Translate

Tampilkan postingan dengan label hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hidup. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Juli 2012

Mengeja Takdir Ilahi

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS. Al-Ankabut : 64)

Berapa lama waktu yang telah dan akan kita lewati di dunia ini? 1 tahun? 10 tahun? 20 tahun? 40 tahun? 60 tahun? 100 tahun?

Berapa lama jatah hidup kita di dunia yang fana ini? Berapa lama kita kelak akan hidup di alam akhirat? SELAMANYA... SELAMANYA.... Sebandingkah jika kita membuang - buang waktu untuk mengejar kehidupan dunia saja yang mungkin tak sampai 100 tahun dengan kehidupan akhirat kita yang selamanya? Relakah kita kehilangan kenikmatan yang abadi demi sebuah kenikmatan dunia yang sekejap mata?

Dalam kehidupan dunia kita yang singkat, Allah telah memberikan banyak pilihan, seorang bijak tentu akan memilih yang terbaik untuk kehidupan dunia dan akhiratnya.

Seindah - indah pilihan adalah pilihan yang Allah ridhoi, pilihan yang mengikuti skenario-NYA menuju kebahagiaan yang abadi.

Kadangkala, Allah sengaja menghadapkan kita dengan pilihan sulit, pilihan yang rasanya berat untuk kita pilih, pilihan yang rasanya akan menambah beban dalam hidup kita, pilihan yang mungkin merugikan kehidupan dunia kita, namun jika pilihan itu adalah pilihan yang Allah ridhoi, apakah rela kita melewatkannya? Karena hidup tak selalu tentang untung dan rugi, tapi tentang beramal sebanyak - banyaknya, menabung pahala sebanyak - banyaknya...

Tak mudah menjalani skenario yang Allah pilihkan untuk kita, karena skenario-NYA tak selalu berisi tentang romansa cerita bahagia, di dalamnya pasti ada kesedihan , kesusahan, ujian, cobaan, senyum, tawa, namun dengan keikhlasan melakoni peran tersebut, skenario-NYA akan berakhir dengan happy ending ever after... yakni SURGA ALLAH yang kekal abadi.

Peran? apa gerangan peran kita? peran apa yang harus kita lakoni agar berakhir happy ending?
1. Beribadah kepada Allah 

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".

(Q.S. Adz-Dzaariyaat 51:56)


2. Sebagai khilafah
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". 
Q.S. Al-Baqarah: 30

3. Memakmurkan bumi
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). (QS. 11:61)

Ketiga peran itu yang harusnya kita lakoni dengan segala warna - warninya, dengan segala kemudahan dan kesulitannya, dengan segala jatuh dan bangunnya. Karena untuk ketiga peran itulah kita dicintakan di muka bumi, dan dengan menjalani peran tersebutlah kita dapat meninggalkan bumi menuju langit dengan hati yang lega dan tempat kembali yang terbaik.

Terlahir sebagai apapun kita, tertakdir seperti apapun kita, kita sama - sama memiliki misi di dunia yang sama... Mungkin saat ini saya, kamu, dia, mereka, tengah mengeja takdir-NYA masing - masing, takdir Ilahi yang penuh misteri, tapi percayalah takdir terbaik dari setiap kita adalah saat kita menjalani dengan keikhlasan peran - peran yang Allah berikan pada kita, dengan segala warna warninya. Istiqomah, memilih pilihan yang Allah ridhoi, memilih pilihan yang akan menuntun kita menuju kebahagiaan yang abadi.

Mengeja takdir Ilahi, menapaki langkah menuju langit, menjalani skenario yang Allah kehendaki agar tercapai bahagia yang hakiki...

Mari mengeja takdir Ilahi dalam keikhlasan menjalani lakon yang Allah kehendaki :)

Semoga istiqomah selalu memilih pilihan yang Allah ridhoi dan ikhlas menjalaninya...Karena di balik pilihan yang baik meski tak selalu menyenangkan pasti ada hikmah yang besar....

Si pembelajar yang tak masih terus belajar memaknai hidup.


Senin, 12 September 2011

Mars & Venus


KuLtwiT Salim A Fillah

Lelaki terindah di mata wanita bukanlah yang paling tampan, melainkan yang bisa membuatnya merasa tercantik di dunia.

Lelaki tergagah di hati wanita bukanlah yang paling kekar ototnya, melainkan yang mampu mendengarkan, memahami, & mengerti curahan hatinya.

Lelaki terkaya bagi wanita, bukanlah yang terbanyak hartanya. Melainkan dia yang pandai bersyukur & mengungkapkan terimakasih padanya.

Lelaki tershalih bagi wanita, bukan sekedar yang banyak ilmu agama & rajin ibadahnya, melainkan juga yang paling mulia akhlaqnya.

Lelaki paling hebat bagi wanita, bukanlah yang mampu membelikan apapun untuknya; melainkan yang senyum & airmatanya selalu setia bersamanya.

Lelaki tercinta bagi wanita; dia yang prasangkanya tak mengalahkan akhlaqnya; yang kekesalannya tak mengalahkan kemaafannya.


Wanita tercantik bagi pria terbaik; bukanlah yang paling jelita; melainkan dia yang jika dipandang memberi rasa tenang, & surgapun terbayang.

Wanita terkuat bagi pria bukanlah yang merasa terhebat; melainkan yang menundukkan diri dengan ibadat, menempatkan diri dalam taat.

Wanita terkaya di hati pria bukanlah dia yang bertumpuk harta; melainkan yang ridha pada yang halal semata & qana'ahnya menjadi simpanan tak fana.

Wanita terdahsyat bagi lelaki, bukan dia yang pesonanya memukau banyak mata; melainkan yang siap menjadi madrasah cinta bagi anak-anaknya.

Wanita paling kukuh di kehidupan pria, bukan yang tak pernah menangis; tapi yang tersenyum meneguhkan & airmatanya menjadi pengingat taqwa.

Wanita paling bermakna bagi pria bahagia ialah dia yang kala berpisah menenangkan, kala berjumpa menggelorakan, tiap masa saling menguatkan.




Sabtu, 21 Mei 2011

Pernikahan sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah

Rating:★★★★★
Category:Other
Bismillah....

--in memoriam, Almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh--

Sekali lagi, saya menemukan tulisan dari beliau, sungguh tak terhitung ilmu yang telah ia tebar semasa hidupnya... Semoga tulisan ini menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita para penerusnya, menjadi amal yang akan mendampingi beliau sampai ke surga kelak....

Baitul Muslim
26/8/2008 | 23 Sya'ban 1429 H | Hits: 18.187
Oleh: Hj. Yoyoh Yusroh, SPdi.

Muqoddimah

dakwatuna.com – Dalam Annual Report tahun 2004, UNFPA sebuah badan PBB yang menangani masalah kependudukan antara lain merekomendasikan perlunya penanganan serius terhadap hubungan antar generasi yang kurang harmonis, serta perhatian lebih besar terhadap masalah remaja.

Rekomendasi tersebut tampaknya cukup beralasan bila kita cermati realitas kondisi sosial masyarakat. Di Jakarta misalnya, tawuran pelajar belum juga mereda. Penggunaan NAZA bahkan sudah merambah pedesaan, juga fakta pelacuran ABG yang membuat kita semua terperangah. Angka pengidap HIV dipercaya berkisar ratusan ribu orang sampai tahun 2010 nanti, dan akhirnya hati kita semakin terpilin perih oleh kenyataan merebaknya anak jalanan akhir-akhir ini.

Penelaahan kita pada berbagai fakta di atas membawa kita pada perkiraan “something wrong is going on“. Kita dihadapkan pada kenyataan kegelisahan sosial yang semakin bergolak. Kita melihat wajah-wajah hampa tak tentu tujuan, kita pun bisa merasakan ada hati-hati yang sepah, senyap, dan begitu asing dari kehangatan. Kita tahu itu semua. Hanya kemudian, kita belum memutuskan, apakah kita akan sungguh sungguh hadir dan menghadirkan realitas itu dalam ruang kepedulian kita?

Berbagai ekspresi ketidakseimbangan sosial yang kita lihat menggambarkan kebutuhan yang sangat mendesak terhadap situasi yang lebih kondusif sesuai fitrah manusia. Situasi yang membuat semua orang menjadi berdaya dan mampu menghadapi berbagai terpaan sosial. Situasi yang sedemikian itu, keluargalah yang mampu memberikannya.

Keluarga sebagai basis inti masyarakat, adalah wahana yang paling tepat untuk memberdayakan manusia dan ‘mencekal’ berbagai bentuk frustasi sosial, ini adalah hal yang aksiomatis dan universal. Masyarakat Eropa misalnya, saat ini para sosiolog mereka merasa gelisah karena prediksi kepunahan bangsa. Betapa tidak, tatanan, sakralitas dan antusiasme terhadap keluarga sudah tipis sekali di kalangan muda mereka. Ini tentu saja berdampak buruk terhadap angka pertumbuhan penduduk. Hingga iming-iming berbagai hadiah dan fasilitas dari pemerintah bagi ibu yang melahirkan dan keluarganya, tidak membuat mereka bergeming. Berbagai penyakit sosial pun muncul. Mulai dari angka bunuh diri yang tinggi hingga anomali kemanusiaan yang lain.

Ini adalah saat yang tepat untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap keluarga, khususnya dalam skala nasional. Berbagai pelajaran di atas menyuarakan hal ini. Dan ini adalah tugas kita bersama.

I. Arti Pernikahan dalam Islam

Dalam menganjurkan ummatnya untuk melakukan pernikahan, Islam tidak semata-mata beranggapan bahwa pernikahan merupakan sarana yang sah dalam pembentukan keluarga, bahwa pernikahan bukanlah semata sarana terhormat untuk mendapatkan anak yang sholeh, bukan semata cara untuk mengekang penglihatan, memelihara fajar atau hendak menyalurkan biologis, atau semata menyalurkan naluri saja. Sekali lagi bukan alasan tersebut di atas. Akan tetapi lebih dari itu Islam memandang bahwa pernikahan sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemayarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi ummat Islam.

