Translate

Senin, 12 September 2011

Mars & Venus


KuLtwiT Salim A Fillah

Lelaki terindah di mata wanita bukanlah yang paling tampan, melainkan yang bisa membuatnya merasa tercantik di dunia.

Lelaki tergagah di hati wanita bukanlah yang paling kekar ototnya, melainkan yang mampu mendengarkan, memahami, & mengerti curahan hatinya.

Lelaki terkaya bagi wanita, bukanlah yang terbanyak hartanya. Melainkan dia yang pandai bersyukur & mengungkapkan terimakasih padanya.

Lelaki tershalih bagi wanita, bukan sekedar yang banyak ilmu agama & rajin ibadahnya, melainkan juga yang paling mulia akhlaqnya.

Lelaki paling hebat bagi wanita, bukanlah yang mampu membelikan apapun untuknya; melainkan yang senyum & airmatanya selalu setia bersamanya.

Lelaki tercinta bagi wanita; dia yang prasangkanya tak mengalahkan akhlaqnya; yang kekesalannya tak mengalahkan kemaafannya.


Wanita tercantik bagi pria terbaik; bukanlah yang paling jelita; melainkan dia yang jika dipandang memberi rasa tenang, & surgapun terbayang.

Wanita terkuat bagi pria bukanlah yang merasa terhebat; melainkan yang menundukkan diri dengan ibadat, menempatkan diri dalam taat.

Wanita terkaya di hati pria bukanlah dia yang bertumpuk harta; melainkan yang ridha pada yang halal semata & qana'ahnya menjadi simpanan tak fana.

Wanita terdahsyat bagi lelaki, bukan dia yang pesonanya memukau banyak mata; melainkan yang siap menjadi madrasah cinta bagi anak-anaknya.

Wanita paling kukuh di kehidupan pria, bukan yang tak pernah menangis; tapi yang tersenyum meneguhkan & airmatanya menjadi pengingat taqwa.

Wanita paling bermakna bagi pria bahagia ialah dia yang kala berpisah menenangkan, kala berjumpa menggelorakan, tiap masa saling menguatkan.




Rabu, 08 Juni 2011

Ten Things You Didn’t Know Came From the Ocean



Written by Kerry Crisley

Saya menemukan laut setiap hari.

Sungguh, setiap hari.

Hanya pagi ini, pada kenyataannya, saya membuat susu coklat dan sandwich selai kacang untuk bekal anak saya dan menyebarkan sedikit tabir surya di pipinya. Kemudian kita menggosok gigi kita, saya mengenakan make-up dan kami berangkat ke sekolah dan bekerja.

Anda mungkin berpikir: Jadi, mana laut?

Ada dalam selai kacang, susu coklat, pasta gigi, make-up dan tabir surya.

Empat item pertama semua termasuk karagenan, suatu bentuk ganggang merah yang membantu memberikan konsistensi pada mereka.

Dan SPF 50 tabir surya dikembangkan dari organisme terumbu karang.

Ini Hari Samudera Dunia, dan jika Anda pikir Anda hanya berhubungan dengan laut ketika Anda pergi ke pantai atau makan ikan, pikirkan lagi!

Apakah Anda tinggal di Miami, Florida atau Miami, Ohio, kemungkinan Anda menggunakan produk yang terbuat dari lautan kita setiap hari. Berikut adalah lima lebih dari mereka:


  1. Es krim mengandung karagena
  2. Yoghurt mengandung agar-agar, bahan dari laut yang digunakan sebagai bahan pengental.
  3. Salad dressing berisi algin, suatu bentuk ganggang coklat
  4. Sampo dan campuran kue mengandung rumput laut
  5. Obat alergi anti-inflamasi berasal dari karang laut cambuk
Dan ini hanya beberapa hal yang membuat hidup lebih menyenangkan; laut kita juga memenuhi kebutuhan esensial dengan menyediakan makanan, pekerjaan, udara bersih, dan bahan baku obat yang mengobati kanker.

Tapi ada masalah; lautan dan pesisir yang tidak sehat.

Jika kita ingin tetap menikmati semua yang lautan berikan pada kita, kita juga harus memberikan yang terbaik untuk kelestarian laut kita.

Pada Hari Samudera Dunia, berikut adalah lima hal yang dapat Anda lakukan atas nama laut.

  1. Makan ikan yang tepat, menangkap dengan cara yang benar. Jika Anda tinggal di dekat laut, perhatikan komunitas di daerah Anda yang didukung perikanan. Seperti berbagi dalam peternakan, pilih seafood segar dari hasil tangkapan lokal. Jika Anda lebih jauh ke pedalaman, tetap up to date pada pilihan yang terbaik dalam memilih ikan ketika Anda sedang berbelanja atau makan di luar.
  2. Bicaralah. Tulis atau hubungi anggota kongres dan senator dan beritahu mereka untuk mendukung  National Endowment for the Oceans,, yang bertujuan untuk melindungi lautan dan perekonomian yang berbasis kelautan.
  3. Mengadopsi terumbu karang. Sumber daya laut 3-400 kali lebih besar daripada sumber daya tanah untuk mendapatkan terobosan baru pengobatan kanker, diabetes dan pengobatan penyakit Alzheimer. Namun jika kita kehilangan terumbu karang kita, kita kehilangan mereka yang mengandung senyawa yang menyelamatkan hidup manusia.
  4. Membuat liburanmu sebuah liburan yang bersahabat dengan lautan. Ini bagus,- sangat bagus, sebenarnya – untuk bermain di laut dan snorkeling melihat terumbu karang, karena kamu mendukung pariwisata lokal. Sebelum kamu melihat-lihat pemandangan bawah laut dengan snorkel itu, pastikan kamu tahu apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada termubu karang tersebut.
  5. Mengurangi carbon footprint Anda. Pengasaman dari perubahan iklim merupakan salah satu ancaman atas laut. Jika Anda tidak yakin bagaimana atau di mana untuk memulai, mulailah dengan menilai carbon footprint Anda saat ini dengan The Nature Conservancy’s carbon calculator
If you can’t get to the beach on World Oceans Day, do the next best thing: eat ice cream. Lots and lots of ice cream. I’m going to.

Ayo kita makan es krim yang banyak





Selamat Hari Samudra Sedunia
8 Juni 2011

sumber: http://blog.nature.org/2011/06/ten-things-you-didn%E2%80%99t-know-came-from-the-ocean/

Senin, 06 Juni 2011

Walimatul Ursy

Start:     Jun 11, '11 11:00a
End:     Jun 11, '11 1:30p
Location:     Aula Balittro Cimanggu, Jalan Tentara Pelajar No.3 Bogor
Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Dengan Memohon Ridho dan Rahmat Allah Subhanahu wata’ala
Kami bermaksud menyelenggarakan Resepsi Pernikahan Kami
yang insya Allah akan dilaksanakan pada :

Hari : Sabtu, 11 Juni 2011
Pukul : 11:00 wib - 13.00 WIB
Bertempat di : Aula Balittro Cimanggu, Jalan Tentara Pelajar No.3 Bogor

Tiada ungkapan terindah selain ucapan terimakasih yang tulus atas kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i
semoga terbesit suci dalam hati,
tersirat ikhlas dalam diri dan
bertutur tulus tak bertepi.

Hanya kepada Illahi, tertuang do'a sebagai ungkapan syukur atas nikmat.

Wassalamu'Alaikum WaRohmatullohi WaBarokaatuh

:: Bunga Oktora & Rama Adeyasa ::


Keterangan:

Route menggunakan kendaraan pribadi

Dari Pintu Tol Jagorawi Belok Kanan
Setelah lampu merah, lurus sampai ada percabangan. Ambil kiri
Sampai lampu merah, belok kanan
Lurus terus sampai air mancur, kemudian ambil kiri
Lurus terus sampai lampu merah, kemudian belok kanan
Lurus terus sampai Balitro. Lokasi ada di sebelah kiri jalan


Route menggunakan angkutan umum

Dari Terminal Baranang Siang, naik Angkot 03 Jurusan Barang Siang-Bubulak
Turun di Stasiun Bogor, kemudian naik angkot 12 Jurusan Pasar Anyar- Taman Cimanggu
Turun di Balitro


Route memenggunakan angkutan umum

Turun di Stasiun Bogor, kemudian naik angkot 12 Jurusan Pasar Anyar- Taman Cimanggu
Turun di Balitro

Sabtu, 21 Mei 2011

Pernikahan sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah

Rating:★★★★★
Category:Other
Bismillah....

--in memoriam, Almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh--

Sekali lagi, saya menemukan tulisan dari beliau, sungguh tak terhitung ilmu yang telah ia tebar semasa hidupnya... Semoga tulisan ini menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita para penerusnya, menjadi amal yang akan mendampingi beliau sampai ke surga kelak....

Baitul Muslim
26/8/2008 | 23 Sya'ban 1429 H | Hits: 18.187
Oleh: Hj. Yoyoh Yusroh, SPdi.

Muqoddimah

dakwatuna.com – Dalam Annual Report tahun 2004, UNFPA sebuah badan PBB yang menangani masalah kependudukan antara lain merekomendasikan perlunya penanganan serius terhadap hubungan antar generasi yang kurang harmonis, serta perhatian lebih besar terhadap masalah remaja.

Rekomendasi tersebut tampaknya cukup beralasan bila kita cermati realitas kondisi sosial masyarakat. Di Jakarta misalnya, tawuran pelajar belum juga mereda. Penggunaan NAZA bahkan sudah merambah pedesaan, juga fakta pelacuran ABG yang membuat kita semua terperangah. Angka pengidap HIV dipercaya berkisar ratusan ribu orang sampai tahun 2010 nanti, dan akhirnya hati kita semakin terpilin perih oleh kenyataan merebaknya anak jalanan akhir-akhir ini.

Penelaahan kita pada berbagai fakta di atas membawa kita pada perkiraan “something wrong is going on“. Kita dihadapkan pada kenyataan kegelisahan sosial yang semakin bergolak. Kita melihat wajah-wajah hampa tak tentu tujuan, kita pun bisa merasakan ada hati-hati yang sepah, senyap, dan begitu asing dari kehangatan. Kita tahu itu semua. Hanya kemudian, kita belum memutuskan, apakah kita akan sungguh sungguh hadir dan menghadirkan realitas itu dalam ruang kepedulian kita?

Berbagai ekspresi ketidakseimbangan sosial yang kita lihat menggambarkan kebutuhan yang sangat mendesak terhadap situasi yang lebih kondusif sesuai fitrah manusia. Situasi yang membuat semua orang menjadi berdaya dan mampu menghadapi berbagai terpaan sosial. Situasi yang sedemikian itu, keluargalah yang mampu memberikannya.

Keluarga sebagai basis inti masyarakat, adalah wahana yang paling tepat untuk memberdayakan manusia dan ‘mencekal’ berbagai bentuk frustasi sosial, ini adalah hal yang aksiomatis dan universal. Masyarakat Eropa misalnya, saat ini para sosiolog mereka merasa gelisah karena prediksi kepunahan bangsa. Betapa tidak, tatanan, sakralitas dan antusiasme terhadap keluarga sudah tipis sekali di kalangan muda mereka. Ini tentu saja berdampak buruk terhadap angka pertumbuhan penduduk. Hingga iming-iming berbagai hadiah dan fasilitas dari pemerintah bagi ibu yang melahirkan dan keluarganya, tidak membuat mereka bergeming. Berbagai penyakit sosial pun muncul. Mulai dari angka bunuh diri yang tinggi hingga anomali kemanusiaan yang lain.

