Translate

Tampilkan postingan dengan label rindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rindu. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Juli 2010

Menyemai Cinta dalam Manisnya Ukhuwah

Dear my dearest sista..,,

ukhti fillah, saatku goreskan tinta ini ada jutaan kata yang ingin kusampaikan namun tak mampu ku rangkum dalam barisan kata dan kalimat. Ketahuilah, apa yang mampu ku tulis hanya bagian terkecil dari ungkapan syukurku atas hadirnya dirimu dalam lembaran hidupku.., arti hadirmu tak mampu digambarkan dalam kata-kata, terlalu indah, terlalu manis, terlalu berharga...

ukhti fillah, saat sendiri kurasakan diri ini bagai sepotong puzzle, bersamamu bagai menemukan potongan puzzle lainnya dalam bentuk yang berbeda namun dapat saling melengkapi dan mengisi. Ya, akulah sepotong puzzle itu, tak sempurna saat sendiri, namun hadirmu sempurnakan hidupku.

ukhti fillah, ribuan langkah telah kita arungi bersama, dalam hitungan tahun kita dipersatukan dalam sebuah lingkaran terkecil dari sebuah lingkaran ukhuwah yang telah melewati sekat-sekat ruang dan waktu. Segala perbedaan sirna melebur dalam persaudaraan, dalam cinta, dalam ikatan hati yang kian kuat teriring doa rabithoh yang selalu kita lantunkan. Hanya syukur tiada bertepi pada Ilahi Robbi atas karunia persaudaraan ini. Keabadian cinta hanya ada saat cinta itu bersumber dari kecintaan kepada yang Maha Mencintai. Cinta ini lahir dan tumbuh dalam naungan cinta-Nya, dalam rangkulan kasih sayang-Nya, dalam rangka menyeru kepada-Nya, dalam jalan yang diridhoi-Nya...

Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu,
telah berjumpa dalam taat padaMu,
telah bersatu dalam dakwah padaMu,
telah berpadu dalam membela syari’atMu.
Kukuhkanlah, ya Allah, ikatannya.
Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahayaMu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepadaMu dan
keindahan bertawakkal kepadaMu.
Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat padaMu.
Matikanlah kami dalam syahid di jalanMu.
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah. Amin. Sampaikanlah kesejahteraan, ya Allah, pada junjungan kami, Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.

“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelajakan semua (kekayaan) yang berada dibumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana”. (QS. 8:63)

Kini, meski kita tak lagi duduk bersama dalam lingkaran kecil itu, tapi kecintaanku padamu, pada saudara-saudara seperjuangan, pada umat muslim telah melampaui lingkaran itu, kini ia telah terangkum dalam ukhuwah islamiyah yang tak dibatasi sekat-sekat wilayah, suku, dan bangsa.

Perjalanan yang kita lalui bersama begitu panjang, pahit manis, susah senang, berat ringan, tawa air mata tak ternilai sudah. Perjalanan yang telah mendewasakan kita. Perjalanan yang telah merubah hidup kita. Perjalanan yang telah mempersatukan hati-hati kita. Perjalanan yang telah dan akan terus kita tempuh hingga nafas terhenti.

Siapapun takkan pernah bisa bertahan / Melalui jalan dakwah ini
Mengarungi jalan perjuangan / Kecuali dengan kesabaran
Wahai ummat Islam bersatulah / Rapatkan barisan jalin ukhuwah
Luruskan niat satukan tekad / Kita sambut kemenangan

Dengan bekal iman maju kehadapan / Al Qur'an dan Sunnah jadi panduan
Sucikan diri ikhlaskan hati / Menggapai ridho Ilahi
Dengan persatuan galang kekuatan / Panji Islam kan menjulang
Tegak kebenaran hancur kebathilan / Gemakan takbir ALLAHU AKBAR!
(Notes: Dikutip dari lirik nasyid Senandung Persatuan-Izzatul Islam)

Ingatkah saat dulu kita begitu jahiliyah, hidup seolah di dunia saja, lalu hidayah itu menghampiri kita, menawarkan sebuah jual beli yang pasti menguntungkan,

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan balasan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar." (Q.S.At-Taubah:11)

Ingatkah akan perjanjian itu? tetapkan langkah kaki kami tetap di jalan-Mu ya Rabb, tetap menyeru agamamu ya Rabb,, buang segala ambisi pribadi  dan egosime, biarkan ia melebur untuk mencapai tujuan Islam yang tinggi dan mulia. Apabila kami mempunyai ambisi, maka ambisi kami adalah ingin melihat bendera Islam tegak dan berkibar.