II. Fungsi Keluarga dalam Islam

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, perlu diberdayakan fungsinya agar dapat mensejahterakan ummat secara keseluruhan. Dalam Islam fungsi keluarga meliputi :

A. Penerus Misi Ummat Islam

Dalam sejarah dapat kita lihat, bagaimana Islam sanggup berdiri tegap dan tegar dalam menghadapi berbagai ancaman dan bahaya, bahkan Islam dapat menyapu bersih kekuatan musryik dan sesat yang ada, terlebih kekuatan Romawi dan Persia yang pada waktu itu merupakan Negara adikuasa di dunia.
Menurut riwayat Abu Zar’ah Arrozi bahwa jumlah kaum muslimin ketika Rasulullah Saw wafat sebanyak 120.000 orang pria dan wanita [1]. Para sahabat sebanyak itu kemudian berguguran dalam berbagai peperangan, ada yang syahid dalam perang jamal atau perang Shiffin. Namun sebagian besar dari para syuhada itu telah meninggalkan keturunan yang berkah sehingga muncullah berpuluh “singa” yang semuanya serupa dengan sang ayah dalam hal kepahlawanan dan keimanan. Kaum muslimin yang jujur tersebut telah menyambut pengarahan Nabi-nya: “Nikah-lah kalian, sesungguhnya aku bangga dengan jumlah kalian dari ummat lainnya, dan janganlah kalian berfaham seperti rahib nashrani” [2].

Demikianlah, berlomba-lomba untuk mendapatkan keturunan yang bermutu merupakan faktor penting yang telah memelihara keberadaan ummat Islam yang sedikit. Pada waktu itu menjadi pendukung Islam dalam mempertahankan kehidupannya.

B. Perlindungan Terhadap Akhlaq

Islam memandang pembentukan keluarga sebagai sarana efektif memelihara pemuda dari kerusakan dan melidungi masyarakat dari kekacauan. Karena itulah bagi pemuda yang mampu dianjurkan untuk menyambut seruan Rosul.

“Wahai pemuda! Siapa di antara kalian berkemampuan maka menikahlah. Karena nikah lebih melindungi mata dan farji, dan barang siapa yang tidak mampu maka hendaklah shoum, karena shoum itu baginya adalah penenang” ( HR.AL-Khosah dari Abdullah bin Mas’ud ).

C. Wahana Pembentukan Generasi Islam

Pembentukan generasi yang handal, utamanya dilakukan oleh keluarga, karena keluargalah sekolah kepribadian pertama dan utama bagi seorang anak. Penyair kondang Hafidz Ibrohim mengatakan: “Ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Bila engaku mendidiknya berarti engkau telah menyiapkan bangsa yang baik perangainya“. Ibu sangat berperan dalam pendidikan keluarga, sementara ayah mempunyai tugas yang penting yaitu menyediakan sarana bagi berlangsungnya pendidikan tersebut. Keluarga-lah yang menerapkan sunnah Rosul sejak bangun tidur, sampai akan tidur lagi, sehingga bimbingan keluarga dalam melahirkan generasi Islam yang berkualitas sangat dominan.

D. Memelihara Status Sosial dan Ekonomi

Dalam pembentukan keluarga, Islam mempunyai tujuan untuk mewujudkan ikatan dan persatuan. Dengan adanya ikatan keturunan maka diharapkan akan mempererat tali persaudaraan anggota masyarakat dan antar bangsa.

Islam memperbolehkan pernikahan antar bangsa Arab dan Ajam (non Arab), antara kulit hitam dan kulit putih, antara orang Timur dan orang Barat. Berdasarkan fakta ini menunjukkan bahwa Islam sudah mendahului semua “sistem Demokrasi ” dalam mewujudkan persatuan Ummat manusia. Bernard Shaw mengatakan:

“Islam adalah agama kebebasan bukan agama perbudakan, ia telah merintis dan mengupayakan terbentuknya persaudaraan Islam sejak Seribu Tiga Ratus Lima Puluh tahun yang lalu, suatu prinsip yang tidak pernah dikenal oleh bangsa Romawi, tidak pernah ditemukan oleh bangsa Eropa dan bahkan Amerika Modern sekalipun “.

Selanjutnya mengatakan:

“Apabila Anda bertanya kepada seorang Arab atau India atau Persia atau Afganistan, siapa anda? Mereka akan menjawab “Saya Muslim (orang Islam)”. Akan tetapi apabila anda bertanya pada orang Barat maka ia akan menjawab “Saya orang Inggris, saya orang Itali, saya orang Perancis”. Orang Barat telah melepaskan ikatan agama, dan mereka berpegang teguh pada ikatan darah dan tanah air” [3].

Untuk menjamin hubungan persudaraan yang akrab antara anak-anak satu agama, maka Islam menganjurkan dilangsungkannya pernikahan dengan orang-orang asing (jauh), karena dengan tujuan ini akan terwujud apa-apa yang tidak pernah direalisasikan melalui pernikahan keluarga dekat.

Selain fungsi sosial, fungsi ekonomi dalam berkeluarga juga akan nampak. Mari kita simak hadist Rosul “Nikahilah wanita, karena ia akan mendatangkan Maal” (HR. Abu Dawud, dari Urwah RA). Maksud dari hadist tersebut adalah bahwa perkawinan merupakan sarana untuk mendapatkan keberkahan, karena apabila kita bandingkan antara kehidupan bujangan dengan yang telah berkeluarga, maka akan kita dapatkan bahwa yang telah berkeluarga lebih hemat dan ekonomis dibandingkan dengan yang bujangan. Selain itu orang yang telah berkeluarga lebih giat dalam mencari nafkah karena perasaan bertanggung jawab pada keluarga daripada para bujangan.

E. Menjaga Kesehatan

Ditinjau dari segi kesehatan, pernikahan berguna untuk memelihara para pemuda dari kebiasaan onani yang banyak menguras tenaga, dan juga dapat mencegah timbulnya penyakit kelamin.

F. Memantapkan Spiritual (Ruhiyyah)

Pernikahan berfungsi sebagai pelengkap, karena ia setengah dari keimanan dan pelapang jalan menuju sabilillah, hati menjadi bersih dari berbagai kecendrungan dan jiwa menjadi terlindung dari berbagai waswas.

III. Menegakkan Keluarga Sakinah sebagai Salah SAtu Fungsi Keluarga

Selain fungsi keluarga tersebut di atas, fungsi kesakinahan merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena keluarga sakinah yang berarti: keluarga yang terbentuk dari pasangan suami istri yang diawali dengan memilih pasangan yang baik, kemudian menerapkan nilai-nilai Islam dalam melakukan hak dan kewajiban rumah tangga serta mendidik anak dalam suasana mawaddah warahmah. Sebagaimana dianjurkan Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya:

“Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ia ciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenang kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa cinta dan kasih saying. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. Ar-Ruum:21)

Faktor-Faktor Pembentukan Keluarga Sakinah

A. Faktor Utama:

Untuk membentuk keluarga sakinah, dimulai dari pranikah, pernikahan, dan berkeluarga. Dalam berkeluarga ada beberapa hal yang perlu difahami, antara lain :

1. Memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami

a. Menjadikannya sebagai Qowwam (yang bertanggung jawab)

Suami merupakan pemimpin yang Allah pilihkan
Suami wajib ditaati dan dipatuhi dalam setiap keadaan kecuali yang bertentangan dengan syariat Islam.

b. Menjaga kehormatan diri

Menjaga akhlak dalam pergaulan
Menjaga izzah suami dalam segala hal
Tidak memasukkan orang lain ke dalam rumah tanpa seizin suami

c. Berkhidmat kepada suami

Menyiapkan dan melayani kebutuhan lahir batin suami
Menyiapkan keberangkatan
Mengantarkan kepergian
Suara istri tidak melebihi suara suami
Istri menghargai dan berterima kasih terhadap perlakuan dan pemberian suami

2. Memahami hak istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri

a. Istri berhak mendapat mahar

b. Mendapat perhatian dan pemenuhan kebutuhan lahir batin

Mendapat nafkah: sandang, pangan, papan
Mendapat pengajaran Diinul Islam
Suami memberikan waktu untuk memberikan pelajaran
Memberi izin atau menyempatkan istrinya untuk belajar kepada seseorang atau lembaga dan mengikuti perkembangan istrinya
Suami memberi sarana untuk belajar
Suami mengajak istri untuk menghadiri majlis ta’lim, seminar atau ceramah agama

c. Mendapat perlakuan baik, lembut dan penuh kasih saying

Berbicara dan memperlakukan istri dengan penuh kelembutan lebih-lebih ketika haid, hamil dan paska lahir
Sekali-kali bercanda tanpa berlebihan
Mendapat kabar perkiraan waktu kepulangan
Memperhatikan adab kembali ke rumah

B. Faktor Penunjang

1. Realistis dalam kehidupan berkeluarga

Realistis dalam memilih pasangan
Realistis dalam menuntut mahar dan pelaksanaan walimahan
Realistis dan ridho dengan karakter pasangan
Realistis dalam pemenuhan hak dan kewajiban

2. Realistis dalam pendidikan anak

Penanganan Tarbiyatul Awlad (pendidikan anak) memerlukan satu kata antara ayah dan ibu, sehingga tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Dalam memberikan ridho’ah (menyusui) dan hadhonah (pengasuhan) hendaklah diperhatikan muatan:

Tarbiyyah Ruhiyyah (pendidikan mental)
Tarbiyah Aqliyyah (pendidikan intelektual)
Tarbiyah Jasadiyyah (pendidikan Jasmani)