Ini adalah saat yang tepat untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap keluarga, khususnya dalam skala nasional. Berbagai pelajaran di atas menyuarakan hal ini. Dan ini adalah tugas kita bersama.

I. Arti Pernikahan dalam Islam

Dalam menganjurkan ummatnya untuk melakukan pernikahan, Islam tidak semata-mata beranggapan bahwa pernikahan merupakan sarana yang sah dalam pembentukan keluarga, bahwa pernikahan bukanlah semata sarana terhormat untuk mendapatkan anak yang sholeh, bukan semata cara untuk mengekang penglihatan, memelihara fajar atau hendak menyalurkan biologis, atau semata menyalurkan naluri saja. Sekali lagi bukan alasan tersebut di atas. Akan tetapi lebih dari itu Islam memandang bahwa pernikahan sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemayarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi ummat Islam.

II. Fungsi Keluarga dalam Islam

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, perlu diberdayakan fungsinya agar dapat mensejahterakan ummat secara keseluruhan. Dalam Islam fungsi keluarga meliputi :

A. Penerus Misi Ummat Islam

Dalam sejarah dapat kita lihat, bagaimana Islam sanggup berdiri tegap dan tegar dalam menghadapi berbagai ancaman dan bahaya, bahkan Islam dapat menyapu bersih kekuatan musryik dan sesat yang ada, terlebih kekuatan Romawi dan Persia yang pada waktu itu merupakan Negara adikuasa di dunia.
Menurut riwayat Abu Zar’ah Arrozi bahwa jumlah kaum muslimin ketika Rasulullah Saw wafat sebanyak 120.000 orang pria dan wanita [1]. Para sahabat sebanyak itu kemudian berguguran dalam berbagai peperangan, ada yang syahid dalam perang jamal atau perang Shiffin. Namun sebagian besar dari para syuhada itu telah meninggalkan keturunan yang berkah sehingga muncullah berpuluh “singa” yang semuanya serupa dengan sang ayah dalam hal kepahlawanan dan keimanan. Kaum muslimin yang jujur tersebut telah menyambut pengarahan Nabi-nya: “Nikah-lah kalian, sesungguhnya aku bangga dengan jumlah kalian dari ummat lainnya, dan janganlah kalian berfaham seperti rahib nashrani” [2].

Demikianlah, berlomba-lomba untuk mendapatkan keturunan yang bermutu merupakan faktor penting yang telah memelihara keberadaan ummat Islam yang sedikit. Pada waktu itu menjadi pendukung Islam dalam mempertahankan kehidupannya.

B. Perlindungan Terhadap Akhlaq

Islam memandang pembentukan keluarga sebagai sarana efektif memelihara pemuda dari kerusakan dan melidungi masyarakat dari kekacauan. Karena itulah bagi pemuda yang mampu dianjurkan untuk menyambut seruan Rosul.

“Wahai pemuda! Siapa di antara kalian berkemampuan maka menikahlah. Karena nikah lebih melindungi mata dan farji, dan barang siapa yang tidak mampu maka hendaklah shoum, karena shoum itu baginya adalah penenang” ( HR.AL-Khosah dari Abdullah bin Mas’ud ).

C. Wahana Pembentukan Generasi Islam

Pembentukan generasi yang handal, utamanya dilakukan oleh keluarga, karena keluargalah sekolah kepribadian pertama dan utama bagi seorang anak. Penyair kondang Hafidz Ibrohim mengatakan: “Ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Bila engaku mendidiknya berarti engkau telah menyiapkan bangsa yang baik perangainya“. Ibu sangat berperan dalam pendidikan keluarga, sementara ayah mempunyai tugas yang penting yaitu menyediakan sarana bagi berlangsungnya pendidikan tersebut. Keluarga-lah yang menerapkan sunnah Rosul sejak bangun tidur, sampai akan tidur lagi, sehingga bimbingan keluarga dalam melahirkan generasi Islam yang berkualitas sangat dominan.

D. Memelihara Status Sosial dan Ekonomi

Dalam pembentukan keluarga, Islam mempunyai tujuan untuk mewujudkan ikatan dan persatuan. Dengan adanya ikatan keturunan maka diharapkan akan mempererat tali persaudaraan anggota masyarakat dan antar bangsa.

Islam memperbolehkan pernikahan antar bangsa Arab dan Ajam (non Arab), antara kulit hitam dan kulit putih, antara orang Timur dan orang Barat. Berdasarkan fakta ini menunjukkan bahwa Islam sudah mendahului semua “sistem Demokrasi ” dalam mewujudkan persatuan Ummat manusia. Bernard Shaw mengatakan:

“Islam adalah agama kebebasan bukan agama perbudakan, ia telah merintis dan mengupayakan terbentuknya persaudaraan Islam sejak Seribu Tiga Ratus Lima Puluh tahun yang lalu, suatu prinsip yang tidak pernah dikenal oleh bangsa Romawi, tidak pernah ditemukan oleh bangsa Eropa dan bahkan Amerika Modern sekalipun “.

Selanjutnya mengatakan:

“Apabila Anda bertanya kepada seorang Arab atau India atau Persia atau Afganistan, siapa anda? Mereka akan menjawab “Saya Muslim (orang Islam)”. Akan tetapi apabila anda bertanya pada orang Barat maka ia akan menjawab “Saya orang Inggris, saya orang Itali, saya orang Perancis”. Orang Barat telah melepaskan ikatan agama, dan mereka berpegang teguh pada ikatan darah dan tanah air” [3].

Untuk menjamin hubungan persudaraan yang akrab antara anak-anak satu agama, maka Islam menganjurkan dilangsungkannya pernikahan dengan orang-orang asing (jauh), karena dengan tujuan ini akan terwujud apa-apa yang tidak pernah direalisasikan melalui pernikahan keluarga dekat.

Selain fungsi sosial, fungsi ekonomi dalam berkeluarga juga akan nampak. Mari kita simak hadist Rosul “Nikahilah wanita, karena ia akan mendatangkan Maal” (HR. Abu Dawud, dari Urwah RA). Maksud dari hadist tersebut adalah bahwa perkawinan merupakan sarana untuk mendapatkan keberkahan, karena apabila kita bandingkan antara kehidupan bujangan dengan yang telah berkeluarga, maka akan kita dapatkan bahwa yang telah berkeluarga lebih hemat dan ekonomis dibandingkan dengan yang bujangan. Selain itu orang yang telah berkeluarga lebih giat dalam mencari nafkah karena perasaan bertanggung jawab pada keluarga daripada para bujangan.

E. Menjaga Kesehatan

Ditinjau dari segi kesehatan, pernikahan berguna untuk memelihara para pemuda dari kebiasaan onani yang banyak menguras tenaga, dan juga dapat mencegah timbulnya penyakit kelamin.

F. Memantapkan Spiritual (Ruhiyyah)

Pernikahan berfungsi sebagai pelengkap, karena ia setengah dari keimanan dan pelapang jalan menuju sabilillah, hati menjadi bersih dari berbagai kecendrungan dan jiwa menjadi terlindung dari berbagai waswas.

III. Menegakkan Keluarga Sakinah sebagai Salah SAtu Fungsi Keluarga

Selain fungsi keluarga tersebut di atas, fungsi kesakinahan merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena keluarga sakinah yang berarti: keluarga yang terbentuk dari pasangan suami istri yang diawali dengan memilih pasangan yang baik, kemudian menerapkan nilai-nilai Islam dalam melakukan hak dan kewajiban rumah tangga serta mendidik anak dalam suasana mawaddah warahmah. Sebagaimana dianjurkan Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya:

“Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ia ciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenang kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa cinta dan kasih saying. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. Ar-Ruum:21)

Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga Sakinah

A. Faktor Utama:

Untuk membentuk keluarga sakinah, dimulai dari pranikah, pernikahan, dan berkeluarga. Dalam berkeluarga ada beberapa hal yang perlu difahami, antara lain :

1. Memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami

a. Menjadikannya sebagai Qowwam (yang bertanggung jawab)

Suami merupakan pemimpin yang Allah pilihkan
Suami wajib ditaati dan dipatuhi dalam setiap keadaan kecuali yang bertentangan dengan syariat Islam.

b. Menjaga kehormatan diri

Menjaga akhlak dalam pergaulan
Menjaga izzah suami dalam segala hal
Tidak memasukkan orang lain ke dalam rumah tanpa seizin suami

c. Berkhidmat kepada suami

Menyiapkan dan melayani kebutuhan lahir batin suami
Menyiapkan keberangkatan
Mengantarkan kepergian
Suara istri tidak melebihi suara suami
Istri menghargai dan berterima kasih terhadap perlakuan dan pemberian suami

2. Memahami hak istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri

a. Istri berhak mendapat mahar

b. Mendapat perhatian dan pemenuhan kebutuhan lahir batin

Mendapat nafkah: sandang, pangan, papan
Mendapat pengajaran Diinul Islam
Suami memberikan waktu untuk memberikan pelajaran
Memberi izin atau menyempatkan istrinya untuk belajar kepada seseorang atau lembaga dan mengikuti perkembangan istrinya
Suami memberi sarana untuk belajar
Suami mengajak istri untuk menghadiri majlis ta’lim, seminar atau ceramah agama

c. Mendapat perlakuan baik, lembut dan penuh kasih saying

Berbicara dan memperlakukan istri dengan penuh kelembutan lebih-lebih ketika haid, hamil dan paska lahir
Sekali-kali bercanda tanpa berlebihan
Mendapat kabar perkiraan waktu kepulangan
Memperhatikan adab kembali ke rumah

B. Faktor Penunjang

1. Realistis dalam kehidupan berkeluarga

Realistis dalam memilih pasangan
Realistis dalam menuntut mahar dan pelaksanaan walimahan
Realistis dan ridho dengan karakter pasangan
Realistis dalam pemenuhan hak dan kewajiban

2. Realistis dalam pendidikan anak

Penanganan Tarbiyatul Awlad (pendidikan anak) memerlukan satu kata antara ayah dan ibu, sehingga tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Dalam memberikan ridho’ah (menyusui) dan hadhonah (pengasuhan) hendaklah diperhatikan muatan:

Tarbiyyah Ruhiyyah (pendidikan mental)
Tarbiyah Aqliyyah (pendidikan intelektual)
Tarbiyah Jasadiyyah (pendidikan Jasmani)

3. Mengenal kondisi nafsiyyah suami istri

4. Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah

5. Membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat

a. Keluarga besar suami / istri
b. Tetangga
c. Tamu
d. Kerabat dan teman dekat

6. Memiliki ketrampilan rumah tangga

7. Memiliki kesadaran kesehatan keluarga

C. Faktor Pemeliharaan

1. Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktifitas

2. Menghidupkan suasana komunikatif dan dialogis

3. Menghidupkan hal-hal yang dapat merusak kemesraan keluarga baik dalam sikap, penampilan maupun prilaku

Demikianlah sekelumit tentang pernikahan dan pembentukan keluarga sakinah. Semoga Allah memberi kekuatan, kesabaran dan keberkahan kepada kita dalam membentuk keluarga sakinah yang mawaddah wa rahmah sehingga terealisir izzatul islam walmuslimin. Amin. []



Catatan Kaki:

[1] Albidayah Wan Nihayah, oleh Ibnu Katsir 5:356, Al Ishobah fi Tamyizis Shohabah, Ibu Hajar 1:3

[2] Al Jami’ Ash-shogir, oleh As-suyuthi, HR. Baihaqi dari hadits Abi Amanah RA

[3] Majalah Al-Wa’yu, Jum 1969, Hal 6

Daftar Pustaka:

Al-qur’an Terjemahan
Al-Iroqi, Butsaiman As-sayyid. Rahasia Pernikahan yang bahagia, Cetakan I.Pustaka Azzam, Jakarta, Oktober 1997
Isa, Abdul Ghalib Ahmad. Pernikahan Islam, cetakan I, Pustaka Manthiq, Solo April 1997
Yusuf, Husein Muhammad. Keluarga Muslim dan Tantangannya, Cetakan 9, Gema Insani Press, Mei 1994
Hamid, Muhammad abdul Halim, Bagaimana membahagiakan Istri, Cetakan 2 Citra Islami Press, September 1993
Hawwa, Said, Panduan Membina Rumah Tangga Islami
Qardawi, prof. Dr. Yusuf, Ruang Lingkup Aktifitas wanita Muslimah, Pustaka Al-kautsar, Cetakan II, Juli 1996

sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/08/903/pernikahan-sebagai-landasan-menuju-keluarga-sakinah/

Senin, 25 April 2011

Islamedia - Media Informasi Islami: Ketua Salimah : Muslimah Berjilab Meningkat

Link

Saatnya Untuk Bekerja

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Ikrar telah diucapkan, Allah dan seluruh alam semesta menjadi saksi, kini mampukah diri menunaikannya?

