahan tetap tidak bisa ditolerir. Perzinahan tidak boleh dilokalisir sehingga orang boleh dan dimaklumi untuk melampiaskan nafsu setannya di sana. Perzinahan juga tetap tercela meski dilakukan oleh orang yang mengaku suka sama suka. Perzinahan tetap perzinahan.

 

Namun jika hukum yang kita gunakan tidak tetap dan dapat berubah-rubah, maka perbuatan zina yang dahulu dianggap terlarang dan hina lama kelamaan bisa berubah menjadi mubah (boleh) dan tidak tercela lagi. Kondisi saat ini mungkin menjadi bukti kongkrit di mana tidak sedikit masyarakat yang bisa mentolerir perzinahan. Tidak sedikit masyarakat yang tidak resah mendengar dan melihat berbagai keadaan yang mendorong seseorang untuk melakukan perzinahan. Orang pun sekarang merasa bebas menjual bagian tubuhnya di berbagai media. Padahal siapapun tahu itulah kunci pertama yang mendorong orang melakukan perzinahan.

 

Begitu pula halnya dengan menutup aurat. Khususnya bagi kaum wanita. Ini merupakan satu masalah yang telah ditetapkan oleh kode etik dan agama. Hal ini akan terus berlanjut sampai hari kiamat. Namun bila kita hanya merujuk pada timbangan tata krama yang selalu berubah, maka keharusan menutup aurat pun akan berubah pula menurut perubahan masa dan zaman.

 

Bila menurut tata krama dahulu menutup aurat merupakan kebanggaan namun pada abad modern jilbab sudah tidak menjadi kebanggaan lagi. Mereka yang menganut paham ini melancarkan propagandanya melalui mass media dan informasi. Mereka mengajak manusia membuka aurat dengan menyebarkan racun berbisa untuk membunuh eksistensi peradaban manusia yang dibangun di atas nilai-nilai agama. Karena serbuan informasi itu, bangunan sosial masyarakatpun menjadi rusak.

 

Mereka terombang-ambing oleh perkembangan zaman dan mejadi korban orang-orang yang memiliki paham yang menyesatkan. Masyarakat pun berdebat dan berpolemik, mana batas aurat yang boleh ditampilkan di muka umum dan mana yang tidak. Yang satu berpendapat, membuka aurat, mengenakan pakaian minim, adalah hak pribadi yang tak boleh diusik-usik. Yang satu lagi berpendapat memamerkan aurat, bahkan tanpa sehelai bajupun, adalah estetika, nilai seni yang tinggi. Musibah.

 

Apa akibatnya bila masyarakat tidak memiliki aturan hidup dan timbangan hukum yang tepat dalam menimbang berbagai masalah? Selamanya mereka akan terperangkap dalam kubangan nafsu dan keinginan yang tak pernah selesai. Ibarat lingkaran setan, nafsu manusia terus menerus menghancurkan semua sendi-sendi kehidupan yang harusnya terpelihara.

Kesimpulannya, kita sangat membutuhkan acuan petunjuk yang konstan, tetap dan tidak berubah-ubah.

 

Agama adalah neraca bagi manusia dalam mengukur semua gerak langkah dalam kehidupan di dunia. Timbangan yang kita gunakan dalam berbagai masalah harus satu. Contohnya, bila satu kilogram kita hitung dengan 1000 gram, maka jika kita ingin menimbang suatu benda, benda itu harus kita tempatlkan pada piring yang ada di sisi lain dengan hitungan timbangan yang sama. Dengan cara itu hukum dan ketetapan terhadap sesatu akan selalu akurat dan tepat karena alat penimbang yang digunakan adalah satu. Namun jika ada orang lain yang merubah ukuran timbangan tadi menjadi satu kilogram sama dengan 100.000 gram misalnya, maka hasilnya pun akan jauh berbeda. Artinya, jika timbangan dan neraca digunakan orang untuk menilai suatu berbeda maka hasil penilaiannya pun berbeda.