Jalan ini tak mudah, tak pernah mudah, tak ditaburi bunga yang mewangi namun ditaburi duri-duri tajam yang siap melukai siapapun yang melewatinya,, tetap tegarlah di jalan ini, dalam suka, dalam duka, dalam susah, dalam senang, dalam sehat, dalam sakit, dalam kaya, dalam miskin, saat bersama maupun saat sendiri...

Jika kita tahu ini jalan perjuangan, maka perjuangan memiliki makna kesungguhan, keseriusan, pengorbanan. Tidak ada harapan yang bernuansa menerima di sini, kecuali berharap menerima balasan dari-Nya semata. Jalan ini, memang bukan jalan biasa, hanya ada MEMBERI dan MEMBERI!!! Memberi apa yang kita bisa beri, mengorbankan apa yang kita bisa korbankan. Bersyukurlah bila masih ada orang yang mau diberi oleh kita. Bersyukurlah bila kita masih diminta untuk memberi. Bersyukurlah bila kita diberi ruang untuk bisa berkorban lebih banyak, di jalan ini, jalan Allah swt...-Muh.Lili Nur Aulia-

"Taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian saling berbantah-bantahan sehingga kalian kalah dan kehilangan semangat..." (Q.S. Al-Anfaal: 46) "Berjamaahlah kalian, karena sesungguhnya setan akan menyertai orang yang sendiri, dan ia akan menjauhi orang yang berdua. Barangsiapa yang ingin masuk ke dalam taman surga hendaklah ia komitmen dengan jamaahnya." (H.R. Turmudzi).... "Berjamaah itu menimbulkan rahmah (kasih sayang), sedangkan berpecah-belah akan menyebabkan turunnya azab." (H.R. Ahmad) Ali r.a. berkata, "Noda yang ada pada jamaah lebih baik daripada kesucian yang ada pada satu orang."

terakhir,, sebuah kalimat yang merangkum segala rasa, uhibbukum fillah, mencintaimu karena Allah dan dengan penuh harap kelak kita akan dipertemukan dalam reuni akbar di jannah-Nya. aamiin...

Depok, 22 Juli 2010

--catatan flo--

Senin, 21 Desember 2009

Kangen gak?