3. Mengenal kondisi nafsiyyah suami istri

4. Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah

5. Membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat

a. Keluarga besar suami / istri
b. Tetangga
c. Tamu
d. Kerabat dan teman dekat

6. Memiliki ketrampilan rumah tangga

7. Memiliki kesadaran kesehatan keluarga

C. Faktor Pemeliharaan

1. Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktifitas

2. Menghidupkan suasana komunikatif dan dialogis

3. Menghidupkan hal-hal yang dapat merusak kemesraan keluarga baik dalam sikap, penampilan maupun prilaku

Demikianlah sekelumit tentang pernikahan dan pembentukan keluarga sakinah. Semoga Allah memberi kekuatan, kesabaran dan keberkahan kepada kita dalam membentuk keluarga sakinah yang mawaddah wa rahmah sehingga terealisir izzatul islam walmuslimin. Amin. []



Catatan Kaki:

[1] Albidayah Wan Nihayah, oleh Ibnu Katsir 5:356, Al Ishobah fi Tamyizis Shohabah, Ibu Hajar 1:3

[2] Al Jami’ Ash-shogir, oleh As-suyuthi, HR. Baihaqi dari hadits Abi Amanah RA

[3] Majalah Al-Wa’yu, Jum 1969, Hal 6

Daftar Pustaka:

Al-qur’an Terjemahan
Al-Iroqi, Butsaiman As-sayyid. Rahasia Pernikahan yang bahagia, Cetakan I.Pustaka Azzam, Jakarta, Oktober 1997
Isa, Abdul Ghalib Ahmad. Pernikahan Islam, cetakan I, Pustaka Manthiq, Solo April 1997
Yusuf, Husein Muhammad. Keluarga Muslim dan Tantangannya, Cetakan 9, Gema Insani Press, Mei 1994
Hamid, Muhammad abdul Halim, Bagaimana membahagiakan Istri, Cetakan 2 Citra Islami Press, September 1993
Hawwa, Said, Panduan Membina Rumah Tangga Islami
Qardawi, prof. Dr. Yusuf, Ruang Lingkup Aktifitas wanita Muslimah, Pustaka Al-kautsar, Cetakan II, Juli 1996

sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/08/903/pernikahan-sebagai-landasan-menuju-keluarga-sakinah/

Senin, 25 April 2011

Saatnya Untuk Bekerja

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Ikrar telah diucapkan, Allah dan seluruh alam semesta menjadi saksi, kini mampukah diri menunaikannya?

Ikrar telah dilisankan, adakah hati turut meyakininya? Sudahkah raga melaksanakan amal-amalnya?

Bukankah iman adalah ketika hati, lisan, dan raga selaras...

Maka kini saatnya membuktikan dengan amal, dengan kerja, dengan gerak...

Kerja itu adalah rahmat, maka bekerjalah dengan keikhlasan
Kerja itu adalah amanah, maka bekerjalah dengan penuh tanggung jawab
Kerja itu adalah aktualisasi diri, maka bekerjalah dengan semangat
Kerja itu adalah ibadah, maka sertakanlah rasa kecintaan pada kerja-kerja kita
Kerja itu adalah seni, maka bekerjalah dengan kreatif dan inovatif
Kerja itu adalah kehormatan, maka bekerjalah dengan integritas
Kerja itu adalah pelayanan, maka bekerjalah dengan rendah hati

Kini saatnya bekerja, saudaraku...

Buktikan dengan kerja, buktikan dengan amal, buktikan dengan pelayanan...

Berikan manfaat sebanyak-banyaknya, bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya?

Luruskan kembali niat, ikhlaskah seluruh amal hanya tuk meraih ridho Allah, akhiratlah orientasi kita, jangan silau dengan dunia yang hanya sekejap..... akhiratlah tempat yang abadi, ke sana kita kan kembali....

Bekerjalah tanpa peduli pujian dan cacian orang, bekerjalah ikhlas hanya karena Allah, cukuplah Allah menjadi penolong....

Amanah ini memang berat, sangat berat...

Tapi, beban seberat apapun akan ringan ketika kita menghadirkan keikhlasan di dalamnya, ketika kita menyertakan kelapangan dada di dalamnya, ketika kita selalu memupuk semangat jiddiyah dalam kerja-kerja kita...

Kini saatnya untuk bekerja
Kini saatnya kita buktikan dengan amal
Kini saatnya tubuh kita berlelah-lelah, saat pikiran kita kuras, saatnya melapangkan hati sampai luasnya tak terhingga untuk kemaslahatan umat, untuk kemajuan dakwah Islam.

Bekerja untuk Kota Bogor, bekerja untuk Indonesia, bekerja karena Allah, untuk dan hanya untuk meraih ridho Allah semata...

- MARI BEKERJA, tunaikan amanah-amanah kita -


Selasa, 05 April 2011

Subhanallah...

KulTwit@dokterarif: Subhanallah....

1) Rata2 jantung berdenyut lebih 2,5 milyar x & memompa lebih 200 juta ltr darah seumur hidup.

2) Isi paru2 sekitar 5 liter saja tapi luas alveoli hingga 100-160 m2 atau 1 lapangan tenis!

3) Orang dewasa miliki lebih 50 trilyun sel. 3 milyar mati TIAP MENIT diganti dg yg baru.

4) Indera penciuman kita bisa bedakan 2000-4000 jenis bau yg berbeda. Teknologi di ITS baru sampai 16 jenis bau.

5) Keliling bumi 40.075,16 km... sistem pembulu darah manusia 150.000 km atau 4 x keliling bumi !

6) Kita mengeluarkan 1 liter air liur/day. Selagi msh bs menelan air ludah (bkn menjilat), mesti bersyukur.

7) Tdk spt anjing, apa yg kita cium, cepat hilang dr memori. Kita tetap bs makan lahap setelah keluar dari toilet.

8) Pendengaran kita tdk sebagus anjing, kita tdk harus berkali2 bangun dari tidur tiap ada orang yg lewat.

9) Jantung kita hanya perlu daya 1,3 watt ! 10 % lebih hemat dr mesin mekanik dg tugas sama (13 watt).

10) Otak kita perlu daya 20 watt saja. jauh lebih efisien dari komputer. Tdk perlu fan cooler, cukup es degan :)

11) Indera penciuman ada dekat dg indera pengecap di lidah u bangkitkan selera makan. Bgmn kalo letaknya di kaki?

12) Rambut kepala tumbuh 0,35 mm/day. Jk kt punya 100.000 rambut dlm sehari 35 mtr = 639 km seumur hidup.

13) Udara dari hidung saat bersin sekitar 100 mph ~ badai Laurence di Australia. Brp besar hidung buat bikin badai?

14) Tiap 120 hari kt punya sel darah merah baru, kl usia 50 th maka telah berganti 120 kali!

15) Tdk hanya ular yg ganti kulit, kita berganti kulit terluar tiap 4 minggu. Atau 600 kali saat usia 50 th!

16) Dosis mematikan sianida 50mg ~ 2,5kg singkong segar MANIS ~ 50gr singkong PAHIT, *rasa pahit melindungi kita*

17) Sehelai rambut bisa menahan beban 100 gr. Normal kt punya 100 rb helai, menahan 10 ton = 10 buah Avanza!

18) Jml sel tubuh 10 trilyun, bakteri yg ada di tubuh kita 100 trilyun, manusia masih mau sombong?


*)sumber: http://twitter.com/dokterarif


Manusia diciptakan dengan bentuk fisik yang sangat baik (QS.95:4), dengan rupa yang seindah-indahnya (QS.64:3) dan dilengkapi dengan organ yang istimewa seperti pancaindra dan hati (QS.16:78), agar manusia bersyukur kepada Allah yang telah memberi banyak keindahan dan kesempurnaan.

Manusia pun diberi kemampuan berfikir untuk memahami alam semesta (QS.13:3) dan dirinya sendiri (QS.30:20-21) sebagai ciptaan Allah untuk kemudian meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT.

Manusia mempunyai akal untuk memahami tanda-tanda keagungan Allah, Kalbu untuk mendapatkan cahaya yang tertinggi (QS.89:27-30) dan ruh yang kepadanya Allah SWT mengambil kesaksian manusia mengenai keesaan Ilahi (QS.7:72-74).


Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah dibumi (QS.2:30), dan diciptakan Allah bukan untuk main-main (QS.23:115), melainkan untuk mengembangkan amanah (QS.33:72) dan untuk beribadah kepadaNya (QS.51:56) serta selalu menegakkan kebajikan sekaligus menghilangkan keburukan (QS.3:110) dengan segala tanggung jawab (QS.75:36).


QS 22: 5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.



Rabu, 09 Maret 2011

Indahnya Menanti


"Semuanya akan indah pada waktunya, jika belum indah berarti itu belum waktunya."
-
-

Indah pada waktunya, kapankah waktunya? bilakah indah menjelma? sesungguhnya keindahan adalah tentang bagaimana kita memaknai hidup, tentang bagaimana kita memaknai setiap peristiwa yang menimpa diri... Setiap detik akan berwujud indah jika kita mampu memaknainya dengan keindahan dalam kesyukuran dan kesabaran... Syukur itu indah namun akan semakin cantik jika selalu diiringi dengan sabar.

Dari Abi yahya Shuhaib bin Sinan RA. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya menakjubkan keadaan orang mu’min, karena segala urusannya sangat baik baginya, dan itu tidak akan terjadi kecuali bagi orang mu’min. Bila ia memperoleh kesenangan, ia bersyukur, yang demikian itu baik baginya. Dan bila ia tertimpa kesusahan ia juga bersabar, yang demikian itupun baik baginya.”