Ikrar telah dilisankan, adakah hati turut meyakininya? Sudahkah raga melaksanakan amal-amalnya?

Bukankah iman adalah ketika hati, lisan, dan raga selaras...

Maka kini saatnya membuktikan dengan amal, dengan kerja, dengan gerak...

Kerja itu adalah rahmat, maka bekerjalah dengan keikhlasan
Kerja itu adalah amanah, maka bekerjalah dengan penuh tanggung jawab
Kerja itu adalah aktualisasi diri, maka bekerjalah dengan semangat
Kerja itu adalah ibadah, maka sertakanlah rasa kecintaan pada kerja-kerja kita
Kerja itu adalah seni, maka bekerjalah dengan kreatif dan inovatif
Kerja itu adalah kehormatan, maka bekerjalah dengan integritas
Kerja itu adalah pelayanan, maka bekerjalah dengan rendah hati

Kini saatnya bekerja, saudaraku...

Buktikan dengan kerja, buktikan dengan amal, buktikan dengan pelayanan...

Berikan manfaat sebanyak-banyaknya, bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya?

Luruskan kembali niat, ikhlaskah seluruh amal hanya tuk meraih ridho Allah, akhiratlah orientasi kita, jangan silau dengan dunia yang hanya sekejap..... akhiratlah tempat yang abadi, ke sana kita kan kembali....

Bekerjalah tanpa peduli pujian dan cacian orang, bekerjalah ikhlas hanya karena Allah, cukuplah Allah menjadi penolong....

Amanah ini memang berat, sangat berat...

Tapi, beban seberat apapun akan ringan ketika kita menghadirkan keikhlasan di dalamnya, ketika kita menyertakan kelapangan dada di dalamnya, ketika kita selalu memupuk semangat jiddiyah dalam kerja-kerja kita...

Kini saatnya untuk bekerja
Kini saatnya kita buktikan dengan amal
Kini saatnya tubuh kita berlelah-lelah, saat pikiran kita kuras, saatnya melapangkan hati sampai luasnya tak terhingga untuk kemaslahatan umat, untuk kemajuan dakwah Islam.

Bekerja untuk Kota Bogor, bekerja untuk Indonesia, bekerja karena Allah, untuk dan hanya untuk meraih ridho Allah semata...

- MARI BEKERJA, tunaikan amanah-amanah kita -


Selasa, 05 April 2011

Subhanallah...

KulTwit@dokterarif: Subhanallah....

1) Rata2 jantung berdenyut lebih 2,5 milyar x & memompa lebih 200 juta ltr darah seumur hidup.

2) Isi paru2 sekitar 5 liter saja tapi luas alveoli hingga 100-160 m2 atau 1 lapangan tenis!

3) Orang dewasa miliki lebih 50 trilyun sel. 3 milyar mati TIAP MENIT diganti dg yg baru.

4) Indera penciuman kita bisa bedakan 2000-4000 jenis bau yg berbeda. Teknologi di ITS baru sampai 16 jenis bau.

5) Keliling bumi 40.075,16 km... sistem pembulu darah manusia 150.000 km atau 4 x keliling bumi !

6) Kita mengeluarkan 1 liter air liur/day. Selagi msh bs menelan air ludah (bkn menjilat), mesti bersyukur.

7) Tdk spt anjing, apa yg kita cium, cepat hilang dr memori. Kita tetap bs makan lahap setelah keluar dari toilet.

8) Pendengaran kita tdk sebagus anjing, kita tdk harus berkali2 bangun dari tidur tiap ada orang yg lewat.

9) Jantung kita hanya perlu daya 1,3 watt ! 10 % lebih hemat dr mesin mekanik dg tugas sama (13 watt).

10) Otak kita perlu daya 20 watt saja. jauh lebih efisien dari komputer. Tdk perlu fan cooler, cukup es degan :)

11) Indera penciuman ada dekat dg indera pengecap di lidah u bangkitkan selera makan. Bgmn kalo letaknya di kaki?

12) Rambut kepala tumbuh 0,35 mm/day. Jk kt punya 100.000 rambut dlm sehari 35 mtr = 639 km seumur hidup.

13) Udara dari hidung saat bersin sekitar 100 mph ~ badai Laurence di Australia. Brp besar hidung buat bikin badai?

14) Tiap 120 hari kt punya sel darah merah baru, kl usia 50 th maka telah berganti 120 kali!

15) Tdk hanya ular yg ganti kulit, kita berganti kulit terluar tiap 4 minggu. Atau 600 kali saat usia 50 th!

16) Dosis mematikan sianida 50mg ~ 2,5kg singkong segar MANIS ~ 50gr singkong PAHIT, *rasa pahit melindungi kita*

17) Sehelai rambut bisa menahan beban 100 gr. Normal kt punya 100 rb helai, menahan 10 ton = 10 buah Avanza!

18) Jml sel tubuh 10 trilyun, bakteri yg ada di tubuh kita 100 trilyun, manusia masih mau sombong?


*)sumber: http://twitter.com/dokterarif


Manusia diciptakan dengan bentuk fisik yang sangat baik (QS.95:4), dengan rupa yang seindah-indahnya (QS.64:3) dan dilengkapi dengan organ yang istimewa seperti pancaindra dan hati (QS.16:78), agar manusia bersyukur kepada Allah yang telah memberi banyak keindahan dan kesempurnaan.

Manusia pun diberi kemampuan berfikir untuk memahami alam semesta (QS.13:3) dan dirinya sendiri (QS.30:20-21) sebagai ciptaan Allah untuk kemudian meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT.

Manusia mempunyai akal untuk memahami tanda-tanda keagungan Allah, Kalbu untuk mendapatkan cahaya yang tertinggi (QS.89:27-30) dan ruh yang kepadanya Allah SWT mengambil kesaksian manusia mengenai keesaan Ilahi (QS.7:72-74).


Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah dibumi (QS.2:30), dan diciptakan Allah bukan untuk main-main (QS.23:115), melainkan untuk mengembangkan amanah (QS.33:72) dan untuk beribadah kepadaNya (QS.51:56) serta selalu menegakkan kebajikan sekaligus menghilangkan keburukan (QS.3:110) dengan segala tanggung jawab (QS.75:36).


QS 22: 5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.



Jika kau tahu bahwa hal itu salah, tegaskanlah! karena setan itu menyukai keragu-raguan... Istiqomahlah di jalan kebenaran dan jangan ragu untuk melangkah.... putuskanlah!

Senin, 28 Maret 2011

[WASIAT] Jadilah Para Pelaku Amal BUKAN Sekedar Pandai Berdebat !!!

Sesungguhnya di balik setiap kata itu terdapat berbagai macam makna.

Wahai ikhwah!

Kalian bukanlah perkumpulan sosial, bukan partai politik, dan bukan pula sebuah organisasi temporer yang berorientasi untuk meraih tujuan-tujuan pragmatis tertentu.

Namun, kalian adalah ruh baru yang mengalir di hati umat ini, maka ia pun akan  menghidupkannya dengan Al-Qur'an. 

Kalian adalah cahaya baru yang tengah merekah. Cahaya itulah yang menyingkap tabir kegelapan materialisme dan menggantikannya dengan ma'rifatullah

Kalian adalah suara yang melengking tinggi dan senantiasa menyenandungkan dakwah Rasulullah saw. Tidaklah berlebihan jika kalian merasa bahwa kalian telah mengemban amanat dakwah ini di saat semua orang tidak sudi melakukannya.

Jika dikatakan kepada kalian, "Ke mana kalian mengajak?"
Katakanlah, "Kami mengajak kepada Islam yang diturunkan kepada Muhammad saw. Pemerintahan adalah bagian darinya dan kemerdekaan adalah salah satu (kewajiban) di antara sekian banyak kewajibannya."

Jika dikatakan bahwa pernyataan ini berbau politik,
maka katakanlah,
"Itulah Islam, dan kami tidak mengenal pemilahan-pemilahan yang parsial seperti itu."

Jika   dikatakan   kepada   kalian,   "Kalian   adalah   para   da'i   (penyeru)   yang revolusioner"
maka   katakanlah,  
"Kami adalah para da'i (penyeru) kebenaran dan kedamaian. Kami yakin dengan kebenaran itu dan bangga dengan segala atributnya.Jika kamu menyatakan perlawanan kepada kami dan menghalangi jalan kami, maka sungguh Allah  telah mengizinkan kami  untuk membela diri.  Dan kamulah sesungguhnya para pemberontak yang  lalai."

Jika dikatakan,  "Kalian minta perlindungan para tokoh dan lembaga,"
maka katakanlah,
"Kami beriman kepada Allah saja dan mengkafiri apa saja yang  telah engkau persekutukan."

Dan  jika mereka kembali  dengan permusuhannya,
maka katakanlah,
"Kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil,"
(AI-Qashash: 55)

Wahai Ikhwah!

Berimanlah  kepada  Allah, milikilah  'izzah (kewibawaan) dengan ma'rifah  kepada-Nya,  dan bersandarlah kalian hanya kepada-Nya. Jangan  takut  kepada  selain Dia, laksanakan apa-apa yang diperintahkan-Nya, dan jauhilah larangan-larangan-Nya. Berakhlaklah dengan segala keutamaan dan berpegang teguhlah dengan kebenaran.   Jadilah   kalian   orang-orang   yang   kuat   dengan   akhlak,   orang-orang   yang punya  'izzah  dengan   apa   yang   telah   dianugerahkan  Allah   kepada   kalian   berupa keimanan orang-orang mukmin, dan kemuliaan orang-orang yang taqwa lagi shalih.