 

Dalam timbangan Islam, boleh jadi seseorang dianggap besar dan mulia di kalangan manusia, tapi menurut Allah dia belum tentu bernilai. Seseorang bisa saja sukses secara materil di dunia dan berhasil meniti karirnya di dunia, dihargai dan dihormati oleh banyak orang, tapi di hadapan Allah timbangan yang digunakan tetap saja ukuran ketaqwaannya. Orang mungkin memiliki penampilan yang baik, cantik, indah, mempesona, menawan, tapi Allah tetap memandang dan menilai seseorang dengan kondisi hatinya. Itulah timbangan Islam.

 

Ketetapan dan kemantapan akidah Islam menjadikan Islam sebagai dan sumber rujukan hukum seluruh manusia, baik rakyat jelata maupun pemimpin. Dengan akidah inilah orang akan merasa lega dan senang. Dan dari sanalah akan tercipta kehidupan yang damai dan tentram. (ma)

Minggu, 09 Mei 2010

Inspiring Wedding Party

Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Alhamdulillaahirrobbil'aalamiin..
Baraakallaahu laka wa baraakallaahu'alaika wa jamaa'a bainakuma fii khoir..

Segala puji dan syukur kehadirat Allah azza wa jala yang telah mempertemukan dua insan dalam sebuah ikatan suci.. Maha Suci Allah yang telah menghimpun dua hati menjadi satu dalam cinta dan berkah yang tiada tara, yang merupakan penyempurnaan separuh dien..

Di hari ini, sepanjang jalan kutemui pemandangan luar biasa, melambai janur kuning di setiap muka gedung dan juga nyaris di tiap sudut jalan yg kulalui. Setidaknya, ada 3 undangan yang sampai di tanganku untuk sebuah perayaan cinta yang diridhoi dalam perjanjian yang agung, mitsaqol gholidzo. Sayang, baru dua undangan yang telah kupenuhi. Kedua walimahan tsb meninggalkan kesan mendalam untukku.., sebuah tasyakuran yang penuh keberkahan.

Pernikahan yg pertama kuhadiri di hari ini adalah pernikahan teman lama, teman SMA-ku. Terakhir bertemu dengannya sekitar 2-3 tahun lalu. Dan WOW!!! Kini dia sudah berubah, sangat berbeda.. Jujur, aku sangat suka konsep pernikahannya. Tidak menunjukkan kemewahan tapi sangat nyaman dan tertata rapi. Tak ada ikhtilat sama sekali. Diadakan di gedung dengan 2 ruang yang disekat tembok. Mempelai wanita, ibu kedua mempelai, dan tamu wanita berada di salah satu ruang. Sedangkan mempelai pria, bapak kedua mempelai, dan tamu pria ada di ruang lainnya. Begitu pula dengan para penerima tamu, fotografer dan penyaji hidangannya. Keren! Pakaian pengantin wanita pun sangat elegant, gamis merah marun dengan jilbab sepanjang lutut. Kamu sangat anggun, ukhti... Hidangan makanan cukup mewah, lengkap, dan banyak. Gedung sangat lapang, banyak kursi, namun didekor sederhana, menunjukkan konsep yg zuhud.Yang pasti ini bukan standing party seperti gaya pesta perkawinan jaman sekarang. Herannya, segitu banyak kursi tersedia, masih ada aja tamu yg milih makan sambil berdiri, heran deh!