Teruntuk mereka yang dalam penantian akan datangnya masa yang tepat untuk menikmati keindahan, masa penantian itu pun indah rasanya jika selalu diwarnai kesabaran dan kesyukuran. Dalam penantian ada begitu banyak nikmat yang Allah berikan, ada begitu banyak amal yang mampu kita persembahkan, ada begitu banyak ilmu yang bisa kita peroleh, ada doa-doa yang lembut melantun di malam-malam yang pekat, ada harapan yang selalu tersemat, ada saudara-saudara yang senantiasa menemani dan membersamai, dan banyak orang yang selalu mendoakan... Ya, bahkan masa penantianpun indah, karena di masa penantianlah harapan itu ada, selalu ada... Seorang siswa kelas XII yang menanti kelulusan, dipenuhi akan harapan-harapan untuk menggapai perguruan tinggi harapan demi tercapainya cita di masa depan... Seorang mahasiswa tingkat akhir atau fresh graduate yang menanti panggilan kerja, menjemput mimpi-mimpinya akan masa depan yang cerah... Seorang pemuda yang tengah merintis usahanya, jatuh bangun, menemui banyak kegagalan, pasti selalu menanti datangnya sukses, optimisme selalu tersemat... Seorang ibu yang tengah hamil dan menanti kelahiran sang buah cinta yang amat dirindui hadirnya... Di masa penantian itu menghadirkan harapan, harapan itu menghadirkan semangat perjuangan dan doa yang tak pernah putus. Kesabaran di masa penantian adalah keindahan, terwujudnya impian adalah buah manis dari kesabaran atas sebuah penantian, Kesyukuran atas datangnya waktu yang dinantikan adalah keindahan... Ternyata semuanya indah, bukan? menikmati proses itu indah, menuai hasil pun indah...  


Tiba-tiba teringat perbincangan saya dengan seorang teteh yang hobi berpetualang, life is an adventure,,, Lalu, saya bertanya padanya, apakah gerangan yang membuatnya begitu terobsesi untuk berkeliling dunia... jawabannya cukup simple, karena saya suka menikmati perjalanannya... bukan tentang tempat tujuannya, bukan, tapi ia menikmati perjalanan menuju tampat tujuannya... Mungkin hal ini bisa menggambarkan sebuah filosofi hidup, menunjukkan bahwa tujuan bukanlah segala-galanya, justru kenikmatan diperoleh pada prosesnya, proses mencapai tujuan.

Banyak orang yang kadang lupa untuk menikmati proses, karena hidupnya selalu terfokus pada tujuan akhir. Akibatnya, saat tujuannya tak tercapai sesuai target, maka kekecewaanlah yang dirasa. Padahal ada banyak nikmat yang bisa kita peroleh dari proses itu sendiri, ada banyak ilmu yang bisa kita timba, ada begitu banyak kebaikan di dalamnya jika kita menyadarinya. Dalam proseslah Allah menyisipkan banyak pembelajaran, banyak ladang-ladang amal, banyak pintu-pintu kebaikan, banyak corong-corong ilmu, banyak hikmah yang mampu dipetik...

Dari pembincangan singkat dengan seorang teteh itu saya mengambil banyak pelajaran, saya benar-benar menyukai filosofi hidupnya, tentang menikmati proses, menikmati perjalanan hidup. Tapi tentu saja perjalanan hidup kita harus tetap dibingkai dengan visi yang jelas, tujuan hidup yang pasti, agar langkah-langkah kita terarah. Agar kehidupan kita benar-benar indah dalam proses maupun hasil akhir...  Keindahan abadilah yang layak dikejar, keindahan yang tak hanya dinikmati di dunia, keindahan yang tak hanya diteguk seumur hidup, tapi seumur kehidupan setelah kematian... Tapi keindahan abadi, keindahan yang nilainya melebihi seisi langit dan bumi...


Kita semua tengah berproses, kita semua tengah bergerak, bergerak menuju satu titik, titik kematian.... Maka proses seperti apakah yang akan kita jalani? Akankah kita sibuk membekali diri untuk kehidupan yang abadi atau justru sibuk mengejar kefanaan dunia dan lupa akhirat?

Sibuk membekali diri untuk kehidupan yang abadi, merelakan diri untuk menjadi jundi-jundi Allah, menegakkan Diennullah, maka inilah saatnya  bagi kita untuk memantaskan diri untuk menjadi prajurit terbaik bagi agama ALLAH... maka pantaskanlah diri agar layak menempati tempat terindah yang telah disediakan-NYA... Pantaskanlah diri untuk mampu menjalani proses menuju keindahan abadi dengan berbekal sabar dan syukur, karena perjuangan ini tak kan pernah mudah, penuh aral dan jalannya terjal, sedikit yang mau melaluinya...  Tapi bagi mereka yang sabar, proses ini selalu indah... Karena selalu tersemat nikmat-nikmat tiada ternilai di dalamnya, yang tak kan pernah terkecap oleh mereka yang menolak jalan ini... apa sajakah nikmatnya? Setiap diri yang berkubang di dalamnya pasti merasai kenikmatan-kenikmatan tiada tara dalam alam perjuangan ini....

"Melangkah ke alam perjuangan berarti rela dalam kepahitan. Biarlah diri menangis terluka, kecewa asal tetap berada di jalan Allah, daripada mati tanpa mujahadah. Mungkin kita tak sanggup selamanya terluka, tapi ingatlah setiap tetesan darah, luka, dan air mata, itulah mahar kita ke surga-NYA."

"Maka itu jika ditanya, kenapa perjuangan itu pahit? jawabnya, karena surga itu manis."

Selamat berjuang, selamat menikmati proses, selamat menikmati pahit manisnya perjuangan,

Maka jadilah pejuang sejati dan raihlah kemenangan hakiki

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)




Selamat Menikmati Indahnya Perjuangan, saudaraku.....

_Bunga Karang_

10 Maret 2011




Sabtu, 18 September 2010

Jika Sudah Mampu, Silahkan Jalankan ;)

Seusai mengajarnya menyetir mobil, setelah 3x pertemuan:
"Teh, aku udah bisa nyetir."
"udah siap turun ke jalan?"
"insya Allah siap, teh."
"mau pake mobil apa?"
"yang matic aja."
"oke, tolong bawa adik-adik kita jalan-jalan keliling kota ya?"
"siap!"
"tapi teteh juga ikut ya."
"siiip."

Perjalanan lancar, jalan yang dilalui relatif aman, tak banyak kendala yang ditemui... Kami semua menikmati perjalanan itu... Dia pun jadi banyak belajar menghadapi rambu2 lalu lintas, polisi tidur, kemacetan, dan pastinya belajar memegang amanah karena begitu banyak nyawa yang bergantung padanya, keselamatan dirinya dan kami bisa jadi beban untuknya.. Belajar menanggung beban di jalan yang nyaman..

Pelajaran sudah dibekali, pelatihan sudah dijalani, pengalaman sudah dikantongi. Hari berikutnya dia mencoba mengendarai mobil non-matic, tantangannya jelas lebih besar lagi. Namun dia harus berani mencoba atau dia tak kan pernah bisa. Walaupun sedikit kagok dan sempat beberapa kali mesin mobilnya mati saat terjebak macet tapi akhirnya ia berhasil sampai tujuan, toh jalanan yang dilalui juga jalan besar, tanpa lubang, dan tidak terlalu berkelok.

Sukses mengendarai mobil non-matic di jalan raya, dia sudah berani mengangkut penumpang, mengantar dan menjemput adik-adiknya ke sekolah, dia sudah berani menanggung keselamatan orang lain, good job!

Semakin lama dia semakin mahir menyetir, jalanan sempit, licin, berkelok, berliku, tempat parkir yang sempit, jalanan rusak, semuanya sudah berhasil ditaklukannya.. Maka dia pun sekarang sudah siap terjun dalam berbagai tantangan di jalanan.. Dia pun sudah mengajarkan adik-adiknya menyetir mobil.. Ya, pada akhirnya jalanan yang dihadapinya memang penuh lika liku, halang rintang, dan tak selalu mulus.. Tapi, dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman, ia siap hadapi segala rintangan..

Ada satu hal yang membuatnya matang, PROSES, semuanya berproses, ada tahapan2 yang dengan sabar dilaluinya.. Setelah mampu menyetir, sebagai pemula ia memilih mobil matic dan ia diamanahi melalui jalanan yang tidak terlalu sulit, dan tetap didampingi. Bayangkan jika sebagai pemula, tanpa pengalaman yang matang ia langsung menempuh jalanan nagrek dgn mobil hi-jet tanpa didampingi, bisa jadi bukan sampai tujuan malah sampai kuburan..

Sabar dalam berproses,, berikan amanah pada seseorang sesuai kapasitasnya,, bekali dengan cukup sesuai kebutuhannya,, dan beri kepercayaan,, jangan sampai sudah diajari menyetir tapi tak pernah diijinkan untuk menyetir,,

-catatan tengah malam-

flo

Senin, 02 Agustus 2010

Menjual Waktu dengan Pahala

Rating:
Category:Other
Menjual Waktu dengan Pahala
Tazkiyatun Nufus
31/7/2008 | 28 Rajab 1429 H | Hits: 6.924
Oleh: Muhammad Nuh


dakwatuna.com - “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-hadid: 16)

Maha Suci Allah yang menggantikan malam dengan siang dan sore pun menyongsong malam. Hari berlalu menyusun pekan. Hitungan bulan-bulan pun membentuk tahun. Tanpa terasa, pintu ajal kian menjelang. Sementara, peluang hidup tak ada siaran ulang.

Siap atau tidak, waktu pasti akan meninggalkan kita

Sejauh apa pun satu tahun ke depan jauh lebih dekat daripada satu detik yang lalu. Karena waktu yang berlalu, walaupun satu detik, tidak akan bisa dimanfaatkan lagi. Ia sudah jauh meninggalkan kita.

Begitu pun dengan berbagai kesempatan yang kita miliki. Pagi ini adalah pagi ini. Kalau datang siang, ia tidak akan pernah kembali. Kalau kesempatan di pagi ini lewat, hilang sudah momentum yang bisa diambil. Karena, belum tentu kita bisa berjumpa dengan pagi esok.