Terimalah Al-Qur'an dengan ketekunan mempelajarinya,  dan sambutlah  sirah Rasulullah yang suci dengan selalu mengingatnya. Jadilah kalian para pelaku amal dan bukan orang-orang yang hanya pintar berdebat. Sungguh, jika Allah memberi hidayah kepada   suatu   kaum,   tentu  Dia   akan  mengilhamkan   kepada  mereka   untuk   beramal (merealisasikannya). Tidaklah tersesat suatu kaum setelah datangnya petunjuk, kecuali  mereka yang suka berdebat.

Hendaklah kalian saling mencintai satu sama lain. Jagalah selalu persatuan dan kesatuan, karena   ia  merupakan   rahasia   kekuatan   dan   penentu   keberhasilan kalian. Teguhlah  dalam prinsip, sampai  Allah  membukakan  al-haq  di   antara  kalian dan  di tengah kalian. Dia-lah sebaik-baik pembuka.

Dengar  dan  taatilah  qiyadah  (pemimpin)  dalam kondisi  sulit  maupun mudah, dalam  keadaan   giat   ataupun  malas.   Itulah   syi'ar   dari   fikrah   kalian   dan mata   rantai hubungan di antara kalian.

Setelah  itu,   tunggulah pertolongan dan dukungan Allah.  Tidak diragukan  lagi, peluang itu pasti datang.

"Dan di hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang," (Ar-Ruum: 4- 5)

Semoga Allah berkenan memberikan taufiq kepada kita atas  apa yang dicintai dan   diridhai-Nya,  membimbing   kita   untuk  meniti   jalan  mereka   yang   terpilih   dan mendapatkan petunjuk, menghidupkan kita dengan kehidupan orang-orang yang punya 'izzah dan sejahtera, serta mematikan kita dengan kematian para mujahid dan syuhada. Sesungguhnya, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.

_Hasan Al-Banna_MR_Antara Kemarin dan Hari Ini_

Rabu, 09 Maret 2011

Indahnya Menanti


"Semuanya akan indah pada waktunya, jika belum indah berarti itu belum waktunya."
-
-

Indah pada waktunya, kapankah waktunya? bilakah indah menjelma? sesungguhnya keindahan adalah tentang bagaimana kita memaknai hidup, tentang bagaimana kita memaknai setiap peristiwa yang menimpa diri... Setiap detik akan berwujud indah jika kita mampu memaknainya dengan keindahan dalam kesyukuran dan kesabaran... Syukur itu indah namun akan semakin cantik jika selalu diiringi dengan sabar.

Dari Abi yahya Shuhaib bin Sinan RA. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya menakjubkan keadaan orang mu’min, karena segala urusannya sangat baik baginya, dan itu tidak akan terjadi kecuali bagi orang mu’min. Bila ia memperoleh kesenangan, ia bersyukur, yang demikian itu baik baginya. Dan bila ia tertimpa kesusahan ia juga bersabar, yang demikian itupun baik baginya.”

Teruntuk mereka yang dalam penantian akan datangnya masa yang tepat untuk menikmati keindahan, masa penantian itu pun indah rasanya jika selalu diwarnai kesabaran dan kesyukuran. Dalam penantian ada begitu banyak nikmat yang Allah berikan, ada begitu banyak amal yang mampu kita persembahkan, ada begitu banyak ilmu yang bisa kita peroleh, ada doa-doa yang lembut melantun di malam-malam yang pekat, ada harapan yang selalu tersemat, ada saudara-saudara yang senantiasa menemani dan membersamai, dan banyak orang yang selalu mendoakan... Ya, bahkan masa penantianpun indah, karena di masa penantianlah harapan itu ada, selalu ada... Seorang siswa kelas XII yang menanti kelulusan, dipenuhi akan harapan-harapan untuk menggapai perguruan tinggi harapan demi tercapainya cita di masa depan... Seorang mahasiswa tingkat akhir atau fresh graduate yang menanti panggilan kerja, menjemput mimpi-mimpinya akan masa depan yang cerah... Seorang pemuda yang tengah merintis usahanya, jatuh bangun, menemui banyak kegagalan, pasti selalu menanti datangnya sukses, optimisme selalu tersemat... Seorang ibu yang tengah hamil dan menanti kelahiran sang buah cinta yang amat dirindui hadirnya... Di masa penantian itu menghadirkan harapan, harapan itu menghadirkan semangat perjuangan dan doa yang tak pernah putus. Kesabaran di masa penantian adalah keindahan, terwujudnya impian adalah buah manis dari kesabaran atas sebuah penantian, Kesyukuran atas datangnya waktu yang dinantikan adalah keindahan... Ternyata semuanya indah, bukan? menikmati proses itu indah, menuai hasil pun indah...  


Tiba-tiba teringat perbincangan saya dengan seorang teteh yang hobi berpetualang, life is an adventure,,, Lalu, saya bertanya padanya, apakah gerangan yang membuatnya begitu terobsesi untuk berkeliling dunia... jawabannya cukup simple, karena saya suka menikmati perjalanannya... bukan tentang tempat tujuannya, bukan, tapi ia menikmati perjalanan menuju tampat tujuannya... Mungkin hal ini bisa menggambarkan sebuah filosofi hidup, menunjukkan bahwa tujuan bukanlah segala-galanya, justru kenikmatan diperoleh pada prosesnya, proses mencapai tujuan.

Banyak orang yang kadang lupa untuk menikmati proses, karena hidupnya selalu terfokus pada tujuan akhir. Akibatnya, saat tujuannya tak tercapai sesuai target, maka kekecewaanlah yang dirasa. Padahal ada banyak nikmat yang bisa kita peroleh dari proses itu sendiri, ada banyak ilmu yang bisa kita timba, ada begitu banyak kebaikan di dalamnya jika kita menyadarinya. Dalam proseslah Allah menyisipkan banyak pembelajaran, banyak ladang-ladang amal, banyak pintu-pintu kebaikan, banyak corong-corong ilmu, banyak hikmah yang mampu dipetik...

Dari pembincangan singkat dengan seorang teteh itu saya mengambil banyak pelajaran, saya benar-benar menyukai filosofi hidupnya, tentang menikmati proses, menikmati perjalanan hidup. Tapi tentu saja perjalanan hidup kita harus tetap dibingkai dengan visi yang jelas, tujuan hidup yang pasti, agar langkah-langkah kita terarah. Agar kehidupan kita benar-benar indah dalam proses maupun hasil akhir...  Keindahan abadilah yang layak dikejar, keindahan yang tak hanya dinikmati di dunia, keindahan yang tak hanya diteguk seumur hidup, tapi seumur kehidupan setelah kematian... Tapi keindahan abadi, keindahan yang nilainya melebihi seisi langit dan bumi...


Kita semua tengah berproses, kita semua tengah bergerak, bergerak menuju satu titik, titik kematian.... Maka proses seperti apakah yang akan kita jalani? Akankah kita sibuk membekali diri untuk kehidupan yang abadi atau justru sibuk mengejar kefanaan dunia dan lupa akhirat?

Sibuk membekali diri untuk kehidupan yang abadi, merelakan diri untuk menjadi jundi-jundi Allah, menegakkan Diennullah, maka inilah saatnya  bagi kita untuk memantaskan diri untuk menjadi prajurit terbaik bagi agama ALLAH... maka pantaskanlah diri agar layak menempati tempat terindah yang telah disediakan-NYA... Pantaskanlah diri untuk mampu menjalani proses menuju keindahan abadi dengan berbekal sabar dan syukur, karena perjuangan ini tak kan pernah mudah, penuh aral dan jalannya terjal, sedikit yang mau melaluinya...  Tapi bagi mereka yang sabar, proses ini selalu indah... Karena selalu tersemat nikmat-nikmat tiada ternilai di dalamnya, yang tak kan pernah terkecap oleh mereka yang menolak jalan ini... apa sajakah nikmatnya? Setiap diri yang berkubang di dalamnya pasti merasai kenikmatan-kenikmatan tiada tara dalam alam perjuangan ini....

"Melangkah ke alam perjuangan berarti rela dalam kepahitan. Biarlah diri menangis terluka, kecewa asal tetap berada di jalan Allah, daripada mati tanpa mujahadah. Mungkin kita tak sanggup selamanya terluka, tapi ingatlah setiap tetesan darah, luka, dan air mata, itulah mahar kita ke surga-NYA."

"Maka itu jika ditanya, kenapa perjuangan itu pahit? jawabnya, karena surga itu manis."

Selamat berjuang, selamat menikmati proses, selamat menikmati pahit manisnya perjuangan,

Maka jadilah pejuang sejati dan raihlah kemenangan hakiki

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)




Selamat Menikmati Indahnya Perjuangan, saudaraku.....

_Bunga Karang_

10 Maret 2011




Rabu, 02 Februari 2011

Indahnya Hariku Bersamamu, Bersamanya, Bersama Mereka....

Bismillahirromaanirrohiim...

Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillahirobbil'aalamiin...

Kesyukuran yang luar biasa karena saya selalu dikelilingi orang-orang baik. Sungguh keberuntungan yang tiada tara memiliki saudara-saudari terbaik yang, yang selalu dinaungi kebaikan, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah yang munkar. Sungguh beruntung ada di antara orang-orang baik, merasakan energi positif yang mereka pancarkan.

Mungkin selama ini saya terlalu terlena dengan berkah ini, keberkahan berada dalam lingkungan orang-orang baik, sehingga saya sering kali lupa mensyukuri nikmat ini...

Teringat perkataan salah satu sahabat terbaik Rasulullah,


"Selain nikmat Islam , seseorang tidak diberi nikmat yang lebih baik dari seorang sahabat yang sholih. Maka jika seorang di antara kalian melihat kasih sayang dari saudaranya, pertahankanlah itu." (Umar bin Khatthab)


"Janganlah kamu bersahabat dengan orang-orang fasiq meski hanya untuk mengenal kejahatan mereka. Hindari musuhmu dan waspadalah terhadap temanmu sekalipun, kecuali orang yang memegang amanah.
Sementara orang yang memegang amanah hanyalah orang yang takut kepada Allah dan tunduk untuk ketaatan. Lalu mintalah pemeliharaan dari Allah untuk terhindar dari maksiat dan bermusyawarahlah dengan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah."
(Umar bin Khathtab)



"Hendaknya engkau mencari sahabat yang jujur, niscaya engkau akan hidup aman dalam lindungannya. Mereka merupakan hiasan pada saat gembira dan hiburan saat berduka.
Letakan urusan saudaramu pada tempat terbaik, sampai dia datang kepadamu untuk mengambil apa yang dititipkan kepadamu.
Janganlah bersahabat dengan orang keji, karena engkau bisa belajar kefasikan. Jangan engkau bocorkan rahasiamu kepadanya.
Dan mintalah pendapat dalam menghadapi persoalan kepada sahabat yang takut pada Allah."
(Umar bin Khatthab)


Sungguh sebuah anugerah tak ternilai saat kita selalu ditempatkan bersama orang-orang sholih, yang selalu mengajak kita pada kebaikan dan menjauhkan kita dari berbagai bentuk kemaksiatan.


Ada saatnya iman kita tinggi, tapi ada saat dimana kita futur, di saat futur inilah seorang sahabat yang sholih akan menjadi pengingat yang mampu mengembalikan kualitas keimanan kita. Bayangkan jika di saat futur justru kita terperangkap tangan setan melalui perantara teman kita yang tidak baik, bayangkan apa yang bisa terjadi pada kita? terjerumus dalam kenyamanan kondisi diri yang futur, lalu mulai mendekati kemaksiatan, dan habislah iman kita... Berhati-hatilah dengan orang-orang terdekat kita,


Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.(HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa.) 


Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia." (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379)


Itulah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang sholih. Oleh karena itu, sangat penting sekali mencari lingkungan yang baik dan mencari sahabat atau teman dekat yang semangat dalam menjalankan agama sehingga kita pun bisa tertular aroma kebaikannya. Jika lingkungan atau teman kita adalah baik, maka ketika kita keliru, ada yang selalu menasehati dan menyemangati kepada kebaikan.


Ya Rabb, terima kasih atas orang-orang baik yang Kau kirimkan padaku, atas saudara-saudara, sahabat-sahabat, dan teman-teman yang sholih, yang selalu ada untukku. Yang membuatku mampu bertahan di sini...


Mereka yang selalu menjadi inspirasi nilai-nilai kebaikan, mereka yang menjadi partner dalam menelurkan nilai-nilai kebaikan yang banyak, mereka yang keluhannya pun tentang dakwah, mereka yang isi kepalanya adalah ide-ide terbaik untuk mencetak generasi terbaik, ya.. aku bersyukur ada di antara orang-orang baik yang kebaikannya memancar untuk lingkungannya... Orang-orang yang sibuk dengan amal-amal kebaikan, dan tak sempat memikirkan hal-hal yang melalaikan... Orang-orang baik itu ada di dekatku, merekalah yang selalu menemaniku, merakalah sumber inspirasiku...


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?


Subhanallahi Walhamdulillahi Allahu Akbar....


Bogor, 2 Februari 2011

Bunga Karang


Senin, 24 Januari 2011

Manajemen Afwan dengan Alasan "Ter-oke"


BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM

Percaya atau tidak, hambatan terbesar untuk mencapai puncak kesuksesan adalah diri sendiri.

Senjata paling ampuh yang paling banyak kita gunakan untuk melegalisasi berbagai jenis kegagalan adalah “EXCUSE” atau “ALASAN” atau “DALIH PEMBENARAN”

“EXCUSE” membuat kita kalah dengan mudah, membuat kita merasa sah untuk menyerah, membuat kita merasa terhormat ketika terhina, membuat kita merasa wajar untuk gagal.

(Isa Alamsyah, 2010)


Dalam kehidupan, kita seringkali menghabiskan sebagian energi berpikir kita untuk mencari-cari alasan agar mendapat pemakluman atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan. Mulai dari hal-hal yang hanya berdampak pada diri sendiri, seperti nilai ujian yang rendah dengan dalih soal yang terlalu sulit, dosen yang ga bisa ngajar, diri kita yang diberi beban amanah yang terlalu berat sehingga akademik terbengkalai, dan sebagainya dan sebagainya... Tak sulit kan mencari alasan dan pembenaran? Tapi mengapa begitu sulit untuk mengakui saja, nilai saya rendah karena saya yang lalai dalam belajar, saya  yang lalai me-manage waktu. Terlambat datang ke kantor dengan dalih jalanan macet, semalam begadang karena lembur, sedang gak fit, dsb.... Kenyataannya, ketidakdisiplinan kita lah yang membuat kita terlambat. Jalanan memang selalu macet, harusnya kita berangkat lebih pagi, bukan? Kenapa sampai lembur? apakah karena kelalaian kita di waktu-waktu terdahulu yang tidak disiplin menyelesaikan tugas segera sehingga menumpuk di akhir? badan gak fit karena kita yang tidak pandai merawat diri, makan dan tidur tidak teratur, malas berolahraga, makan sembarangan. Sampai kapan mau terus mencari PEMBENARAN atas setiap kelalaian kita? Bukankah hal itu hanya akan membuat kita layak disebut pengecut yang tak mampu mengakui kesalahan?

Dalam lingkup dakwah dan tarbiyah, seni mencari alasan sering kita sebut dengan "manajemen afwan", dan ijin-pun akan mudah diberikan atas nama ukhuwah dan sikap husnudzon. Tentu banyak agenda-agenda dakwah yang sering kita lewatkan dengan berbagai alasan

"Afwan, ana tidak bisa hadir dalam syuro, ada acara keluarga."
"Afwan, ana tidak bisa ikut halaqoh hari ini, besok ana uas."
"Afwan, ana tidak bisa mengisi mentoring, ana lagi ga mood."
"Afwan, ana terlambat hadir, tadi ana nganter istri dulu."
"Afwan, ana ga bisa menyelesaikan amanah-amanah ana, ana lagi banyak tugas kuliah."
dan segudang alasan lainnya... apakah sering mendengar yang seperti ini?

Tapi kan kita selalu diminta untuk selalu berhusnudzon pada saudara seiman, bukan? Tentu mendapati berbagai permintaan ijin seperti itu kita hanya bisa tersenyum dan menerima alasan-alasan tersebut.

Qiyadah, murobbi, mas'ul, dan saudara-saudara seperjuangan kita tentu akan memaklumkan dan memberikan ijin atas berbagai alasan "terbaik" yang kita sampaikan agar bisa "kabur" dari pertemuan pengikat hati & penguat ruhiyah dan amanah-amanah dakwah kita.

Kita memang menikmati ‘izin’ yg diberikan. Tetapi, apakah dihadapan Allah masalahnya juga ‘selesai’? dalam masalah2 dakwah, tarbiyah, dan akhirat orang-orang beriman tidak semestinya banyak meminta izin.


"Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan
meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri
mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa."
(QS.9:4)   

Sedikit mengingat siroh, sekelumit kisah tentang perang tabuk:

Satu kali, datanglah sekumpulan orang Islam minta izin kepada Rasulullah untuk tidak ikut dalam perang tabuk, dan Rasulullah mengizinkannya maka turunlah firman Allah:

"Semoga Allah mema’afkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?" (QS 9:43)

Itulah maksudnya, andaikan pun kita diizinkan dengan alasan kita, belum tentu selesai urusan dengan Allah karena IA Maha Tahu apa yg dalam hati kita.

Sepertinya kita harus mulai berhati-hati dengan sikap mencari-cari alasan dan "manajemen afwan". Ada kalanya karena dari awal azzam kita kurang kuat dan niat kita kurang bulat maka Allah tidak ridho dengan itu dan dijadikanlah kita golongan yg tertinggal.


"Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan
untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan
mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada
mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.”"
(QS. 9:46)

Maka jika dari awal kita berniat untuk tidak hadir, biasanya, akan selalu muncul alasan untuk itu. Sebabnya bisa jadi, karena Allah tidak menghendaki mereka yg niatnya tidak bulat, azzamnya kurang kuat untuk ikut, bisa-bisa malah menambah masalah.

"Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim." (QS. 9:47)

Yaa, perjalanan dakwah ini memang tak selalu mulus. Pasti kita akan dihadapkan dengan berbagai kondisi yang menguji keistiqomahan kita dalam menapaki jalan para anbiya ini. Mulai dari kelemahan azzam, rasa malas, rasa jenuh, ketidaknyamanan, banyaknya pilihan aktivitas lain yang lebih menggiurkan, masalah keuangan, keterbatasan dana, kondisi lingkungan yang kurang kondusif, obsesi terhadap dunia yang lebih besar, intimidasi dari pihak-pihak yang tidak suka dengan kebangkitan Islam, dan lain sebagainya. Ini adalah Sunnatullah.


Jalan dakwah adalah jalan yang mulia dan mahal. Sesungguhnya itulah jalan surga dan diridhai Allah, itulah jalan Allah. "Hai Tuhan kami, tetapkanlah tapak-tapak kaki kami di atas jalanMu".


Jalan dakwah adalah jalan yang dipenuhi dengan segala perkara yang dibenci oleh hawa nafsu dan bukan merupakan jalan yang ditaburi bunga-bunga yang mewangi. Banyak rintangan yang menghalangi dan banyak penyelewengan yang mungkin terjadi dalam beberapa aspek yang menjauhkan orang yang berjalan di atas jalannya.


"Alif Lam Mim. Adakah manusia menyangka bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta".(Al-Ankabut: 1-3)


SUDAH SAATNYA KITA MENINGGALKAN "MANAJEMEN AFWAN", DAN MENJADI ORANG-ORANG DALAM BARISAN TERDEPAN DALAM MEMENUHI PANGGILAN JIHAD DAN MEMENUHI AMANAH-AMANAH KITA. BERHENTI BERLINDUNG DI BALIK ALASAN ATAS SETIAP KELALAIAN YANG KITA BUAT.

KESUKSESAN DAKWAH HANYA DICAPAI BILA PARA PENGUSUNGNYA, PARA AKTIVISNYA, PARA DAI-NYA MEMPUNYAI KOMITMEN DAN AZZAM YANG KUAT.
BUKAN DICAPAI OLEH ORANG-ORANG YANG HANYA PANDAI MENCARI-CARI ALASAN ATAS SETIAP KELALAIAN.

SEMUANYA BERPULANG PADA DIRI KITA SENDIRI, SETIAP HAMBATAN SELALU PUNYA SOLUSI. HAMBATAN DAN TANTANGAN UNTUK DITAKLUKKAN, UJIAN UNTUK DISELESAIKAN DENGAN CARA TERBAIK DAN HASIL TEROPTIMAL.

MARI KITA BERAZZAM UNTUK MENGHAPUS "ALASAN UNTUK LARI DARI DAKWAH"

DAN MENGGANTINYA DENGAN "ALASAN UNTUK HADIR TEPAT WAKTU, ALASAN UNTUK TERUS BERDAKWAH DALAM BERBAGAI KONDISI, ALASAN UNTUK TERUS HADIR DALAM LINGKARAN YANG SELALU MENYEBUT NAMA ALLAH, ALASAN UNTUK MENGIKUTI BERBAGAI KAJIAN ISLAM YANG MENINGKATKAN KAFAAH KITA, ALASAN UNTUK HADIR SYURO, ALASAN UNTUK HADIR TATSQIF, ALASAN UNTUK HADIR HALAQAH, ALASAN UNTUK IKUT MUKHOYYAM, ALASAN UNTUK IKUT RIHLAH, ALASAN UNTUK MENGISI PENGAJIAN, TPA, MENTORING, HALAQAH, ALASAN UNTUK TERLIBAT DALAM SETIAP AGENDA DAKWAH."

TERUSLAH MENCARI ALASAN UNTUK TERUS BERADA DALAM JALAN KEBAIKAN DAN UNTUK BERAMAL DENGAN AMAL-AMAL TERBAIK.

JANGAN MAU JADI ORANG YANG TERTINGGAL!

"Dan jika kamu berpaling, maka ALLAH akan gantikan dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan jadi seperti kamu" (Qs. 47: 38).


SELAMAT BERJUANG DAN KEEP ISTIQOMAH!!!

_Bunga (setegar) Karang_

BOGOR, 25 JANUARI 2011




Kamis, 20 Januari 2011

Dakwah bukan hanya sekadar membangun sebuah rumah kardus yang rapuh, bukan pula merupakan pekerjaan sambilan yang bisa di kala waktu senggang. Dakwah adalah proyek terbesar di dalam membangun sebuah peradaban. Akan tetapi, proyek ini tidak akan pernah bisa tegak tanpa adanya kekuatan gerakan dakwah yang berlandaskan pada kekuatan amal jama’i dan koordinasi yg solid. [Hasan Al-Banna]

GAIRAH CINTA DAN KELESUAN UKHUWAH

Rating:★★★★
Category:Other
GAIRAH CINTA DAN KELESUAN UKHUWAH
Ditulis oleh Alm. Ust. Rahmat Abdullah
Jumat, 27 Juni 2008 23:36 -

Mungkin terjadi seseorang yang dahulunya saling mencintai akhirnya saling memusuhi dan sebaliknya yang sebelumnya saling bermusuhan akhirnya saling berkasih sayang. Sangat dalam pesan yang disampaikan Kanjeng Nabi SAW:

"Cintailah saudaramu secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi kekasih yang kau cintai." (Hadist Sahih Riwayat Tirmidzi, Baihaqi, Thabrani, Daruquthni, Ibn Adi, Bukhari).