Kamu kangen ga berkumpul sama saudara/i ikhwahmu?
Kamu kangen ga sama agenda ngaji pekanan?
Kamu kangen ga adu argumen ma saudara/i mu dlm forum pekanan qt?
Kamu kangen ga ma qodoyya-qodoyya qt yg kadang bertabur senyum2 nakal atau bahkan berakhir dgn lautan air mata (lebay ini mah)?
Kamu kangen ga sama paksaan2 sang guru tuk menerima amanah baru?
Kamu kangen ga sama perdebatan2 seru qt tiap turun ta'limat?Bukannya sami'na wa a'tho'na tp malah sami'na wa ashoina.,emang bandel ya kita.. Tapi itulah proses tarbiyah,diawali bnyk pertanyaan,mencari kebenaran dan pemahaman yg mendalam,bukan sekedar taklid buta,bukan??
Kamu kangen ga saat kita sibuk mensurvei tempat untuk acara An-Nabaa,IT,training mentor,outbond,sanlat pelajar,team building forkom,team building dkm,rihlah,daurah,dsb dsb...(duh,dasar tukang survei,hehe)?
Kamu kangen ga saat waktu kita begitu habis tersita untuk agenda-agenda dakwah yg bejibun,hingga tak ada wkt tuk sekedar meluruskan punggung (lebay lagi ya?hehe)?
Kamu kangen ga menghadiri tatsqif dan bertanya mendalam kpd sang ustadz?
Kamu kangen ga duduk-duduk bareng tuk menguatkan ruhiyah dalam majelis jalasah ruhiyah?
Kamu kangen ga berbondon2 ke monas tuk melancarkan AKSI mendukung PALESTINA tercinta?Meski lelah,meski peluh,meski panas,tp tetep dalam semangat ukhuwah...
Kamu kangen gak saat qt mabit bareng?
Kamu kangen gak saat aa/teteh kita mulai memaksa kita buat membina dan kita slalu berusaha mengelak?Alesannya?Ga PD ah teh/a,ilmu saya ga cukup,duh masa saya jd mentor/mr,saya kan begajulan,apa kbr muttarobbi saya?kasian mreka,xixixi...,dan segudang alasan lainnya...Akhirnya?Kita sama2 ga berdaya ngelawan rayuan maut aa/teteh kita...Dimulai dari,isi mentoring smp ini yah,
oia,sma itu jg butuh mentor,bantu ngisi yah...Sore2 jg ada ta'lim di mesjid itu,gantiin teteh ngisi yah...Beuh...
Trus,mulailah kita ikut daurah murobbi,gak lama kelompok binaan pun diserahkan,hiks hiks...,amanah terberat :(
Trus,kita mulai berdalih,kita liqo seminggu cuman sekali,tp disuruh megang bbrp kelompok,ga adil ah,kalo ngisi seminggu 2x qt jg diisi seminggu 2x dung,biar ga tekor.Hahaha.,,dulu kita manja bgt yah..,ngandelin orang lain utk maju...Makanya kuatin dung tarbiyah dzatiyahnya!Buku segitu bnyknya dibaca dung!Ga usah manja,hehehe...
Kamu kangen ga dateng k skolah tercinta kita?Ketemu adik2 kita yang lucu2,memantau perkembangan mereka,mendampingi mereka tumbuh jadi pendobrak peradaban...Remember!Kita sedang membangun peradaban...,membina generasi jihadiy,ingatkah??
Kamu kangen ga dengan diskusi hangat kita tentang rencana2 gila dan mimpi2 besar kita?
Kamu kangen ga sih menghabiskan waktu di al ghifari,dr syuro ke syuro (at least,i hate syuro,so boring,hehe..,but i still do it)...
Kamu kangen ga dengan agenda pekanan kita yg suka berubah2 jdwlnya,jarkom yg putus,tapi tak menghambat langkah kita tuk tetap hadir?
Kamu kangen ga?
Kamu kangen ga?
Kamu kangen ga?
Kamu kangen ga sih dengan kehidupan tarbiyah yg pernah kita jalani bersama?
Dulu kan kamu yang ngajak aku,
dulu kan kamu yg slalu menyemangatiku,
dulu kan kamu yg slalu nasehatin aku walau dgn cara becanda2,
dulu kan kamu, sang assabiqunal awwalun,
kamu yg dengan kesholihan pribadi,membawa kesholihan kelompok,di saat aku msh hidup dalam kejahiliyahan...
Sekarang kamu kemana saudara/i ku??
Kangenkah kamu??
Kapan kamu akan kembali??
Jika 'cinta' tlah melemahkan langkahmu,ketahuilah kecintaan Allah jauh lebih berharga tuk diperjuangkan..
Jika ketidaksesuaian idealisme tlah menjauhkanmu,tp jangan pernah menjauhkan dirimu dari Allah..
Jika keminiman perhatian para ikhwah tlah membuatmu mencari kelompok lain yg lbh perhatian,sungguh kasih sayang dan perhatian Allah tiada tergantikan...
Dan.,ku yakin,pengorbananmu selama ini adalah pengorbanan yang tulus, bukankah hanya ridho Allah lah yg kita tuju? Lalu mengapa kamu pergi??Mengapa tingkah polah manusia dan pikiran2 miring manusia lain melemahkan perjuanganmu?
Dan bekerjalah,maka Allah, RasulNYA,beserta orang2 beriman yang akan melihat pekerjaanmu itu (at taubah:105).
Pahlawan sejati bukanlah kolektor atribut duniawi,hanya keridhoan Allah lah yang dicari.
Jika kamu kangen,ketahuilah kami lebih rindu...Hadirmu slalu kami nantikan ;)
teruslah beramal dalam keadaan lapang maupun sempit...
22 desember 2009,ditemani hujan di sta.Pocin...I like rain :-)
-flo-

Minggu, 18 Oktober 2009

JALAN CINTA PARA PEJUANG

Rating:
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Salim A. Fillah
Kutipan salah satu bab dari buku ini....

Mencintai Sejantan Ali


kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
selamanya memberi yang bisa kita berikan,
selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.

-M. Anis Matta-

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada
siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi
yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya,
ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu
hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang
dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh
cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah
ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis.
Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian
oleh kaumnya!

Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di
sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan
tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik
mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu
kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang
tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah
dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya
dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa
sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan;
Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena
merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr
lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti
’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak
tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi
dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti
maut di ranjangnya..

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak
tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan
Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn
Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak
kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim
yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab,
keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang
dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar,
insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin
dari keluarga miskin.


”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu
Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau
mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap
di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus
menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur,
datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan
perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum
muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat
syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn
Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu
juga datang melamar Fathimah.

’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan
Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang
menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang
menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang
mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali
mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama
Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk
bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi
Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar
melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam
kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu
’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.
Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit
pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia
thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin
isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa
henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”


’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari
semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap
menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh
lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan
untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta
untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau
mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga
ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti
’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti
Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy
itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu
sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya
’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi
ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan
dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan
elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh
semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman
Ansharnya itu membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat,
engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”


’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri,
disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia
tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada
satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk
makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia
siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.

Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap
memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah
Maha Kaya.


Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang
bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan
selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat
penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk
menjawab. Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak. Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang
tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera
tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu
saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya.
Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya
berarti ya!”


Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi
berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar,
dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan
janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki
yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan
semua perasaan dengan tanggungjawab.

Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia
mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah
pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya.

Cinta emosional kawan,
membuat kita nyaman berada dalam lingkaran syaithan
mencecap banyak haq tanpa berani mengambil kewajiban yang (harusnya)
menjadi bayaran atasnya
maka ia hanya kan jadi bayang-bayang tanpa iman,
yang menunggu datangnya kekecewaan

Namun cinta rasional,
Ia peka. Ia gelisah. Ia tak nyaman dengan segala ketergantungan.
Ia takut pada Rabbnya.
Maka ia bergerak, berderap, melaju
melesat melebihi tenaga yang ia miliki
karna yang ia tahu hanya satu,

Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggungjawab atas
setiap perasaan kita.

Jumat, 04 April 2008

aku (baca:kami) masih menunggu

Kemanakah dirimu mengembara?
begitu indah kah dunia hingga kami tak lagi menarik?
ataukah
di sana dirimu menderita dan terpenjara hingga tak bisa menemui kami lagi?

Kami di sini mengkhawatirkan mu
kami di sini selalu menunggu hadirmu
kami di sini selalu menanti kabar darimu
kami di sini tak kan pernah melupakanmu

kamu tetaplah bagian dari kami
tak kan ada yang berubah
karena kami masih menunggu....
selalu....

kami menunggumu
kami menantikanmu
kami merindukanmu

Kapanpun kamu ingin kembali
kami akan menerimamu dengan penuh kebahagiaan
tak akan ada yang berubah
kamu tetap jadi bagian dari kami

Dulu dirimu pernah berjanji menceritakan segalanya
semua beban yang menumpuk
semua masalah yang melanda
semuanya....

Tapi, kelak bila kau kembali ke sisi kami
aku takkan memaksamu bercerita semuanya
aku hanya akan mendekapmu bahagia....
aku hanya akan menunggumu hingga mau menceritakannya
tanpa paksaan
bahkan jika kamu tak mau menceritakannya, aku tak kan memaksa
aku hanya ingin kau kembali di sisi kami

kami menunggumu kembali di sini.....selalu....selalu.....
kamu tetap bagian dari kami
takkan ada yang berubah
percayalah.....
kami semua merindukanmu....

tidakkah kamu merindukan perjuangan yang indah ini???
aku yakin kamu pun merindukannya, iya kan???



Minggu, 30 Maret 2008

aku kangeeeeeeeen.....

mungkin dia tak pernah tahu
mungkin dia tak akan tahu
walau pernah ku ungkapkan
betapa ku merindukannya

rasa kangen yang amat sangat
menumpuk
hingga nyaris hampir meledak....huh....

aku kangen....
saat-saat kita bersama, berbagi, bercerita..., semua begitu lepas...,

aku kehilangan dia..., padahal dia begitu dekat
aku merindukannya..., padahal dia begitu dekat
aku ingin menjumpainya, tapi mengapa begitu sulit???

padahal dia begitu dekat, tapi kenapa sangat sulit untuk bertemu?

aku kangeeeennnn

kabar darinya slalu ku nanti...,
andai dia tau betapa bahagianya aku saat mendapat sms darinya...,
huh, aku benar-benar ingin menjumpainya....,
seandainya hari ini jadi...., aku tak perlu menunggu....

semoga di pekan ini kita bisa bersua....
setelah sekian lama....
aku ingin mendengar semuanya, semuanya....
cerita-cerita tentang hidupnya.....
yang dulu selalu dibagi dengan ku....aku ingin mendapat kepingan hidupnya lagi....
aku kangen dia....