Itulah yang pernah menggugah Umar bin Abdul Aziz. Suatu malam, karena sangat lelah, Umar menolak kunjungan seorang warga. “Esok pagi saja!” ucapnya spontan. Khalifah Umar berharap esok pagi ia bisa lebih segar sehingga urusan bisa diselesaikan dengan baik.

Tapi, sebuah ucapan tak terduga tiba-tiba menyentak kesadaran Khalifah kelima ini. Warga itu mengatakan, “Wahai Umar, apakah kamu yakin akan tetap hidup esok pagi?” Deg. Umar pun langsung beristighfar. Saat itu juga, ia menerima kunjungan warga itu.

Kalau kita menganggap remeh sebuah ruang waktu, sebenarnya kita sedang membuang sebuah kesempatan. Kalau pergi, kesempatan tidak akan kembali. Ia akan pergi bersama berlalunya waktu. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (Al-Ashr: 1-2)

Siap atau tidak, jatah waktu kita terus berkurang

Ketika seseorang sedang merayakan hari ulang tahun, sebenarnya ia sedang merayakan berkurangnya jatah usia. Umurnya sudah berkurang satu tahun. Atau, hari kematiannya lebih dekat satu tahun. Dalam skala yang lebih luas, pergantian tahun adalah berarti berkurangnya umur dunia. Atau, hari kiamat lebih dekat satu tahun dibanding tahun lalu.

Ketika jatah-jatah waktu itu terus berkurang, peluang kita semakin sedikit. Biasanya, penyesalan datang belakangan. “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 23-24)

Tak banyak yang sadar, begitu banyak peluang menghilang

Kadang, seseorang menganggap biasa mengisi hari-hari dengan santai, televisi, dan berbagai mainan. Bahkan ada yang bisa berjam-jam bersibuk-sibuk dengan video game. Sedikit pun tak muncul rasa kehilangan. Apalagi penyesalan.

Padahal kalau dihitung, amal kita akan terlihat sedikit jika dibanding dengan kesibukan rutin lain. Dengan usia tiga puluh tahun, misalnya. Selama itu, jika tiap hari seorang tidur delapan jam, ternyata ia sudah tidur selama 87.600 jam. Ini sama dengan 3.650 hari, atau selama sepuluh tahun. Dengan kata lain, selama tiga puluh tahun hidup, sepertiganya cuma habis buat tidur.

Jika orang itu menghabiskan empat jam buat nonton televisi, setidaknya, ia sudah menonton televisi selama 43.200 jam. Itu sama dengan 1.800 hari, atau lima tahun. Bayangkan, dari tiga puluh tahun hidup, lima tahun cuma habis buat nonton teve. Belum lagi urusan-urusan lain. Bisa ngobrol, curhat, ngerumpi, jalan-jalan, dan sebagainya.

Lalu, berapa banyak porsi waktunya buat ibadah? Kalau satu salat wajib menghabiskan waktu sepuluh menit, satu hari ia salat selama lima puluh menit. Ditambah zikir dan tilawah selama tiga puluh menit, ia beribadah selama delapan puluh menit per hari. Jika dikurangi sepuluh tahun karena usia kanak-kanak, ia baru beribadah selama 1.600 jam. Atau, 1,8 persen dari waktu tidur. Atau, 3,7 persen dari lama nonton teve.

Betapa banyak peluang yang terbuang. Betapa banyak waktu berlalu tanpa nilai. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran.” (Al-Ashr: 1-3)

Tak seorang pun tahu, kapan waktunya berakhir

Tiap yang bernyawa pasti mati. Termasuk, manusia. Kalau dirata-rata, usia manusia saat ini tidak lebih dari enam puluhan tahun. Atau, setara dengan dua belas kali pemilu di Indonesia. Waktu yang begitu sedikit.

Saatnya buat orang-orang beriman memaknai waktu. Biarlah orang mengatakan waktu adalah uang. Orang beriman akan bilang, “Waktu adalah pahala!”

Senin, 05 Juli 2010

BELAJAR INDIBATH DARI MAKHLUK IMUT


Ada orang yang melihat semut sebagai hewan kecil yang rakus, (hanya) karena sangat aktif mengumpulkan bahan makanan jauh lebih banyak dari panjang usia yang mungkin dijalaninya. Bahwa nama semut menjadi sebutan bagi salah satu dari 114 surat Al-Quran, memang tidak menjadi jaminan mereka tercela atau tidak, berbeda dari semisal Al-Munafiqun dan Al-Kafirun atau nama-nama lain seperti anjing (QS. 7:176), kera dan babi (QS. 5: 60). Tetapi kalau bukan untuk tujuan terpuji, untuk apa nama itu disebut dalam kitab suci, seperti surat An-Naml atau An-Nahl?


Konon bila ada seekor semut berjalan berputar-putar atau zigzag, maka artinya ia memang sedang bertugas mencari bahan makanan bagi kaumnya. Bila menemukan sepotong daging, kembang gula atau makanan lainnya, dijamin ia tak akan menghabiskan atau mengangkutnya sendirian. Ia akan berputar-putar sejenak untuk mengukur dan menghitung berapa pasukan semut yang diperlukan. Pulang ke sarang ia berjalan lurus dengan melepaskan asam semut melalui ekornya yang akan menjadi garis navigasi bagi para pekerja yang akan melaluinya dengan disiplin. Coba-cobalah meletakkan sekeping cokelat atau gula di tepi garis asam semut itu, mereka tetap takkan tergoda. Demikian akurat semut menggunakan intuisinya yang mengajarkan manusia kapan musim hujan dan musim kemarau akan datang, demikian pula disiplin mereka. Mereka tak bersuara, namun bekerja. Menimbun logistik untuk musim yang lebih panjang dari usia mereka, tetapi bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan kepentingan kaum dan bangsa.


Jangan coba-coba menaburkan gula atau kue manis dekat-dekat garis itu, karena pasukan semut takkan terangsang oleh provokasi atau jebakan itu. Ghayah dan ahdaf (tujuan dan sasaran) mereka jelas. Amal jamai mereka kompak. Disiplin mereka tinggi. Entah dari mana datangnya dan bagaimana ia mengintai, seekor semut eksekutor telah siap dengan kepala dan taring yang besar untuk memenggal kepala semut yang terangsang mengambil makanan di luar garis navigasi. 

Betapa mahalnya harga yang harus dibayar akibat tindakan liar sebagian pasukan artileri yang ditempatkan Rasul SAW di bukit pada perang Uhud itu. Mereka dipesan untuk jangan meninggalkan front tanpa komando, baik pasukan kita kalah atau menang. Tak pernah sepedih itu duka dan gundah yang dirasakan Nabi SAW.


Bila jenis serangga ada yang bersuara, itulah nahl, lebah yang diperintahkan Allah untuk membangun hunian di gunung-gunung, di pohon-pohon dan rumah-rumah manusia (QS. An-Nahl: 68). Mereka disuruh memakan yang baik-baik dan memproduksi yang baik-baik yang sangat berguna bagi kesehatan dan penyembuhan. Mereka berdengung di sarang seperti pasukan mujahid muslim di zaman Rasulullah saw, mendengungkan dzikir di malam hari setelah sepanjang siang dengan penuh semangat dan kesungguhan berjihad membela kebenaran. Mereka tak suka mengganggu siapapun, namun jangan coba-coba melempari sarang lebah, mereka akan datang full team membalas setiap agresor.


Muslim yang tak bersengat bekerja seperti semut, dan yang sudah bersengat berjuang bagaikan lebah. Perumpamaan seorang muslim seperti lebah, tak makan kecuali yang baik dan tak keluar dari perutnya kecuali yang baik.




“Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin kepadamu Karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.An Nuur:62-62)


Jika merujuk kepada Al-Qu’ran dan Hadist maka tidak ditemukan kata indibath di sana. Secara etimologi indhibath berasal dari kata dhobth yang berarti komitmen dengan sesuatu. Al-Laits mengartikan dhobth dengan komitmen (berpegang teguh) dengan sesuatu dan tidak memisahkannya. Dhobthusy-sya’i juga berarti menjaga sesuatu dengan kuat. Kemudian Ustadz Fathi Yakan memberikan definisi al-indhibath dengan komitmen kepada Islam dan hukum-hukumnya serta menjadikannya sebagai poros kehidupan, pijakan berfikir, dan sumber hukum dari setiap permasalahan.



Indibath dengan Islam disebutkan dalam beberapa ayat, seperti : 


"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam" (Al-Imron : 102), 


Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub (Ibrahim berkata) : “Hai anak-anakku , sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Agama Islam” (Al-Baqoroh : 132). 


Juga dalam firman-Nya : "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga (Ar-Ribath) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung" (Al-Imran : 200).


Termasuk makna ribath adalah menunggu sholat berikutnya setelah menunaikan sholat. Ini berarti menunggu kewajiban setelah menunaikan kewajiban.



Selasa, 22 Juni 2010

Jangan Lari dari Ujian Hidup

Rating:★★★★
Category:Other
22/6/2010 | 10 Rajab 1431 H | Hits: 259
Oleh: Mochamad Bugi

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

dakwatuna.com – “Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah; namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.”

Sabda Rasulullah saw. ini ada dalam Kitab Sunan Tirmidzi. Hadits 2320 ini dimasukkan oleh Imam Tirmidzi ke dalam Kitab “Zuhud”, Bab “Sabar Terhadap Bencana”.

Hadits Hasan Gharib ini sampai ke Imam Tirmidzi melalui jalur Anas bin Malik. Dari Anas ke Sa’id bin Sinan. Dari Sa’id bin Sinan ke Yazid bin Abu Habib. Dari Yazid ke Al-Laits. Dari Al-Laits ke Qutaibah.