Ini dalam kaitan interpersonal.

Dalam hubungan kejamaahan, jangan ada reserve kecuali reserve syar'i yang menggariskan aqidah
"La tha'ata limakhluqin fi ma'shiati'l Khaliq" (Tidak boleh ada ketaatan kepada makhluq dalam bermaksiat kepada Alkhaliq).
(Hadist Sahih Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad dan Hakim).

Doktrin ukhuwah dengan bingkai yang jelas telah menjadikan dirinya pengikat dalam senang dan susah, dalam rela dan marah. Bingkai itu adalah :
"Level terendah ukhuwah (lower), jangan sampai merosot ke bawah garis rahabatus'shadr (lapang hati) dan batas tertinggi tidak (upper) tidak melampaui batas itsar (memprioritaskan saudara diatas kepentingan diri).”

GAIRAH CINTA DAN KELESUAN UKHUWAH

Karena bersaudara di jalan ALLAH telah menjadi kepentingan dakwah-Nya, maka "kerugian apapun" yang diderita saudara-saudara dalam iman dan da'wah, yang ditimbulkan oleh kelesuan, permusuhan ataupun pengkhianatan oleh mereka yang tak tahan beramal jama'i, akan mendapatkan ganti yang lebih baik.

"Dan jika kamu berpaling, maka ALLAH akan gantikan dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan jadi seperti kamu" (Qs. 47: 38).

Masing-masing kita punya pengalaman pribadi dalam da'wah ini. Ada yang sejak 20 tahun terakhir dalam kesibukan yang tinggi, tidak pernah terganggu oleh kunjungan yang berbenturan dengan jadwal da'wah atau oleh urusan yang merugikan da'wah. Mengapa ? Karena sejak awal yang bersangkutan telah tegar dalam mengutamakan kepentingan da'wah dan menepiskan kepentingan lainnya. Ini jauh dari pikiran nekad yang membuat seorang melarikan diri dari tanggungjawab keluarga.

Ada seorang ikhwah, Dia bercerita, ketika menikah langsung berpisah dari kedua orang tua masing-masing, untuk belajar hidup mandiri atau alasan lain, seperti mencari suasana yang kondusif bagi pemeliharaan iman menurut persepsi mereka waktu itu. Mereka mengontrak rumah petak sederhana. "Begitu harus berangkat (berdakwah-red) mendung menggantung di wajah pengantinku tercinta", tuturnya. Dia tidak keluar melepas sang suami tetapi menangis sedih dan bingung, seakan doktrin da'wah telah mengelupas. Kala itu jarang da'i dan murabbi yang pulang malam apalagi petang hari, karena mereka biasa pulang pagi hari. Perangpun mulai berkecamuk dihati, seperti Juraij sang abid yang kebingungan karena kekhususan ibadah (sunnah) nya terusik panggilan ibu. "Ummi au shalati : Ibuku atau shalatku?" Sekarang yang membingungkan justru "Zauji au da'wati" : Isteriku atau da'wahku ?".

Dia mulai gundah, kalau berangkat istri cemberut, padahal sudah tahu nikah dengannya risikonya tidak dapat pulang malam tapi biasanya pulang pagi, menurut bahasa Indonesia kontemporer untuk jam diatas 24.00. Dia katakan pada istrinya : "Kita ini dipertemukan oleh Allah dan kita menemukan cinta dalam da'wah. Apa pantas sesudah da'wah mempertemukan kita lalu kita meninggalkan da'wah. Saya cinta kamu dan kamu cinta saya tapi kita pun cinta Allah." Dia pergi menerobos segala hambatan dan pulang masih menemukan sang permaisuri dengan wajah masih mendung, namun membaik setelah beberapa hari.

Beberapa tahun kemudian setelah beranak tiga atau empat, saat kelesuan menerpanya, justru istri dan anak-anaknyalah yang mengingatkan, mengapa tidak berangkat dan tetap tinggal dirumah? Sekarang ini keluarga da'wah tersebut sudah menikmati berkah da'wah.

Lain lagi kisah sepasang suami istri yang juga dari masyarakat da'wah. Kisahnya mirip, penyikapannya yang berbeda. Pengantinnya tidak siap ditinggalkan untuk da'wah. Perang bathin terjadi dan malam itu ia absent dalam pertemuan rutin. Dilakukan muhasabah terhadapnya sampai menangis-menangis, ia sudah kalah oleh penyakit "syaghalatna amwaluna waahluna": "kami telah dilalaikan oleh harta dan keluarga" (QS. 48:11).

Ia berjanji pada dirinya : "Meskipun terjadi hujan, petir dan gempa saya harus hadir dalam tugas-tugas da'wah". Pada giliran berangkat keesokan harinya ada ketukan kecil dipintu, ternyata mertua datang. "Wah ia yang sudah memberikan putrinya kepadaku, bagaimana mungkin kutinggalkan?". Maka ia pun absen lagi dan di muhasabah lagi sampai menangis-nangis lagi. Saat tugas da'wah besok apapun yang terjadi, mau hujan, badai, mertua datang dll pokoknya saya harus datang. Dan begitu pula ketika harus berangkat ternyata ujian dan cobaan dating kembali dan iapun tak hadir lagi dalam tugas-tugas dakwah.

Sampai hari ini pun saya melihat jenis akh tersebut belum memiliki komitmen dan disiplin yang baik. Tidak pernah merasakan memiliki kelezatan duduk cukup lama dalam forum da'wah, yang penuh berkah. Sebenarnya adakah pertemuan-pertemuan yang lebih lezat selain pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh ikhwah berwajah jernih berhati ikhlas ? Saya tak tahu apakah mereka menemukan sesuatu yang lain, "in lam takun bihim falan takuna bighoirihim".

DI TITIK LEMAH UJIAN DATANG

Akhirnya dari beberapa kisah ini saya temukan jawabannya dalam satu simpul. Simpul ini ada dalam kajian tematik ayat QS Al-A'raf Ayat 163:

"Tanyakan pada mereka tentang negeri di tepi pantai, ketika mereka melampaui batas aturan Allah di (tentang) hari Sabtu, ketika ikan-ikan buruan mereka datang melimpah-limpah pada Sabtu dan di hari mereka tidak ber-sabtu ikan-ikan itu tiada datang. Demikianlah kami uji mereka karena kefasikan mereka".

Secara langsung tema ayat tentang sikap dan kewajiban amar ma'ruf nahyi munkar. Tetapi ada nuansa lain yang menambah kekayaan wawasan kita. Ini terkait dengan ujian. Waktu ujian itu tidak pernah lebih panjang daripada waktu hari belajar, tetapi banyak orang tak sabar menghadapi ujian, seakan sepanjang hari hanya ujian dan sedikit hari untuk belajar. Ujian kesabaran, keikhlasan, keteguhan dalam berda'wah lebih sedikit waktunya dibanding berbagai kenikmatan hidup yang kita rasakan.

Kalau ada sekolah yang waktu ujiannya lebih banyak dari hari belajarnya, maka sekolah tersebut dianggap sekolah gila. Selebih dari ujian-ujian kesulitan, kenikmatan itu sendiri adalah ujian. Bahkan, alhamdulillah rata-rata kader da'wah sekarang secara ekonomi semakin lebih baik. Ini tidak menafikan (sedikit) mereka yang roda ekonominya sedang dibawah.
Seorang Ustadz, ketika selesai menamatkan pendidikannya di Madinah, mengajak rekannya untuk mulai aktif berda'wah. Diajak menolak, dengan alasan ingin kaya dulu, karena orang kaya suaranya didengar orang dan kalau berda'wah, da'wahnya diterima. Beberapa tahun kemudian mereka bertemu. "Ternyata kayanya kaya begitu saja", ujar Ustadz tersebut.
Ternyata kita temukan kuncinya, "Demikianlah kami uji mereka karena sebab kefasikan mereka". Nampaknya Allah hanya menguji kita mulai pada titik yang paling lemah. Mereka malas karena pada hari Sabtu yang seharusnya dipakai ibadah justru ikan datang, pada hari Jum'at jam 11.50 datang pelanggan ke toko. Pada saat-saat jam da'wah datang orang menyibukkan mereka dengan berbagai cara.

Tapi kalau mereka bisa melewatinya dengan azam yang kuat, akan seperti kapal pemecah es. Bila diam salju itu tak akan menyingkir, tetapi ketika kapal itu maju, sang salju membiarkannya berlalu. Kita harus menerobos segala hal yang pahit seperti anak kecil yang belajar puasa, mau minum tahan dulu sampai maghrib. Kelezatan, kesenangan dan kepuasan yang tiada tara, karena sudah berhasil melewati ujian dan cobaan sepanjang hari.
Karena itu mari melihat dimana titik lemah kita. Yang lemah dalam berukhuwah, yang gerah dan segera ingin pergi meninggalkan kewajiban liqa', syuro atau jaulah. Bila mereka bersabar melawan rasa gerah itu, pertarungan mungkin hanya satu dua kali, sesudah itu tinggal hari-hari kenikmatan yang luar biasa yang tak tergantikan.

Bahkan orang-orang salih dimasa dahulu mengatakan: "Seandainya para raja dan anak-anak raja mengetahui kelezatan yang kita rasakan dalam dzikir dan majlis ilmu, niscaya mereka akan merampasnya dan memerangi kita dengan pedang". Sayang hal ini tidak bisa dirampas, melainkan diikuti, dihayati dan diperjuangkan. Berda'wah adalah nikmat, berukhuwah adalah nikmat, saling menopang dan memecahkan problematika da'wah bersama ikhwah adalah nikmat, andai saja bisa dikhayalkan oleh mereka menelantarkan modal usia yang ALLAH berikan dalam kemilau dunia yang menipu dan impian yang tak kunjung putus.

Ayat ini mengajarkan kita, ujian datang di titik lemah. Siapa yang lemah di bidang lawan jenis, seks dan segala yang sensual tidak diuji di bidang keuangan, kecuali ia juga lemah disitu. Yang lemah dibidang keuangan, jangan berani-berani memegang amanah keuangan kalau kamu lemah di uang hati-hati dengan uang. Yang lemah dalam gengsi, hobi popularitas, riya' mungkin -dimasa ujian- akan menemukan orang yang terkesan tidak menghormatinya. Yang lidahnya tajam dan berbisa mungkin diuji dengan jebakan-jebakan berkomentar sebelum tabayun (klarifikasi).Yang lemah dalam kejujuran mungkin selalu terjebak perkara yang membuat dia hanya 'selamat' dengan berdusta lagi. Dan itu arti pembesaran bencana.

Kalau saja Abdullah bin Ubay bin Salul, nominator pemimpin Madinah (dahulu Yatsrib) ikhlas menerima Islam sepenuh hati dan realistis bahwa dia tidak sekaliber Rasulullah SAW, niscaya tidak semalang itu nasibnya. Bukankah tokoh-tokoh Madinah makin tinggi dan terhormat, dunia dan akhirat dengan meletakkan diri mereka dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW ? Ternyata banyak orang yang bukan hanya bakhil dengan harta yang ALLAH berikan, tetapi juga bakhil dengan ilmu, waktu, gagasan dan kesehatan yang seluruhnya akan menjadi beban tanggungjawab dan penyesalan.

SENI MEMBUAT ALASAN

Perlu kehati-hatian -sesudah syukur- karena kita hidup di masyarakat Da'wah dengan tingkat husnuzzhan yang sangat tinggi. Mereka yang cerdas tidak akan membodohi diri mereka sendiri dengan percaya kepada sangkaan baik orang kepada dirinya, sementara sang diri sangat fahambahwa ia tak berhak atas kemuliaan itu.

Gemetar tubuh Abu Bakar RA bila disanjung. "Ya ALLAH, jadikan daku lebih baik dari yang mereka sangka, jangan hukum daku lantaran ucapan mereka dan ampuni daku karena ketidaktahuan mereka", demikian ujarnya lirih. Dimana posisi kita dari kebajikan Abu Bakr Shiddiq RA ? "Alangkah bodoh kamu, percaya kepada sangka baik orang kepadamu, padahal engkau tahu betapa diri kamu jauh dari kebaikan itu", demikian kecaman Syaikh Harits Almuhasibi dan Ibnu Athai'Llah.

Diantara nikmat ALLAH ialah sitr (penutup) yang ALLAH berikan para hamba-Nya, sehingga aibnya tak dilihat orang. Namun pelamun selalu mengkhayal tanpa mau merubah diri. Demikian mereka yang memanfaatkan lapang hati komunitas da'wah tumbuh dan menjadi tua sebagai seniman maaf, "Afwan ya Akhi".

Tetapi ALLAH-lah Yang Memberi Mereka Karunia Besar

Kelengkapan Amal Jama'i tempat kita 'menyumbangkan' karya kecil kita, memberikan arti bagi eksistensi ini. Kebersamaan ini telah melahirkan kebesaran bersama. Jangan kecilkan makna kesertaan amal jama'i kita, tanpa harus mengklaim telah berjasa kepada Islam dan da'wah.

"Mereka membangkit-bangkitkan (jasa) keislaman mereka kepadamu. Katakan : 'Janganlah bangkit-bangkitkan keislamanmu (sebagai sumbangan bagi kekuatan Islam, (sebaliknya hayatilah) bahwa ALLAH telah memberi kamu karunia besar dengan membimbing kamu ke arah Iman, jika kamu memang jujur" (Qs. 49;17).

ALLAH telah menggiring kita kepada keimanan dan da'wah. Ini adalah karunia besar. Sebaliknya, mereka yang merasa telah berjasa, lalu -karena ketidakpuasan yang lahir dari konsekuensi bergaul dengan manusia yang tidak maksum dan sempurna- menunggu musibah dan kegagalan, untuk kemudian mengatakan : "Nah, rasain !" Sepantasnya bayangkan, bagaimana rasanya bila saya tidak bersama kafilah kebahagiaan ini?.

Saling mendo'akan sesama ikhwah telah menjadi ciri kemuliaan pribadi mereka, terlebih doa dari jauh. Selain ikhlas dan cinta tak nampak, motivasi lain bagi saudara yang berdoa itu, ALLAH akan mengabulkannya dan malaikat akan mengamininya, seraya berkata : "Untukmu pun hak seperti itu", seperti pesan Rasulullah SAW. Cukuplah kemuliaan ukhuwah dan jamaah bahwa para nabi dan syuhada iri kepada mereka yang saling mencintai, bukan didasari hubungan kekerabatan, semata-mata iman dan cinta fi'Llah.

Ya ALLAH, kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan cinta kepada segala yang akan mendekatkan kami kepada cinta-Mu.

Minggu, 16 Januari 2011

IMPIAN HARI INI ADALAH KENYATAAN HARI ESOK

Rating:★★★★
Category:Other
Saudaraku,
Janganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok. Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat.

Allah swt. berfirman,

"Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman serta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu." (Al-Qashash: 5-6)

Putaran waktu akan memperlihatkan kepada kita peristiwa-peristiwa yang mengejutkan dan memberikan peluang kepada kita untuk berbuat. Dunia akan melihat bahwa dakwah kita adalah hidayah, kemenangan, dan kedamaian, yang dapat menyembuhkan umat dari rasa sakit yang tengah dideritanya. Setelah itu tibalah giliran kita untuk memimpin dunia, karena bumi tetap akan berputar dan kejayaan itu akan kembali kepada kita. Hanya Allah-lah harapan kita satu-satunya.

Bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya esok hari, karena bisa jadi engkau tidak bisa berbuat apa-apa di esok hari.

Kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti. Kita harus terus berbuat dan terus melangkah, karena kita memang tidak mengenal kata "berhenti" dalam berjihad.

Allah swt. berfirman,

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. "(Al-Ankabut: 69)

Hanya Allah-lah Dzat yang Maha Agung, bagi-Nya segala puji.

-Hasan Al-Banna-

Jumat, 14 Januari 2011

Bisa jadi kelemahan dan kelesuan dakwah memang berpangkal dari kelemahan dan kelesuan ruhiyah. Menjaga dan mempertahankan ruhiyah harus senantiasa dilakukan sebelum beranjak ke medan dakwah, sehingga sangat ironis jika seseorang berdakwah tanpa mempersiapkan bekal ruhiyah yang maksimal, bisa jadi dakwahnya akan ”hambar” seperti juga ruhiyahnya yang sedang ”kering”.

Ruhiyah, Bekal Berdakwah

Rating:★★★
Category:Other
Fiqih Dakwah
Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA
dakwatuna.com

Ruhiyah adalah bekal yang terbaik bagi setiap muslim, terutama bagi seorang da’i. Ruhiyah inilah yang akan memotivasi, menggerakkan dan kemudian menilai setiap perbuatan yang dilakukannya.. Keberadaan ruhiyah yang baik dan stabil menentukan kualitas sukses hidup seseorang, demikian juga dengan dakwah. Sangat tepat ungkapan yang menyatakan,

“Ar-Ruhiyah qablad dakwah kama Annal Ilma qablal qauli wal amal”.

Ungkapan ini merupakan “iqtibas” dari salah satu judul bab dalam kitab shahih Al-Bukhari,

“Berilmu sebelum berbicara dan beramal, demikian juga memiliki ruhiyah yang baik sebelum berdakwah dan berjuang”.

Dalam konteks dakwah, menjaga dan mempertahankan ruhiyah harus senantiasa dilakukan sebelum beranjak ke medan dakwah, sehingga sangat ironis jika seseorang berdakwah tanpa mempersiapkan bekal ruhiyah yang maksimal, bisa jadi dakwahnya akan ”hambar” seperti juga ruhiyahnya yang sedang ”kering”.

Allah swt berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kalian bersama-sama, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu, kemudian lakukanlah amal kebaikan, dan berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad”. (Al-Hajj: 77-78)

Menurut susunannya, ayat di atas memuat perintah Allah kepada orang-orang yang beriman berdasarkan skala prioritas;

diawali dengan perintah menjaga dan memperbaiki kualitas ruhiyah yang tercermin dalam tiga perintah Allah: ruku’, sujud dan ibadah,

kemudian diiringi dengan implementasi dari ruhiyah tersebut dalam bentuk amal dan jihad yang benar.

Yang diharapkan dari menjalankan perintah ayat ini sesuai dengan urutannya adalah agar kalian meraih kemenangan dan keberuntungan dalam seluruh aspek kehidupan, terlebih urusan yang kental dengan ruhiyah yaitu dakwah.

Tentunya susunan ayat Al-Qur’an yang demikian bijak dan tepat bukan semata-mata hanya memenuhi aspek keindahan bahasa atau ketepatan makna, namun lebih dari itu, terdapat hikmah yang layak untuk digali karena susunan ayat atau surah dalam Al-Qur’an memang bersifat “tauqifiy” (berdasarkan wahyu, bukan ijtihad).

Peri pentingnya ruhiyah dalam dakwah dapat dipahami juga dari sejarah turunnya surah Al-Muzzammil. Surah ini secara hukum dapat dibagikan menjadi dua kelompok;

kelompok yang pertama dari awal surah hingga ayat 19 yang berisi instruksi kewajiban shalat malam; dan

kelompok kedua yang berisi rukhshah dalam hukum qiyamul lail menjadi sunnah mu’akkadah, yaitu pada ayat yang terakhir, ayat 20.

Bisa dibayangkan satu tahun lamanya generasi terbaik dari umat ini melaksanakan kewajiban qiyamul lail layaknya sholat lima waktu semata-mata untuk mengisi dan memperkuat ruhiyah mereka sebelun segala sesuatunya. Baru di tahun berikutnya turun rukhshah dalam menjalankan sholat malam yang merupakan inti dari aktivitas memperkuat ruhiyah. Hal ini dilakukan, karena mereka memang dipersiapkan untuk mengemban amanah dakwah yang cukup berat dan berkesinambungan.

Pada tataran aplikasinya, stabilitas ruhiyah harus diuji dengan dua ujian sekaligus, yaitu ujian nikmat dan ujian cobaan atau musibah.

Karena bisa jadi seseorang mampu mempertahankan ruhiyahnya dalam keadaan susah dan banyak mengalami ujian dan cobaan, namun saat dalam keadaan lapang dan senang, bisa saja ia lengah dan lupa dengan tugas utamanya. Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya,

“Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk meraihnya seperti yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya”. (Bukhari dan Muslim).

Maka seorang mukmin yang kualitas ruhiyahnya baik adalah yang mampu mempertahankannya dalam dua keadaan sekaligus. Demikianlah yang pernah Rasulullah isyaratkan dalam sabdanya,

“Sungguh mempesona keadaan orang beriman itu; jika ia mendapat anugerah nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya. Namun jika ia ditimpa musibah ia bersabar dan itu juga baik baginya. Sikap sedemikian ini tidak akan muncul kecuali dari seorang mukmin”. (Al-Bukhari)

Dalam konteks ini, contoh yang sempurna adalah Muhammad saw. Beliau mampu memelihara stabilitas ruhiyahnya dalam keadaan apapun; dalam keadaan suka dan duka, senang dan sukar, ringan dan berat. Justru, semakin besar nikmat yang diterima seseorang, mestinya semakin bertambah volume syukurnya. Semakin besar rasa syukurnya, maka akan semakin tinggi voltase dakwahnya. Begitu seterusnya sehingga wajar jika Rasulullah tampil sebagai abdan syakuran. Karena memang demikian jaminan Allah swt,

“Barangsiapa yang bersyukur, maka pada hakikatnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya” (Luqman: 12).

Orang yang bersyukur akan memperoleh hasil syukurnya, yaitu kenikmatan ruhiyah yang ditandai dengan hidup menjadi lebih bahagia, tenteram dan sejahtera. Karena bersyukur hakikatnya adalah untuk dirinya sendiri.

Dan ternyata kesuksesan dakwah Rasulullah saw yang diteruskan oleh para sahabatnya sangat ditentukan –selain dari pertolongan Allah- dengan kekuatan ruhiyahnya. Selain dari qiyamul lail yang menjadi amaliyah rutin sepanjang masa, cahaya Al-Qur’an juga senantiasa menyinari hatinya. Allah swt menegaskan dalam firman-Nya,

“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar-ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”. (Asy-Syu’ara’: 192-194).