Mengingat dirinya yang dulu, tak heran banyak tamu yang hadir dari kalangan 'hedon', hehe.. Dia memang dari kalangan "atas", dia dan suaminya bahkan lulusan Binus. Ga nyangka dari kampus yg didominasi kaum salibis bs terlahir org2 spti mreka. Luar biasa! Di antara bnyk inspirasi yang kudapatkan dari walimahan ini, ada hal lain yg membuatku cukup sering tersenyum. Aku bertemu sahabat2ku dari T-Page club, akhirnya kita bisa ngumpul lengkap lagi, wuih, kangen bgt ma mereka. Ada satu pertanyaan menggelitik yg diajukan salah satunya (yang seorang nasrani), "bung, nanti kawinan lo kayak gini juga ya?" , hahay, ada-ada aja, awalnya aku cuman cengar cengir aja, tp karena dia penasaran bgt, ku jawab aja, "yey, sapa jg yang mau ngadain pesta2an , gw mah ga mau ribet, lgsg aja dah ke KUA, hahaha"
Oia, satu lg yang cukup unik, souvenir pernikahannya itu buku2 islami gt, dari HASMI.. Alhasil, temenku yang nasrani ini cuman cengo, trus bilang, "ntar gw kasih ke si fulanah aja deh ni buku", xixixi.. As always, rata2 teman2 yang hadir banyak yang ngeluh karena pemisahan tamu ikhwan-akhwat (selalu saja!), ujung2nya malah pada ngariung di luar gedung, payah ah. Kayaknya cuman aku yang menikmati konsep pernikahannya, hehehe... Ajang reuni yang menyenangkan, meski hanya 15 menit. Ya, emang jadi sangat terburu-buru karena mau hadir ke walimahan yang lain..

Selanjutnya adalah perjalanan dari Gedung PETA ke daerah Tajur. Ini adalah walimahan adik kelas SMA-ku, sesama ADS. Berbeda dengan pernikahan sebelumnya yg kuhadiri, walimahan ini sangat sederhana. Tapi tentu pancaran keberkahannya sangat kuat. Diadakan di rumah. Lahan yang memang terbatas tak memungkinkan dilakukan pemisahan tamu ikhwan-akhwat. Namun, karena tamu2nya dari kalangan ikhwah2 juga, pemisahan terjadi dgn sendirinya,hehe.. Menyenangkan bertemu dgn saudara/i seperjuangan di sini.

Rabu, 05 Mei 2010

Cuap Cuap [Ga] Penting di Hari Ini

Tema kostum: santai kayak di pantai, hehee

Tempat yang dituju: kampus ungu

Yang ditemui: Prof.UFA, my boss

Yg ga sengaja ketemu: Prof. Haryoto, pembimbing skripsiku, orang yg slalu ku hindari karena ngerasa punya dosa, GA PERNAH NYERAHIN SKRIPSI ke beliau, padahal si prof minta aku men-jurnal-kan tuh skripsi, peace prof ^^v

Other people: warga KL dan maksi bareng fita, ketemu ex. mentee-ku dan bbrp mahasiswa yg ku-asdos-in, dan tak satupun yg kuingat namanya.. Sangat payah dalam mengingat nama, im so sorry guys -_-

Good News: dapet honor, diajak jalan2 ke pangandaran, dapet oleh2 dr Yogya, dapet job baru, hohoho

uhuy, untung maen ke kampus, jadi bisa ikut ke pangandaran. Dulu, aku ikut ke Pangandaran sbg peserta ilegal praktikum vektor penyakit, just for fun, tp kudu bayar. Tapi sekarang, cukup bawa diri ajah, malah dibayar, hahay...

Jurnal prof udah dikirim ke Asian Pacific Journal of Public Health dan Majalah Kedokteran Indonesia. Katanya mah masih ada 4 jurnal lagi yang kudu qt godog bersama buat dikirim ke jurnal-jurnal internasional...

Apalagi yah? Sepertinya ada banyak kerjaan yg mau prof kasih, tp beliau ada rapat S3, jadi aku ditinggalin deh.. Ntah kapan qt meeting lg, lusa beliau mau ke Lampung... Oia, sabtu ini prof.Made mau ke Belanda, titip oleh-oleh ah :D

Bu Dewi ngajak diskusi buat proposal manajemen sampah, hee bentar lg deadline dan satu baris kalimat pun blm ku tulis *plak*, untung si ibu sabar, malah ngajak jalan2, hahaha...

Sekarang terdampar di sta.Pocin nunggu kreta yg tak kunjung datang -_-

Intinya, bersyukur atas hari ini yang terasa penuh nikmat dan berkah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Bersyukur atas semua yang kudapatkan dan semua yang luput... My life is beautiful, i love my life...

bener2 tulisan geje, side effect nunggu kreta kelamaan ni :D