Translate

Kamis, 09 September 2010

WANITA-WANITA PENGUKIR SEJARAH (5)

Rating:★★★★★
Category:Other
Pada artikel sebelumnya telah dibahas profil beberapa wanita pengukir sejarah dari kalangan ummahat al-mukminin dan anak-anak Rasulullah SAW. Pada bagian ini akan dibahas dari kalangan para shahabiyah. Pembaca yang budiman, kami ucapkan selamat menyimak!

C. Para Sahabat dari Kalangan Wanita

1. ASMA' BINTI ABU BAKAR

Nama lengkapnya adalah Asma’ binti Abdullah bin Utsman Abi Bakar As-Sidik. Lahir pada tahun 27 sebelum Hijriyah, dan termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam (Assabiqun Awwalum). Menikah dengan Zubair bin Awwab yang dikenal sebagai salah satu dari orang-orang yang telah dijanjikan masuk surga. Bahkan ia merupakan ibu dari Abdullah bin Zubair yang dikenal sebagai salah satu dari ke empat orang-orang terkemuka dalam bidang Hadits (al Ibadalah al Arbaah). Maka tidaklah mengherankan sekali, jika kelahirannya pula merupakan kelahiran pertama yang dirayakan di Madinah. Dan tak hanya itu saja, ayah, ibu, suami, anak, dan saudara perempuan Asma’ bin abu Bakar, merupakan sahabat-sahabat Nabi yang setia.

la mempunyai pengalaman yang sangat penting dalam hidupnya. Yaitu di saat ia beranjak meninggalkan rumah Abu Bakar As-Sidik menuju Madinah bersama Rasulullah. Pada saat itu, ia tak menemukan sebuah solusi yang dapat menyelesaikan rasa hausnya di saat melakukan perjalanan jauh bersama para sahabat dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia berkata kepada Abu Bakar bahwa ia tidak menemukan sebuah solusi yang dapat membantu permasalahan itu kecuali hanya sebuah tekad saja. Maka, menjawablah Abu Bakar “selesaikanlah permasalahan itu melalui dua hal. Pertama selesaikan rasa hausmu itu, sedang yang kedua adalah bahwa Hijrah Rasulullah itu harus sampai pada tujuan.” Dua permasalahan itulah, pada akhirnya dijuluki sebagai prasasti dua kemampuan.

Abu Jahal pernah berkata kepadanya tentang keberadaan ayah Asma’ bin Abu Bakar. la mengatakan kepada Abu Jahal Bahwa ia tidak mengetahui keberadaan Ayahnya. Abu Lahab spontan langsung mengusap muka Asma’ dan merampas serta membuang perhiasan yang senantiasa menghiasi hidungnya.

Kakeknya yang bernama abu Khahah juga pernah meminta kepada Asma’ harta peninggalan ayahnya setelah melakukan Hijrah bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. la ingin meminta keseluruhan harta itu. Melihat fenomena itu, Asma’ bergegas menuju sebuah kotak yang penuh dengan batu dan meletakkan tangan kakeknya itu di atas kotak tersebut. Sehingga sang kakek menyangka bahwa ayah Asma’ telah mewariskan harta benda yang sangat banyak kepada Asma’.

la merupakan salah satu Sahabat Nabi yang ikut menyaksikan dan mengalami secara langsung perang Yarmuk. la melakukan perang itu bersama dengan suaminya (Zubair). la meminta kepada anaknya untuk senantiasa menjadi seorang pemberani dan berkemauan keras. Ini terbukti di saat Bani Umayyah hendak membunuh anaknya itu. Pada saat itu sang anak berkata kepada Asma’: bahwa ia takut bernasib sama dengan ahli Syam. Asma’ spontan menjawab perkataan anaknya itu bahwa “apa yang ditakutkan oleh seekor domba di saat telah di sembelih?” Artinya tidak ada yang perlu ditakutkan di saat nasi telah menjadi bubur, yaitu sebuah keharusan untuk melawan Bani Umayyah.

Dan ketika Al Hijaj bin Yusuf Al Thaqfi yang telah membunuh anaknya mengunjunginya seraya berkata kepadanya “bagaimana mungkin engkau menganggapku sebagai musuh Allah? Maka menjawablah Asma’ “di saat engkau telah membunuh anak kandungku itu, maka akhiratmu pasti akan merugi!. Spontan al Hijaj bin Yusuf membela dirinya, dengan berkata “anakmu telah melakukan kekafiran di muka bumi ini.” Namun Asma’ membantah perkataan tersebut. la berkata dengan sangat lantang “engkau benar-benar seorang pendusta!.”