Demikian persiapan Muhammad sebelum menjadi Rasul yang akan memberi peringatan yang merupakan tugas yang berat dan mengandung resiko adalah dengan dibekali Al-Qur’an yang akan senantiasa mengarahkan hatinya.

Dalam hal ini, Dr. Yusuf Al-Qaradawi pernah menyatakan dengan tegas rahasia kekuatan Al-Qur’an, “

القرآن روح رباني تحيا به القلوب والعقول

“Al-Qur’an adalah kekuatan Rabbani yang akan menghidupkan hati dan pikiran”.

Al-Qur’an akan senantiasa memancarkan kekuatan Allah yang akan kembali menghidupkan hati dan pikiran yang sedang dirundung duka dan kemaksiatan. Kekuatan nabi Muhammad sendiri ada pada kekuatan hatinya yang senantiasa dicharge dengan cahaya Al-Qur’an. Dan demikian seharusnya, kekuatan dakwah seseorang ditentukan oleh kekuatan ruhiyahnya, bukan dengan aspek secondary dan formalitas lainnya.

Pada masa yang sama, agar ruhiyah tetap stabil terpelihara, maka harus dijaga dengan banyak beramal, meskipun hanya sedikit. Karena amal yang terbaik menurut Rasulullah saw adalah amal yang berkesinambungan,

“Sebaik-baik amal adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit demi sedikit”. (Tirmidzi).

Dalam konteks ini, Inkonsistensi ruhiyah pernah ditegur oleh Rasulullah saw,

“Janganlah kamu seperti si fulan; dahulu ia rajin qiyamul lail, kemudian ia tinggalkan”.

Penguatan aspek ruhiyah sebelum yang lainnya pada hakikatnya merupakan bentuk kewaspadaan seorang mukmin di hadapan musuh besarnya yaitu setan yang seringkali bergandeng bahu dengan manusia untuk melancarkan serangannya dan merealisasikan misinya. Tepat ungkapan Prof. Muhammad Mutawlli Asy-Sya’rawi:.

يأتى الشيطان من نقطة الضعف للانسان

“Setan akan senantiasa mengintai dan mencari titik lemah manusia”.

Dengan licik dan komit, setan senantiasa mengincar kelemahan manusia tanpa henti, karena ia tahu bahwa setiap manusia memiliki kelemahan dan oleh karenanya manusia diperintahkan untuk berlindung hanya kepada Allah dengan memperkuat aspek ruhiyahnya.

Demikianlah, aspek ruhiyah selalu menjadi potensi andalan para pemimpin dakwah yang telah menoreh tinta emas dalam sejarah dakwah ini. Mereka adalah orang-orang yang terbaik dalam kualitas ruhiyah dan amalnya.

“Ruhbanun bil Lail wa Fursanun bin Nahar”.

Bisa jadi kelemahan dan kelesuan dakwah memang berpangkal dari kelemahan dan kelesuan ruhiyah. Saatnya para da’i menyadari urgensi ruhiyah sebelum amal dakwah dengan memberi perhatian yang besar tentang aspek ini dalam pembinaan. Karena demikianlah memang dakwah mengajari kita melalui generasi terbaiknya.

Wallahu ‘alam bis shawab

Minggu, 09 Januari 2011

Manajemen Mentoring "Tips Kesehatan Mentoring"

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Muhammad Ruswandi dan Rama Adeyasa
1. Minumlah vitamin TEPAT WAKTU.

2. Lakukan olahraga muka dengan selalu tersenyum da hindari cemberut (supaya terlihat segar dan tidak cepat tua)

3. Jagalah selalu kebersihan dan kerapihan pakaian anda.

4. Makanlah suplemen tambahan MATERI (bisa didapat di "apotek" terdekat-kajian, ta'lim, tasqif).

5. Lakukanlah olahraga rutin berupa dakwah fardiyah dengan mentee anda.

6. Hindari virus-virus seperti :

a. Meninggalkan mentoring tanpa alasan jelas

b. Datang telat tanpa alasan syar'i

c. Malas mencari mentor pengganti saat tidak dapat hadir

d. Enggan menjaga komunikasi atau enggan membantu mentee

7. Jika terserang virus-virus di atas, beristgfarlah dan lakukan konsultasi dengan dokter terdekat (sang koordinator atau ustadz anda) dan hukumlah (iqab) diri anda sendiri sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan.

8. Biasakan selalu hidup teratur dan terencana.

9. Lakukan pengecekan kesehatan harian dengan melakukan muhasabah sebelum berangkat tidur dan dengan mengikuti rapat evaluasi.

10. Untuk kesehatan hablumminannass lakukan silaturahmi dengan wali kelas mentee.

11. Jangan biarkan mentee seperti anak ayam kehilangan induk saat anda datang terlambat. Tekankan pada mereka untuk memulai terlebih dahulu, jka anda datang terlambat.

12. Sterilkan diri dari kuman futur dengan selalu meningkatkan amal yaumi.

13. Biasakanlah untuk menjadi dokter bagi mentee (misalnya dalam masalah akademis dan hubungan dengan teman)


“Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS Ibrahim [14]: 24-27)

Bahwa….Jalan da’wah adalah jalan yang terbaik nan mulia sepanjang masa.
Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya :
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
(QS. 41 : 33).

Inilah jalan orang-orang rabbani yaitu yang :
Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab,Hikmah dan kenabian lalu ia berkata kepada manusia :
’Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.’
Akan tetapi (dia berkata) :
’Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”
(QS. Ali Imron : 79)

Jagalah Pikiran karena ia berpengaruh terhadap Perbuatan
Jagalah perbuatan karena ia akan membentuk Kebiasaan
Bentuklah kebiasaan karena ia mempengaruhi sifat
Bangunlah sifat karena ia akan membentuk karakter
Bentuklah karakter karena ia akan menentukan nasib

Istiqomah itu laksana meniti jalan yang bertabur beling; bagai menggenggam bara api... sulit, sakit, penuh pengorbanan... adanya ujian adalah keniscayaan di jalan ini... hanya mereka yang sabar, berani, tenang, dan optimis-lah yang bisa istiqomah, dan yang istiqomah-lah yang mampu bertahan!!!

Sabtu, 01 Januari 2011

O...o.... kamu ketauan!!!

30 Desember 2010

Bismillah....

Kamis yang melelahkan, dibuka dengan meeting panjang bersama para tetua, dilanjutkan dengan mondar-mandir sibuk mencari tanda tangan (berasa lagi di-ospek) sambil sibuk nyiapin soal-soal UAS para ibu bidan. Ups, sudah jam 1, saya juga ada UAS, bahkan saya sendiri belum benar-benar belajar untuk ujian saya ..... Ah, sudah tak ada waktu, langsung berlari ke lantai 3... Aduh, soal apa ini??? ya ampuuuunnn, kan udah ada SPSS, ngapain sih masih ngitung-ngitung manual..., padahal kalo pake SPSS tinggal masukkin aja tuh data-data dan angka-angka yang bejibun, panjcet sana pencet sini keluar deh hasilnya, taraaaaaaaaaaa.... Tapi ini, yaelah, masa kudu ngitung manual sih? mana rumusnya ga anusiawi banget, paanjang kali lebar kali tinggi, muter-muter pula, capeee dewh  *keluhan-keluhan karena lalai belajar ini mah 

Efek kelelahan fisik yang amat sangat adalah males menguras otak, apalagi disuruh ngitung-ngitung, beuh... berasa dunia berputar-putar (lah emang dunia berputar, bung!)

Udah jam 14.50, time is OVER!!!
Sutralah yaaa... kumpulin aja dah, udah cape ni otak diperes-peres enakan juga makan otak-otak....

Keluar kelas tanpa banyak komen, langsung berlari dari gedung G lt.3 ke Gd.C lt.2, terus lari lagi balik ke Gd.G tapi ke lantai 4, makin lemes aja deh...

Owh, ibu-ibu bidan udah dibagikan soal UAS, mereka udah sibuk ngerjain ternyata.. baguslah... sepintas di awal tampak tenang..

Teman sesama pengawas mendekati saya dan sedikit bercerita,,

"Kak, tau ga? katanya yaa, kelas ibu-ibu bidan ini punya strategi khusus dalam ujian, mereka punya formasi sendiri... Yang pinter-pinter disebar, mereka megang beberapa temannya buat bantuin temen2nya ngerjain ujian. Parahnya lagi, kalau ada yang ga mau ngasih jawabannya, dia bakal dihukum, dikunciin dalam kamar mandi."

WHATTTTTSSSSSS???????

GILAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!

Ga nyangka banget ibu bidan bisa sesadis itu,, ku kira mereka wanita-wanita lembut, halus, keibuan, ga mengenal kekerasan... fyuhhh... serem ajeeee... Ama temen sendiri aja bisa sekejam itu yaks... Aye jadi takut ngelahirin di tempat ibu-ibu bidan itu, ntar kalo aye bandel-bandel langsung dikurung di kamar mandi lagi, qeqeqeqeqe....

Oke, mereka punya strategi, kita juga ga boleh kalah! Kudu berstrategi ria juga....

Sebelumnya, saya tipikal pengawas yang percaya bahwa mahasiswa paham tentang kejujuran dan nurani. Sehingga saya tidak terlalu ketat dalam mengawasi. Tapi setelah mengetahui cerita itu....... Sore itu, di sisa-sisa energi yang masih ada, saya benar-benar menjadi "pengawas".

Yups, ternyata benar, saya menemukan pola yang mereka buat, walaupun kelas itu diisi hampir 100 orang tapi tidak membuat saya membiarkan mereka bebas melakukan kecurangan.. O...o... kamu ketauan!!! Memang sangat banyak yang diam-diam melihat jawaban temannya, dan temannya sengaja memerlihatkan jawabannya... Saya langsung saja meluncur ke meja mereka dan berdiri tepat di antara mereka. hohoho...

Begitu seterusnya, sepertinya cukup berhasil meminamalisir kecurangan....

Yaa, saya memang tidak menegur, hanya diam dan menghampiri pelaku dan berdiri di hadapannya. Kurasa mereka menyadari bahwa saya sudah berhasil membaca strategi mereka.. Hhihihihi.....

Ibu bidan, berlaku jujurlah, nilai bukan segalanya bu... jangan membohongi nurani sendiri, apalagi sampai mendzolimi saudari sendiri.... bu bidan, saya yakin kalian mampu dengan kemampuan kalian sendiri, PeDe-lah... Yang saya tau kalian itu rajin-rajin, pasti sebenarnya kalian mampu bekerja sendiri hanya saja kalian terbiasa dengan pola yang sudah kalian bentuk dan sepakati bersama... Masa maksiat berjama'ah sih bu, mending perbanyak amal kebaikan berjama'ah daripada berbohong berjama'ah,... Buka hati buka nurani... Kalian udah ibu-ibu loh, punya anak, jgn didik anak dengan kobohongan... jgn biarkan bibit2 kebohongan itu tumbuh subur dalam diri dan membentuk karakter...

Ah, sebagai bocah, saya memang tidak pantas menegur kalian para ibu bidan... Tapi besar harapan saya kepada para ibu, para orang tua, agar mampu memberi keteladanan kepada anak-anaknya, agar mampu menanamkan kejujuran dalam setiap sendi kehidupan....

-bunga karang-