Perlu Kacamata Positif

Hidup tidak selamanya mudah. Tidak sedikit kita saksikan orang menghadapi kenyataan hidup penuh dengan kesulitan. Kepedihan. Dan, memang begitulah hidup anak manusia. Dalam posisi apa pun, di tempat mana pun, dan dalam waktu kapan pun tidak bisa mengelak dari kenyataan hidup yang pahit. Pahit karena himpitan ekonomi. Pahit karena suami/istri selingkuh. Pahit karena anak tidak saleh. Pahit karena sakit yang menahun. Pahit karena belum mendapat jodoh di usia yang sudah tidak muda lagi.

Sayang, tidak banyak orang memahami kegetiran itu dengan kacamata positif. Kegetiran selalu dipahami sebagai siksaan. Ketidaknyamanan hidup dimaknai sebagai buah dari kelemahan diri. Tak heran jika satu per satu jatuh pada keputusasaan. Dan ketika semangat hidup meredup, banyak yang memilih lari dari kenyataan yang ada. Atau, bahkan mengacungkan telunjuk ke langit sembari berkata, “Allah tidak adil!”

Begitulah kondisi jiwa manusia yang tengah gelisah dalam musibah. Panik. Merasa sakit dan pahit. Tentu seorang yang memiliki keimanan di dalam hatinya tidak akan berbuat seperti itu. Sebab, ia paham betul bahwa itulah konsekuensi hidup. Semua kegetiran yang terasa ya harus dihadapi dengan kesabaran. Bukan lari dari kenyataan. Sebab, ia tahu betul bahwa kegetiran hidup itu adalah cobaan dari Allah swt. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)

Hadits di atas mengabarkan bahwa begitulah cara Allah mencintai kita. Ia akan menguji kita. Ketika kita ridha dengan semua kehendak Allah yang menimpa diri kita, Allah pun ridha kepada kita. Bukankah itu obsesi tertinggi seorang muslim? Mardhotillah. Keridhaan Allah swt. sebagaimana yang telah didapat oleh para sahabat Rasulullah saw. Mereka ridho kepada Allah dan Allah pun ridho kepada mereka.

Yang Manis Terasa Lebih Manis

Kepahitan hidup yang dicobakan kepada kita sebenarnya hanya tiga bentuk, yaitu ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta. Orang yang memandang kepahitan hidup dengan kacamata positif, tentu akan mengambil banyak pelajaran. Cobaan yang dialaminya akan membuat otaknya berkerja lebih keras lagi dan usahanya menjadi makin gigih. Orang bilang, jika kepepet, kita biasanya lebih kreatif, lebih cerdas, lebih gigih, dan mampu melakukan sesuatu lebih dari biasanya.

Kehilangan, kegagalan, ketidakberdayaan memang pahit. Menyakitkan. Tidak menyenangkan. Tapi, justru saat tahu bahwa kehilangan itu tidak enak, kegagalan itu pahit, dan ketidakberdayaan itu tidak menyenangkan, kita akan merasakan bahwa kesuksesan yang bisa diraih begitu manis. Cita-cita yang tercapai manisnya begitu manis. Yang manis terasa lebih manis. Saat itulah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang ada terkecap begitu manis.

Itulah salah satu rahasia dipergilirkannya roda kehidupan bagi diri kita. Sudah menjadi ketentuan Allah ada warna-warni kehidupan. Adakalanya seorang menatap hidup dengan senyum tapi di saat yang lain ia harus menangis.

“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali ‘Imran: 140)

Begitulah kita diajarkan oleh Allah swt. untuk memahami semua rasa. Kita tidak akan mengenal arti bahagia kalau tidak pernah menderita. Kita tidak akan pernah tahu sesuatu itu manis karena tidak pernah merasakan pahit.

Ketika punya pengalaman merasakan manis-getirnya kehidupan, perasaan kita akan halus. Sensitif. Kita akan punya empati yang tinggi terhadap orang-orang yang tengah dipergilirkan dalam situasi yang tidak enak. Ada keinginan untuk menolong. Itulah rasa cinta kepada sesama. Selain itu, kita juga akan bisa berpartisipasi secara wajar saat bertemu dengan orang yang tengah bergembira menikmati manisnya madu kehidupan.

Bersama Kesukaran Selalu Ada Kemudahan

Hadits di atas juga berbicara tentang orang-orang yang salah dalam menyikapi Kesulitan hidup yang membelenggunya. Tidak dikit orang yang menutup nalar sehatnya. Setiap kegetiran yang mendera seolah irisan pisau yang memotong syaraf berpikirnya. Kenestapaan hidup dianggap sebagai stempel hidupnya yang tidak mungkin terhapuskan lagi. Anggapan inilah yang membuat siapa pun dia, tidak ingin berubah buat selama-lamanya.

Parahnya, perasaan tidak berdaya sangat menganggu stabilitas hati. Hati yang dalam kondisi jatuh di titik nadir, akan berdampat pada voltase getaran iman. Biasanya perasaan tidak berdaya membutuhkan pelampiasan. Bentuk bisa kemarahan dan berburuk sangka. Di hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi di atas, bukan hal yang mustahil seseorang akan berburuk sangka terhadap cobaan yang diberikan Allah swt. dan marah kepada Allah swt. “Allah tidak adil!” begitu gugatnya. Na’udzubillah! Orang yang seperti ini, ia bukan hanya tidak akan pernah beranjak dari kesulitan hidup, ia justru tengah membuka pintu kekafiran bagi dirinya dan kemurkaan Allah swt.

Karena itu, kita harus sensitif dengan orang-orang yang tengah mendapat cobaan. Harus ada jaring pengaman yang kita tebar agar keterpurukan mereka tidak sampai membuat mereka kafir. Mungkin seperti itu kita bisa memaknai hadits singkat Rasulullah saw. ini, “Hampir saja kemiskinan berubah menjadi kekufuran.” (HR. Athabrani)

Tentu seorang mukmin sejati tidak akan tergoyahkan imannya meski cobaan datang bagai hujan badai yang menerpa batu karang. Sebab, seorang mukmin sejati berkeyakinan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. Setelah hujan akan muncul pelangi. Itu janji Allah swt. yang diulang-ulang di dalam surat Alam Nasyrah ayat 5 dan 6, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Jadi, jangan lari dari ujian hidup!

Sabtu, 22 Mei 2010

Everyone's in a rush, everybody's busy....

Always in a rush.. Setiap detik terasa amat berharga tuk disiakan.. Benarlah jika dikatakan kewajiban yang kita miliki jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia.. Sungguh merugi diri ini saat terdiam tanpa amal meski hanya sejenak.. Bukankah ketika kita tidak menyibukkan diri dalam kebenaran pastilah kita sibuk dalam kemaksiatan??

Sebuah perenungan buatku beberapa minggu belakangan, saat kewajiban dan amanah seolah menumpuk menggunung dan menuntut tuk segera ditunaikan. Membagi diri dan waktu di antara banyak pilihan, memaksa kita menentukan prioritas karena tak mungkin menyelesaikan semuanya dalam satu waktu. Satu hal yang pasti, kitalah yang memimpin hidup kita, kita yang mengatur alokasi waktu, kita bukan budak waktu yang dikendalikan, bukan pula pecundang yang kalah melawan waktu.

Sebuah penaklukkan atas waktu. Pekan lalu saya berada di Ciamis selama 4 hari untuk menunaikan sebuah amanah. Pada hari ke-3 sebuah email masuk, memberikan sebuah amanah baru yang merupakan tantangan besar untuk saya. Namun amanah itu baru bisa saya tunaikan setelah kembali dari Ciamis. Kamis lalu, sesampainya di rumah, meski tubuh lelah teramat sangat tapi tak ada waktu untuk berleha-leha. Segera menyelesaikan amanah berikutnya, terpaksa begadang. Keesokkan harinya amanah tsb dilaporkan dengan banyak revisi.. Sabtu-ahad pun menyapa, bukan waktu tuk beristirahat pastinya, tapi serentetan syuro telah menanti. Mengisi dan diisi. Agenda-agenda wajib menumpuk di dua hari itu, always in a rush.. Hingga tibalah hari senin, tantangan baru, sebuah proposal riset harus diselesaikan dalam 3 hari, dan ini BUKAN PEKERJAAN MUDAH, butuh inspirasi dan data dalam waktu yang mendesak. Hari-hari yang diisi dengan begadang, fyuhh.. Deadline 19 Mei 2010 pukul 23.59 WIB.. Kemarin kepanikan terjadi, semua orang heboh wara wiri ngurus proposal masing2. Tepat jam 9 malam, komputer kampus hang, akhirnya memutuskan langsung ke DRPM UI membawa hardcopy proposal yang belum dijilid dan softcopy yang belum di-upload.

Dalam perjalanan, salah satu dosenk nyeletuk, "wah, udah subuh yah", lalu "dulu itu saya tiap hari kerja kayak orang gila, ga tidur sampai subuh, lebih parah deh daripada sekarang. Tapii, sekarang badan saya udah gak kuat, gak bisa lagi kerja sampe begadang."

Sampai di DRPM, bertemu peserta riset lain, seorang Prof dari FKG. Beliau ditanyai mengapa tidak mengajukan yg riset kompetensi, dan jawabannya,
"waduh, saya gak mau tiap malam begadang selama setahun, ngajuin yang riset kolaborasi aja udah bikin saya begadang beberapa malam ini."

Wew, saya jadi banyak merenung soal pemanfaatan waktu. Soal apa yang kita perjuangkan hingga mengorbankan segalanya. Haruskah seluruh waktu kita tersita untuk suatu hal. Saya rela korbankan semua waktu yang saya miliki jika itu bisa menjamin saya bahagia di akhirat kelak.. Jika hanya untuk pencapaian duniawi yang fana ini, relakah??