Ia meriwayatkan 56 Hadits Nabi, dan 26 di antaranya terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Asma’ bin Abu Bakar meninggal dunia di Mekah pada usia seratus tahun. Anehnya pada usia yang begitu lanjut itu, tak ada satu pun giginya yang patah, dan otaknya masih sangat sehat dan berjalan sebagaimana mestinya, tidak sebagaimana orang-orang tua lainnya. Ia merupakan orang Muhajirin yang terakhir meninggal dunia.


2. ASMA’ BINTI UMAIS

Nama lengkapnya adalah Asma’ binti Umais bin Maad bin Haris bin Tayim bin Haris al Khats’ami. la juga termasuk salah satu orang-orang yang awal masuk Islam. la ikut serta melakukan Hijrah menuju Habsy. Hijrah itu ia lakukan bersama suaminya yang bernama Ja’far bin abi Thalib, dan kemudian kembali dari hijrah bersamanya pula pada tahun 7 Hijriah.

la pernah bersitegang dengan Umar Ra. Yaitu di saat Umar Ra mendatangi Khafshah anaknya yang pada waktu bersama dengan Asma’. la langsung bertanya “siapakah dia?”. Menjawablah Khafshah, “ia adalah Asma’ binti Umais.” Lalu Umar bertanya lagi “apakah dia seorang yang berkebangsaan Habsy?”. Asma’ langsung menjawab “iya”. Berkatalah Umar untuk kesekian kalinya “Hijrah kita lebih dahulu daripada hijrahnya bangsa kalian, dan kita mempunyai kedekatan dengan Rasulullah daripada kalian.” Mendengar perkataan itu, ia langsung berujar, “demi Allah, perkataanmu itu tidak benar.” Kalian lebih diuntungkan di saat bersama dengan Rasulullah. Rasulullah lah yang telah memberi makanan kepada kalian dan juga telah mengeluarkan kalian dari kebodohan. Ini berbeda sekali dengan kita yang berada di tempat yang sangat jauh, sehingga tak memungkinkan Rasulullah memberi kita makan maupun minum. Kita selalu dihinggapi rasa ketakutan dan kesedihan lantaran keimanan kita kepada Rasulullah. Ini semua murni karena keimanan kita kepadanya. Dan perkataanmu (Umar) tadi akan aku laporkan kepada Rasulullah apa adanya, tanpa mereduksi atau menambahi sedikitpun dari perkataanmu tadi.

Kemudian, di saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang menghampiri mereka, berkatalah Asma’ “ya Rasulullah Umar telah berkata semacam itu.” Berkatalah Rasulullah, “apa yang kamu katakan kepada Umar?”. Menjawablah Asma’ dan mengatakan kepada Rasulullah sebagaimana yang telah ia katakan kepada Umar. Menjawablah Rasulullah “tidak ada orang yang lebih berhak atas diriku dari pada kalian. Umar dan Sahabatnya hanya melakukan Hijrah sekali saja, berbeda dengan kalian yang telah melakukan Hijrah bersamaku sebanyak dua kali.” Mendengar perkataan itu, Asma’ dan orang-orang yang telah melakukan Hijrah ke tanah Habsy merasa bergembira sekali.

Di saat Ja’far bin Mu’nah meninggal dunia, Asma’ kemudian menikah dengan Abu Bakar. Namun di saat abu Bakar meninggal dunia juga, Ali bin Abi Thaliblah yang menjadi suaminya yang terakhir. la merupakan seorang sahabat yang pernah melakukan Hijrah selama dua kali, menjadi istri dua Khalifah Islam yang kedua-duanya mati dalam keadaan syahid, dan juga merupakan salah seorang pengikut rasul yang menjalani shalat menghadap dua Kiblat; yaitu Baitul Maqdis dan Mekah.

Anak-anaknya yang bernama Abdullah bin Ja’far dan Muhammad bin abi Bakar adalah dari suami Abu Bakar As-siddik, sedang Muhammad dan Yahya adalah dari suami Ali bin abi Thalib. Anaknya yang paling sombong adalah Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin abi Ja’far Ini terlihat di saat keduanya saling mengatakan satu sama lain “aku lebih mulia daripada kamu. Ayahku lebih baik daripada ayahmu.” Perkataan itu dilontarkan di hadapan ibu dan All bin abi Thalib. Di saat mendengar ungkapan itu, Ali meminta kepada Asma’ untuk meluruskan kedua anaknya itu. Asma’ langsung berkata “aku tak pernah melihat pemuda Arab yang lebih baik dari Ali, dan juga tak pernah melihat orang tua yang lebih arif daripada Abu Bakar.” Mendengar perkataan itu, Ali langsung mengatakan “kamu tak pernah mewariskan sesuatu kepadaku, apabila kamu mengatakan sesuatu yang tak seperti yang kamu katakan tadi, maka aku pasti akan membencimu.”