Sebuah fenomena menarik, saat seseorang begitu sibuk dengan usahanya mencari ma'isyah atau sibuk dengan upaya menuntut ilmu atau kesibukan untuk sebuah aktualisasi diri menjadikan waktu untuk Allah terkorbankan. Kadang shalat jd terlalaikan, seringkali tertunda, tilawah 1juz/hari tak tercapai, dzikir terlupakan, shaum sunnah tak kuat dijalankan, qiyamullail terlewatkan, tak ada waktu untuk dhuha, dan amalan2 yaumiah lain terlalaikan hingga ruhiyah jadi kering kerontang. Belum lagi amanah dakwah tak lagi jadi prioritas. Kesibukan mengejar dunia membuat kita tak punya waktu untuk mengisi halaqah atau menghadiri syuro, lebih buruk lagi, bahkan terhalang untuk datang halaqah. Hei! Wake up! Apa yang kita kejar sih? Apakah ada keridhoan Allah dalam aktivitas yang melalaikan kita dari mengingatNYA? dari menunaikan dakwah di jalanNYA? Lupakah apa tujuan penciptaan kita di dunia ini? Hanya untuk beribadah kepada Allah!! Lupakah kemana raga ini akan berakhir? Ke tanah dan habis membusuk tak bersisa!! Lupakah akan hari pertanggungjawaban saat semua amal dihisab??

Sebuah pelajaran berharga, sungguh setiap aktivitas, setiap kesibukan akan terasa keberkahannya HANYA BILA melibatkan ALLAH dari awal hingga akhir, semua diniatkan untuk ibadah dan dengan tidak mengorbankan amalan yaumiah dan amanah dakwah kita. Bersibuk-sibuklah dalam kebaikan, sibuklah dalam aktivitas yang bisa menyelamatkan kita dari panasnya api neraka.. Kitalah yang mengatur waktu, kitalah yang memilih kesibukan kita, kita pulalah yang akan mempertanggungjawabkannya kelak..


Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,  فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا 5
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.  إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا 6
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,  فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَب7
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.  وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ 8

 


Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

Tak ada waktu untuk berhenti bergerak....


-flo-
20 mei 2010

Rabu, 14 April 2010

Menjadi Orang Asing di Dunia

Rating:★★★
Category:Other
Penulis: Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh
Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arba’in No. 40. Oleh: Abu Fatah Amrulloh
Murojaah: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar

Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

Penjelasan
Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi nasihat nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada beliau. Hadits ini dapat menghidupkan hati karena di dalamnya terdapat peringatan untuk menjauhkan diri dari tipuan dunia, masa muda, masa sehat, umur dan sebagainya.

Ibnu Umar berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku”, hal ini menunjukkan perhatian yang besar pada beliau, dan saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata: “beliau pernah memegang kedua pundakku”. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang jalan”. Jika manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat penting yang sesuai dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam –pent) memulai kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing. Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga. Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang penuh cobaan di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana yang disabdakan oleh Al Musthofa shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Betapa indah perkataan Ibnu Qoyyim rohimahulloh ketika menyebutkan bahwa kerinduan, kecintaan dan harapan seorang muslim kepada surga adalah karena surga merupakan tempat tinggalnya semula. Seorang muslim sekarang adalah tawanan musuh-musuhnya dan diusir dari negeri asalnya karena iblis telah menawan bapak kita, Adam ‘alaihissalam dan dia melihat, apakah dia akan dikembalikan ke tempat asalnya atau tidak. Oleh karena itu, alangkah bagusnya perkataan seorang penyair:

Palingkan hatimu pada apa saja yang kau cintai
Tidaklah kecintaan itu kecuali pada cinta pertamamu
Yaitu Alloh jalla wa ‘ala

Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang
Dan selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula
Yaitu surga

Demikianlah, hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada Alloh jalla wa ‘ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada Alloh, baik dalam kecintaan, harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka pun selalu terkait dengan negeri yang penuh dengan kemuliaan yaitu surga. Mereka mengetahui surga tersebut seakan-akan berada di depan mata mereka. Mereka berada di dunia seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada pada kondisi seakan-akan mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan merasa senang dengan kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan merasa senang kecuali setelah berada di tengah-tengah keluarganya. Sedangkan musafir akan senantiasa mempercepat perjalanan agar urusannya segera selesai.

Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun,

“Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS Al Ankabut: 14)

Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu. Kemudian ada lagi sebuah kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu. Kemudian setelah mereka, ada lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 40 tahun 50 tahun dan seterusnya.

Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau musafir. Mereka datang ke dunia kemudian mereka pergi meninggalkannya. Kematian akan menimpa setiap orang. Oleh karena itu setiap orang wajib untuk memberikan perhatian pada dirinya. Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah kelalaian tentang hakikat ini, kelalaian tentang hakikat dunia yang sebenarnya. Jika Alloh memberi nikmat padamu sehingga engkau bisa memahami hakikat dunia ini, bahwa dunia adalah negeri yang asing, negeri yang penuh ujian, negeri tempat berusaha, negeri yang sementara dan tidak kekal, niscaya hatimu akan menjadi sehat. Adapun jika engkau lalai tentang hakikat ini maka kematian dapat menimpa hatimu. Semoga Alloh menyadarkan kita semua dari segala bentuk kelalaian.

Kemudian Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma melanjutkan dengan berwasiat,

“Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada pagi hari jangan menunggu datangnya sore.”

Yaitu hendaklah Anda senantiasa waspada dengan kematian yang datang secara tiba-tiba. Hendaklah Anda senantiasa siap dengan datangnya kematian. Disebutkan dari para ulama salaf dan ulama hadits bahwa jika seseorang diberi tahu bahwa kematian akan datang kepadanya malam ini, maka belum tentu dia dapat menambah amal kebaikannya.

Jika seseorang diberi tahu bahwa kematian akan datang kepadanya malam ini, maka belum tentu dia dapat menambah amal kebaikannya. Hal ini dapat terjadi dengan senantiasa mengingat hak Alloh. Jika dia beribadah, maka dia telah menunaikan hak Alloh dan ikhlas dalam beribadah hanya untuk Robbnya. Jika dia memberi nafkah pada keluarganya, maka dia melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan syariat. Jika dia berjual beli, maka dia akan melakukan dengan ikhlas dan senantiasa berharap untuk mendapatkan rezeki yang halal. Demikianlah, setiap kegiatan yang dia lakukan, senantiasa dilandasi oleh ilmu. Ini adalah keutamaan orang yang memiliki ilmu, jika mereka bertindak dan berbuat sesuatu maka dia akan senantiasa melandasinya dengan hukum syariat. Jika mereka berbuat dosa dan kesalahan, maka dengan segera mereka akan memohon ampunan. Maka dia akan seperti orang yang tidak berdosa setelah beristigfar. Ini adalah kedudukan mereka. Oleh karena itu Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma mengatakan:

“Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

Sumber: http://muslim.or.id/?p=440


Senin, 05 April 2010

choise.mp4




it's about our choice of the end of our life.... check it out!!!

Seburuk-buruk penyesalan adalah penyesalan di akhirat

Teman-teman,

Hidup di dunia ini hanya sekali dan sangat singkat, hanya sekejap mata…

Kar’na itu jangan disia-siakan, jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari

Mari kita manfaatkan tiap detik yang berharga ini…

Kar’na kita tidak akan pernah tau sampai kapan kita diberi kesempatan, mungkin saja besok kita dipanggil Yang Kuasa atau mungkin beberapa menit lagi…

 

Sahabat,

Mengejar kebahagiaan di dunia itu perlu, tapi jangan lupa akhirat.

Buat apa berbahagia di dunia kalau tersiksa di akhirat, padahal waktu kita di akhirat sangatlah panjang…

Dunia ini fana tapi akhirat kekal abadi….

 

Saudaraku,

Seburuk-buruk penyesalan adalah penyesalan di akhirat, sesalan yang berkepanjangan yang tak berakhir selama-lamanya…

 

Saudaraku…

Sudah siapkah kita meninggalkan dunia fana ini?

Sudah siapkah kita menghadap Sang Pencipta?

Sudah siapkah kita pertanggungjawabkan semua kelakuan kita di dunia ini?

 

As Sajadah: 11-12

Katakanlah, kamu akan diwafatkan oleh malaikat maut yang ditugaskan untuk itu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Tuhanmu.

Alangkah hebatnya sekiranya engkau melihat ketika orang-orang yang durhaka itu menundukkan kepala mereka di hadapan Tuhan mereka sambil mengeluh: Ya Tuhan kami, kami sudah melihat dan mendengar maka kembalikanlah kami ke dunia, niscaya kami akan mengerjakan kebaikan, sesungguhnya kami sekarang sudah yakin.

 

Az Zumar: 58-59

Jangan sampai ada yang mengeluh ketika melihat siksa dengan dengan berkata: Alangkah baiknya sekiranya aku kembali hidup di dunia, maka aku pasti akan berbuat baik saja.

Tidak mungkin engkau akan kembali hidup di dunia, sebab selama engkau di dunia sudah sampai keapadamu ayat-ayatKu, lalu engkau dustakan, engkau menyombongkan diri, dan engkau tetap menolaknya.

 

Az Zumar: 54-55

Dan kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserahdirilah kepadaNya sebelum datang kepadamu azab itu, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi.

Turutlah sebaik-baik (agama) yang diturunkan kepadamu dari Tuhan kamu, sebelum datang kepadamu azab dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak sadar (dalam keadaan lengah, tiba-tiba mati).

 

-flo-

 

Rabu, 17 Februari 2010

OMG.., mereka pasangan?!?

Degh.., langkahnya terhenti, terpaku kehilangan kendali sesaat lalu lari meninggalkan kamar yang seharusnya ditempatinya.., itulah reaksi saat pertama kali adikku menapaki kamar asrama-nya...

Yah, adikku adalah mahasiswa tingkat 1 di IPB, alias anak TPB (atau SMA kelas 4? :p), dimana stiap mahasiswa wajib mendekam dalam asrama slama 1 tahun... Dia bukan anak PMDK yang sudah masuk sejak bulan juni utk matrikulasi, tapi dia baru masuk kampus di bulan agustus, sehingga dia mendapati sisa-sisa kamar di asrama yang sudah dihuni oleh anak PMDK. Fyi, satu kamar itu dihuni 4 mahasiswa, di kamarnya itu ternyata sudah diisi 2 mahasiswa PMDK.

Kembali ke pengalaman pertamanya melihat kamarnya, pemandangan pertama yang mengejutkan itu membuat dia merencanakan untuk membuat surat permohonan pindah kamar... Jelas, kami sekeluarga juga mendukung keputusannya, ibuku (yg jg dosen di situ) pun bersedia membantu proses pemindahan kamar tersebut, hanya saja sulit untuk menjelaskan alasannya, fyuuhh... Ketika surat permohonan ditulispun kita semua stuck pada alasan, bingung juga, masa ditulis: karena alasan yang tidak dapat kami sebutkan, hehe..

Malam pertama, adikku ga mau nginep di asrama, dia memilih pulang meski barang2nya sebagian sudah disimpan di kamar asramanya.

Hari kedua, setelah kuliah pagi, dia istirahat di asrama, investigasi dimulai, ternyata eh ternyata teman sekamarnya bukan 2 orang yang ditemuinya di awal itu, thanks God.. Aman dah.. Ga jadi pindah kamar, qeqeqe..,

Ternyata, pas pertama kali dia lihat kamarnya tuh dia mendapati sepasang kekasih yang sedang memadu kasih, hueks.. Trus diperkuat sama kesaksian temen2 lorongnya (tetangga2 asrama yg satu lorong) yang bilang kalo dua mahasiswa pria itu emang pasangan gay.. Kebayang aja kalo mreka satu kamar dengan adikku, hiii.. Tapi rupanya mereka saat itu lagi minjem kamar adikku aja buat pacaran.. Duh, kacau kacau, mahasiswa tingkat 1 udah ada kasus kayak gini..

Sampai saat ini aku ga pernah update lagi kisah pasangan itu, entahlah masih eksis atau sudah "diluruskan lagi", adikku juga ga mau ngebahas lagi sih. Tapi pada akhirnya toh tu kamar emang dipake adikku buat tidur siang doang, hampir tiap hari dia pulang ke rumah.. Wong dari rumah ke kampus cuman 10menitan apalagi dia pake motor..

Seandainya dia mau bertahan di asrama, mungkin dia bakal menemui banyak kejadian aneh lagi yah, hehe.. Tampaknya kehidupan sosial di abad ini makin edan,,

Astaghfirullah, jadi inget kaum Nabi Luth yang Allah laknat dan binasakan dg azab yg pedih, akankah masa itu kembali lagi? PR besar untuk kita semua, ternyata telah begitu banyak penyimpangan yang terjadi di depan mata, amat dekat dengan kehidupan kita... Akankah kita tetap diam wahai saudaraku?? Kerusakan moral dan kehancuran iman melanda generasi muda negeri ini!! Buka mata buka hati, ayo bergerak! Ayo berbuat!

Minggu, 13 Desember 2009

I LOVE the Way YOU admonished me

Saatku bersedih, Kau hadirkan orang-orang terbaik tuk menghiburku...., Kau hadirkan manusia-manusia sholih yang senantiasa mengajarkanku tuk mencintaiMU
dan ku tahu Kau selalu ada di sampingku, tersenyum padaku....

Saatku mulai lelah dengan perjalanan panjang tak berujung, lelah mengejar cita yang tak kunjung dapat ku gapai, Kau beri aku bingkisan indah, sebuah jalan terbaik yang tak pernah terpikir olehku....

Saatku mulai bimbang dengan pilihanku, Kau bimbing aku menuju cahaya-Mu....

Saat ku mulai malas berinteraksi  dengan surat cinta-MU, saat novel terlihat lebih menggiurkan tuk dilahap, saat otak begitu menuntutku tuk diisi dengan asupan jurnal, saat itulah Kau tegur aku... Saat itulah hati mulai terasa hampa....Tak Kau biarkan aku terbuai dengan pesona dunia, karna karya TERBESAR sepanjang masa ada dalam surat cinta NYA.... Kusadari kekuatanku ada saat ku dekat dengan surat cintaMU, ketenangan hadir saat lantunan ayat-ayatMU kubaca, ilmu tak bernilai kudapati dengan mengkaji setiap kandungan ayatMU, ayat Qauliyah maupun Kauniyah... Kusadari, kebersihan hati ku hanya kudapati saat jiwa ini tak lepas dari Al-Quran...

Saat diri ini mulai malas menunaikan amanah-amanah dakwah, saat tubuh ini begitu ingin diistirahatkan, saat jiwa petualang ini begitu menuntutku tuk lari bersama angin meninggalkan semuanya... kembali Kau ingatkan aku bahwa kewajiban yang ada memang lebih banyak dari waktu yang tersedia... Kesenangan yang ku damba di dunia tak kan seberapa akan nikmat yang telah disediakan-NYA atas setiap pengorbanan. Kau ingatkan akan azab melalaikan amanah... Kesenanganku menikmati liburan sirna seketika, hanya hati yang terus merasa bersalah yang setia menghantui...

Saat udara dingin mengurungkan niatku menemuiMU di 2/3 malam, saat mataku terpejam terlalu dalam, saat tubuhku terlalu malas tuk bangkit.... Saat itulah teguran itu mulai kurasakan... Pagi yang cerah seolah kehilangan keceriaannya, setiap kata yang terucap seolah jadi tak bermakna, begitu hambar... Jangankan bisa menyentuh hati lawan bicara, hatiku pun seolah kehilangan ruhnya...

Saat pikiranku mulai melayang dengan angan-angan tak terarah, saat ingatanku tak lagi sempurna mengingatMU, saat kepalaku mulai dipenuhi hal-hal remeh temeh, saat itulah Kau tegur lalaiku ini... Kau buat aku menyadari betapa kecilnya anganku itu, tak berarti... batapa besarnya cita-cita yang layak tuk ku gapai, betapa banyaknya tugas-tugas yang seharusnya menyita waktu dan pikiranku agar cita itu dapat digapai.... Bukankah kita semua sadari akan mimpi besar kita?? Tak ada waktu tuk berlalai-lalai, tak ada waktu tuk berleha-leha, tak ada waktu tuk memikirkan hal-hal yg tak berkaitan dengan mimpi besar itu,, saudaraku!!

Saat waktuku terlalu sibuk memikirkan dunia, terlalu sibuk tuk mengejar kesenangan dunia, terlalu sibuk tuk mengejar "nama baik" di dunia, terlalu sibuk mencari simpati manusia, terlalu sibuk mencari cinta manusia, Kau ingatkan aku betapa rendahnya  kecintaanku akan dunia, betapa ruginya menukar cintaMU yang Maha Penyayang dengan dunia... Padahal cintaMU pasti menundukkan kecintaan seisi langit dan bumi....

CaraMU menegurku begitu indah, begitu manis, dan penuh cinta... Terkadang aku harus sakit, ku harus jatuh, ku harus berdarah-darah, ku harus meringis... Namun dalam hatiku yang penuh noda ini tetap Kau sisipkan sebuah celah tuk memasukkan cahaya hidayahMU... Agar aku pahami kasih sayangMu... Cahaya itu yang menyadarkanku akan teguranMU... Mengembalikan jiwaku yang lalai agar kembali mengingatMU... Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa, hanya orang-orang berimanlah yang mampu memetik hikmah itu....

Hanya orang tak berakal yang rela menenggelamkan diri kembali setelah diselamatkan... Hanya orang tak berhati yang tak bisa memahami setiap teguran atas setiap kelalaian....

Hanya hati yang bersih yang mampu menerima cahaya hidayahNYA
Hanya hati yang terbuka yang mampu membaca cintaNYA
Hanya orang-orang ber-akal-lah yang mampu belajar dan memahami teguranNYA dan berubah menjadi lebih baik.....

i love the way YOU love me.....
i love the way YOU admonished me....
i love YOU



Rabu, 02 Desember 2009

inspiring.flv




Pembelajaran hidup yang luar biasa....
Mari memaknai hidup dengan lebih baik dan lebih optimis....

Selasa, 01 Desember 2009

Subhanallah......., it's amazing....




“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari tanah, kemudian kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh dan terpelihara (rahim) kemudian kami menjadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging kami jadikan tulang-tulang, maka kami liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian kami menjadikannya satu bentuk yang lain. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta”[QS. Al Mu'minun: 12-15].

“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur”[QS. Addahr: 2].

Proses kejadian manusia berawal dari dalam kandungan selama lebih kurang sembilan bulan. Selama di dalam kandungan kejadian manusia mengalami beberapa proses: Dari setetes air mani. Setelah beberapa lama, menjadi segumpal darah. Allah berfirman di dalam surat Al-Alaq: "Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah"[QS 96. Al-'Alaq: 2]. Kemudian setelah beberapa lama menjadi segumpal daging. Kemudian dari segumpal daging tadi dijadikan tulang-tulang yang dibungkus oleh daging-daging tersebut. Kemudian dijadikanlah bentuk rupa yang sempurna.

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)

” Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya ” (QS.Al Bayyinah:4-6).
” Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi manusia kebanyakan tidak bersyukur ” (QS.Al Baqarah:243), (Al Mu’min:61), (Yunus:60).
” Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendakinya diantara hamba-hamba Nya ” (QS.Al Baqarah:90).

“ Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?(QS Al-Mukminun ayat 115) dalam surat lain, Allah Swt berfirman:. “…………..Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS Al-Imran ayat 191), juga dalam ayatNya : “ Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main”. (QS Anbiya’ ayat 16)