Kemuliaan derajat Asma’ terlihat pula dari perkataan Nabi bahwa Maimunah istri Nabi, Ummu Fadil istri Abas, Asma’ binti Umais istri Ja’far dan Istri Hamzah adalah sekelompok wanita yang dijuluki sebagai persaudaraan wanita-wanita beriman.” Maka tidak mengherankan sekali jika Umar bin Khaththab juga pernah meminta kepadanya untuk menafsirkan mimpinya. Asma’ juga merupakan seorang perawi Hadits. la meriwayatkan Hadits Nabi sebanyak 60 Hadits.


3. ASMA’ BINTI YAZID

Nama lengkapnya adalah Asma’ binti Yazid bin Sukun bin Rafi’. la termasuk dari golongan kaum Anshar. la juga dijuluki sebagai juru bicara kaum wanita, sebab tak ada satupun wanita Arab yang mampu menandingi kepiawaiannya dalam berkhutbah. la termasuk wanita yang sangat pemberani dan tangguh. la terjun langsung dalam perang Yarmuk dan berhasil membunuh 9 tentara Romawi yang sedang berada dalam persembunyiannya.

la pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang sedang bersama para Sahabatnya. Asma’ binti Yazid berkata kepada Rasulullah “Engkau bagaikan ibu dan sekaligus ayahku wahai Rasul.” Keberadaanku di sini adalah untuk mewakili para wanita. Bahwasanya Allah telah mengutusmu untuk segenap laki-laki dan perempuan. Kami mengimanimu dan juga Tuhanmu. Aku akan memberitahukan kepadamu, bahwa kita kaum wanita tak mempunyai gerak yang leluasa tak sebagaimana laki-laki. Amal perbuatan kami hanya sebatas amal perbuatan yang bersifat rumah tangga saja, tempat pelampiasan nafsu kalian dan sekaligus untuk mengandung dan melahirkan anak-anak kalian pula. Ini berbeda dengan kalian semua wahai kaum laki-laki! Kalian melebihi kami dalam hal berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantarkan mayat ke kuburan, Haji, dan yang lebih utama lagi adalah kemampuan kalian untuk melakukan Jihad di jalan Allah. Amal perbuatan kami di saat kalian pergi Haji atau melakukan Jihad hanya sebatas menjaga harta, mencuci pakaian, dan mendidik anak-anak kalian pula. Oleh karena itu, kami ingin bertanya kepada kalian, apakah amal perbuatan kami itu pahalanya bisa disetarakan dengan amal perbuatan kalian?

Mendengar perkataan tersebut, Rasulullah sempat tersentak dan seketika itu langsung menoleh kepada para sahabatnya, seraya berkata “apakah kalian pernah mendengar sebuah perkataan yang lebih baik daripada perkataan seorang wanita yang sedang membahas permasalahan-permasalahan agamanya?

Menjawablah para sahabat Rasul: ‘wahai Rasul kami sama sekali tidak menyangka kalau para wanita mempunyai keinginan yang mulia semacam itu.’ Kemudian Rasulullah menoleh kepada Asma’ bin Yazid, seraya berkata: “engkau pahamlah dan sampaikanlah apa yang akan aku katakan nanti kepada wanita-wanita selainmu. Bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan suaminya, mengikuti (patuh terhadap) apa yang ia disetujuinya, itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki”. Mendengar jawaban Nabi itu, Asma’ langsung beranjak pergi meninggalkan tempat itu seraya mengucapkan tahlil dan takbir merasa gembira dengan apa disabdakan Rasuslullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

la juga termasuk periwayat Hadits Nabi. Banyak sekali para perawi Hadits yang meriwayatkan Hadits darinya. la telah meriwayatkan sekitar 80 Hadits Nabi.


4. NASIBAH BINTI KA’AB

Nama lengkapnya adalah Nasibah binti Ka’ab bin Umar bin Auf Al-Khazrajiah. la merupakan wanita pertama kaum Anshar yang bersedia berikrar kepada Nabi.

la pernah mendatangi Nabi dan berkata “aku tidak pernah melihat segala sesuatu kecuali hanya diperuntukkan kepada laki-laki. Keberadaan wanita sama sekali tak pernah dianggap.” Menanggapi perkataan Nasibah itu, turunlah ayat yang mengatakan:” Sesungguhnya laki-laki dan perempuan-perempuan muslim, laki-laki dan perempuan-perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan-perempuan yang taat, laki-laki dan perempuan-perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan-perempuan yang penyabar, laki-laki dan perempuan-perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan-perempuan yang rajin bersedekah, laki-laki dan perempuan-perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan-perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan-perempuan yang senantiasa menyebut (nama) Allah, telah disiapkan oleh Allah sebuah ampunan dan pahala besar” (al Ahzab: 35).

la ikut serta dalam beberapa perang besar bersama Nabi. la berperan melayani dan membantu para mujahidin, memberi dorongan kepada orang-orang yang sedang berperang, menghilangkan keraguan pada diri mereka, dan bahkan di saat waktu memungkinkan ia juga tak ragu lagi untuk menghunus senjata dan berperang sebagaimana layaknya seorang perwira.

Ia bersama dengan suami dan anaknya terjun pula dalam perang Uhud. la sempat terluka parah di saat kemenangan mulai berada di pihak orang-orang kafir. Pakaiannya tercabik-cabik karena sayatan senjata. la berada dalam naungan Rasulullah dalam keadaan tubuh penuh luka, akibat pukulan dan lemparan anak panah. Luka dalam tubuhnya sekitar 12 luka. Pada waktu itu, ibunya senantiasa mendampingi dan berusaha membalut luka-luka Nasibah itu.

Dan di saat Nabi hendak dibunuh oleh Ibnul Qum’ah, Nasibah merupakan orang yang melindungi Nabi. la melawan Ibn Qum’ah yang hendak membunuh Nabi dengan melontarkan beberapa pukulan kepadanya. Ibnul Qum’ah pun membalas pukulan-pukulan itu. la memukul pundak Nasiah hingga mengakibatkan goresan pada punggungnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah membicarakannya: “bahwa derajat Nasibah pada hari ini lebih tinggi daripada derajat siapa pun, aku (Nabi) selalu melihatnya ditempat manapun, aku senantiasa melihat Nasibah sedang berperang di belakangku.” Nabi juga pernah berkata kepada anak Nasibah yang bernama Abdullah: “semoga Allah senantiasa memberkati kalian semua yang tergolong Ahli Bait. Derajat ibu mu lebih tinggi daripada derajat siapa pun. Derajat suami ibumu juga lebih tinggi daripada derajat siapa pun. Dan derajatmu pula lebih tinggi daripada derajatnya siapa pun. Allah benar-benar telah memberkati kalian semua yang termasuk Ahli Bait.” Kemudian Nasibah berkata kepada Rasulullah: “wahai Rasul, berdoalah kepada Allah agar kami bisa menyertaimu di surga nanti.” Berdoalah Rasulullah, “Ya Allah jadikanlah mereka teman-temanku di surga nanti.” Mendengar doa Rasulullah itu, Nasibah berkata: “aku tidak akan merasa resah setelah ini, dan aku tak akan merasa menderita karena permasalahan-permasalahan duniawiku. ”

Pada hari Hudaibiyah, di saat kaum muslimin mendengar sebuah isu bahwa Utsman telah dibunuh oleh kaum Quraisy di tengah-tengah Nabi sedang menyumpah orang-orang yang akan masuk Islam, Nasibah serentak berdiri dengan mengambil sebuah tongkat dan menjadikannya sebagai senjata. la memperuncing tongkat tersebut dengan pisau agar bisa dijadikan sebagai senjata yang mematikan.

Dan pada hari Khunain, ia pun ikut terjun dalam peperangan untuk semakin mengukuhkan kemenangan umat Islam. la membunuh seorang pemuda dari kabilah Hawazin yang sedang dalam keadaan terjepit, merebut senjatanya dan kemudian berperang lagi dengan menggunakan senjata itu.

la ikut pula memerangi orang-orang yang keluar dari agama Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar. la juga ikut serta dalam perang Yamamah bersama Khalid bin Walid untuk menghadapi Musailamah ‘sang pendusta’.

Namun, Musailamah malah memotong tangan Nasibah, dan melukainya sebanyak 10 luka, yang akhirnya menjadikan Abu Bakar menganjurkan agar Nasibah dibawa pulang. Dan tak hanya itu saja, Musailamah juga mampu membunuh anak Nasibah yang bernama Habib bin Zaed setelah terlebih dahulu ia potong tangan dan kakinya.

Salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Nasibah adalah: bahwasanya Rasulullah pernah mendatangi Nasibah seraya menawarkan makanan kepadanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepadanya “makanlah”, menjawablah Nasiah “aku sedang dalam keadaan berpuasa.” Mendengar perkataan itu Rasulullah langsung bersabda “para Malaikat akan selalu melakukan shalat bagi orang-orang yang berpuasa sehingga mereka senantiasa merasa kenyang akibat shalat yang dilakukan oleh para Malaikat tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar