Translate

Senin, 29 November 2010

[Kompilasi Iseng] Opera Sakit Hati

Sekian lama mendung masih disini
Belum permisi tinggalkan pengap didada
Kecewanya hatiku hilangkan relung hati

Kembalikan lagi senyumku yang manis seperti dulu
Ku rasa kini aku tertahan
Menahan luka yang amat dalam

Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini
Semenjak hati dan jiwa luka
Ku kehilangan senyum

Hampa kesal dan amarah
S'luruhnya ada dibenakku
Tandai seketika

Kuingin marah, melampiaskan tapi kuhanyalah sendiri disini
Ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada
Bahwa hatiku kecewa...

Kamu takkan mengerti rasa sakit ini

Tak mau lagi aku percaya
Pada semua kasih sayangmu
Tak mau lagi aku tersentuh
Pada semua pengakuanmu

Pergilah kau
Pergi dari hidupku
Bawalah semua rasa bersalahmu
Pergilah kau
Pergi dari hidupku
Bawalah rahasiamu yang tak ingin kutahui

Tak mau lagi aku terjerat
Pada semua janji-janjimu
Tak mau lagi aku terkait
Pada semua permainanmu

Mungkin pernah ku menangis
mungkin diriku pernah tersakiti
namun diriku kini kembali
coba nikmati indahnya dunia
tiada lagi bayangan dirimu
yang selalu mencoba menahanku

Bersama mentari ku bernyanyi
mewarnai hari-hari
bersama pelangi ku menari
menyambut bebasnya hati ini
tiada lagi yang mampu menghalangi
aku takkan berhenti melangkah
'cause i'm moving on

Kumeniti pelangi
Dan kuarungi misteri
Tanggalkan mimpi

Kuingin mencari
Kedamaian yang abadi
Di hati ini ..

Created by:
Melly Goeslaw [Kembalikan Lagi Senyumku]
Bunga Citra Lestari [Kecewa]
Sherina [Pergilah Kau]
Andien [Moving On; Meniti Pelangi]

Rabu, 24 November 2010

Bertahan karena Didekap Ukhuwah

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Seseorang pernah berujar, jika keimanan membuatmu bergerak, maka ukhuwah yang membuatmu bertahan. Sebuah quote yang membuatku merenung beberapa saat, membuat pikiranku menerawang ke beberapa tahun silam. Tiba-tiba ingatanku kembali menghadirkan saudara-saudariku seperjuangan dulu, para ikhwah militan, mereka yang berada di garda terdepan dalam perjuangan. Yaa.. mereka... orang-orang yang telah bergerak demikian gesit disaat aku masih merangkak dan belajar berdiri, mereka yang telah berlari disaat aku masih tertatih, mereka yang jauh lebih awal menapaki jalan ini. Kini, ku hadirkan kembali mereka dalam memoriku, beberapa kini sudah terbang lebih tinggi, melesat dalam pergerakan dakwah yang semakin dinamis, mereka lah yang istiqamah... Lalu sebagian lagi kini entah ada dimana, adakah dunia telah mengalihkan idealismenya? Begitu murahkah surga baginya hingga ia rela menukarkan dengan kerajaan dunia? Dunia yang begitu menyibukkan hingga waktumu tak lagi tersisa untuk memikirkan tentang dakwah? 

Ahh,, tidak, aku tahu, aku tahu, kalian yang berpaling dari jalan ini dan memilih jalan yang lain. Jalan itu terlihat lebih mulus, lebih nyaman, lebih menyenangkan bukan? Apalagi di sana kamu menemukan saudara-saudara baru yang mau mendengarkan keluh kesahmu, di sana kamu menemukan saudara-saudara yang bersedia ada untukmu setiap saat, di sana kamu menemukan saudara-saudara yang lebih memahamimu, betul kan? Sedangkan kami di sini, saudara-saudaramu di jalan ini, terlalu sibuk dengan tumpukkan amanah, terlalu sibuk dengan jadawal syuro, terlalu sibuk dengan agenda-agenda, hingga kami lupa sekedar untuk menanyakan kabarmu,, sekedar untuk menyapamu, apalagi untuk bisa mendengarkan isi hatimu... Aahhhh,, aku tahu ini semua kesalahan kami, padahal dalam arkanul baiah termaktum kata 'ukhuwah', namun ternyata kami masih gagal menunaikannya terhadap saudara seperjuangan kami sendiri. Hingga kini, kalian pergi mencari saudara-saudara lain yang bisa memenuhi hak ukhuwahnya... 

Benarlah jika dikatakan ukhuwah mampu membuat seseorang bertahan, tanpa ukhuwah di saat paling penat, di saat futur melanda siapa yang akan mengingatkanmu? siapa yang bisa merangkulmu? 

Sebuah tamparan keras untukku, ternyata begitu banyak hak-hak saudariku yang belum mampu ku tunaikan.. Adakah kepergiannya dari jalan ini adalah karena andil kita? Dia yang yang penat dengan amanah yang begitu menumpuk dan kita yang masih bisa tidur berjam-jam? Dia yang terlalu lelah dan kita yang tak mau peduli, hingga ia pun berlari pergi....
Atau mungkin kita yang membiarkannya menjadi pengangguran dakwah hingga dia punya banyak kesempatan untuk lalai hingga futur dan tak ingin kembali lagi?

"Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan akhirat? Memberi maaf orang yang mendzolimi, memberi orang yang menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu." (HR. Baihaqi)

"Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" Sahabat menjawab, " Tentu saja!' Rasulullah pun kemudian menjelaskan, " engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan." (HR. Bukhori-Muslim)

Dari hadits di atas dapat direnungkan bahwa betapa besar nilai sebuah jalinan persaudaraan. Karena itu, memperkokoh pilar-pilar ukhuwah islamiyah merupakan tugas penting bagi kita.

Agar ruh ukhuwah tetap kokoh, rahasianya terletak pada sejauhmana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki kalbu yang bening bersih dan selamat. 

Sekarang, mari tanyakan kepada diri sendiri, adakah kita saat ini tengah merasa tidak enak hati terhadap adik, kakak, atau bahkan ayah dan ibu sendiri? Adakah saat ini kita masih menyimpan kesal kepada teman? Adakah saat ini kita masih menyimpan rasa ghill terhadap saudara seiman sesama ikhwah?

Kemuliaan akhlak tidak akan pernah berpadu dengan hati yang penuh dengki, iri, ujub, riya, dan takabbur. Di dalam qalbu yang kusam dan busuk inilah justru tersimpan benih-benih tafarruq (perpecahan) yang mengejawantahkan dalam aneka bentuk permusuhan dan kebencian terhadap sesama muslim.

Nyatanya, kekuatan ukhuwah hanya bisa dibangkitkan dengan kemuliaan akhlak. Oleh karena itu, kita amat merindukan pribadi-pribadi yang menorehkan keluhuran akhlak.

Tatapan matanya adalah tatapan bijak bestari sehingga siapa pun niscaya akan merasakan kesejukan dan ketentraman. Wajahnya adalah cahaya cemerlang yang sedap dipandang lagi mengesankan karena menyemburatkan kejujuran itikad. 

Senyumnya tak pernah lekang menghias bibirnya  adalah sedekah yang jauh lebih mahal nilainya daripada intan mutiara. 

Tak akan pernah terucap dari lisannya, kecuali untaikan kata-kata yang penuh hikmah, menyejukkan, membangkitkan keinsyafan, dan meringankan beban derita siapapun yang mendengarkannya.

Jabat tangannya yang hangat adalah jabat tangan yang mempertautkan seerat-eratnya dua hati dan dua jiwa yang tiada terlepas, kecuali diawali dan diakhiri dengan ucapan salam. Kedua tangannya teramat mudah terulur bagi siapa pun yang membutuhkannya. Bimbingan kedua tangannya selalu bermuara di majelis-majelis yang diberkahi Allah.

Memiliki qalbu yang bersih dan selamat agar kita mampu mengevaluasi diri dengan sebaik-baiknya dan menatap jauh ke depan agar Islam benar-benar dapat termanifestasikan menjadi Rahmatan Lil 'aalamiin dan umat pemeluknay benar-benar menjadi "sebaik-baik umat" yang diturunkan di tengah-tengah manusia. Wallhu a'lam



Bogor, 25 November 2010

11:11 AM

-Bunga Karang-

Minggu, 21 November 2010

Positiveness dan Akibat Melubangi Kapal

Rating:★★★★★
Category:Other
Mukadimah

Positiveness perseorangan merupakan sesuatu yang terpuji jika dituangkan dalam positiveness jamaah. Kharisma perseorangan merupakan tuntutan jika memberi sumbangan dalam membangun kharisma organisasi. Dalam rangka mempersofikasi nilai-nilai ini, Rasulullah SAW menyuguhkan perumpamaan indah kepada kita yang menggambarkan adanya TANAZU' (tarik menarik, kontradiksi) antara positiveness perseorangan dan positiveness jamaah. Beliau juga menyuguhkan ‘ilaj nabawi yang mujarab yang meleburkan egoisme perseorangan ke dalam kemanfaatan organisasional, yang bertolak dari munthalaq tarbawi yang memberikan hak pribadi secara sempurna dan tanpa dikurangi, namun sekaligus menggebuk tangan pribadi itu dengan kuat jika thumuhat (obsesi)-nya menjadi besar yang berakibat melampaui legalitas jamaah dan hak jamaah dalam merealisasikan hasil-hasil umumnya.


Empat Peringatan:

Tidak ada seorang pun hidup di alam ini sendirian, walaupun ia dipenjara seorang diri di dalam sebuah sel gelap. Setiap individu hendaklah memahami bahwa Allah SWT menciptakan manusia agar saling ta’aruf (mengenal), ta’awun (bantu membantu), tadhamun (solider) dan sebagian mereka memberikan khidmah (pelayanan) kepada yang lain.

Sebagian manusia terhadap yang lainnya, baik Arab maupun non Arab, saling memberikan khidmah. Walaupun tidak mereka rasa
(Sebagaimana pernyataan seorang penyair)

Hanya saja, sebagian individu mempunyai ego berlebih, mereka selalu merasa –menurut diri mereka sendiri- yang terbaik, paling afdhal, paling pintar, dan paling berhak –dibanding yang ada- untuk menjadi qiyadah, pelopor, memberi kesaksian, dan memimpin, termasuk kalau saja kapasitas mereka belum sampai pada level berbagai tanggung jawab ini, bahasa hal-nya selalu mengatakan –di mana pun- pernyataan yang pernah dilontarkan oleh professor filsafat egoisme, yaitu Iblis saat mengira bahwa unsur api lebih baik daripada unsur tanah, maka ia berkata, “aku lebih baik dari padanya (Adam AS), Engkau ciptakan aku dari api, sementara Engkau ciptakan dia (Adam AS) dari tanah”. [Al-A'raf: 12], [Shad: 76].

Termasuk walaupun ia tidak memaksudkan khairiyah (sisi unggul kebaikan)-nya dalam arti unsur, sebab ia meyakini dalam dirinya al-khairiyah al-hadhariyyah (sisi kebaikan peradaban) yang memberinya kelayakan untuk memunculkan berbagai cara kreatif dalam menyelesaikan berbagai problem dan melewati berbagai aqabat (rintangan) sebagaimana yang “diusulkan” oleh salah seorang penumpang kapal yang digambarkan dalam hadits Nabi SAW, yaitu dari An-Nu’man bin Basyir RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,

“Perumpamaan seseorang yang komitmen berada dalam batas-batas Allah dan yang terperosok ke dalamnya adalah semisal satu kaum yang mengundi pada sebuah kapal, maka sebagian mereka mendapatkan tempat di bagian atas kapal dan sebagiannya mendapatkan bagian di bagian bawah kapal. Orang-orang yang berada pada bagian bawah kapal, jika mengambil air mesti melewati orang-orang yang berada di bagian atas, lalu mereka berkata: ‘kalau saja kita membuat lubang pada jatah kita, sehingga kita tidak mengganggu yang di atas kita’, maka, jika mereka membiarkan maksud membuat lubang itu, niscaya seluruh penumpang kapal akan celaka, dan jika mereka memegang tangan yang bermaksud membuat lubang itu, niscaya mereka yang membuat lubang selamat dan selamat pula seluruh penumpang kapal”. (HR. Bukhari dan Muslim)


Jika berbagai riwayat hadits ini kita himpun –dengan perbedaan redaksinya, namun tetap menegaskan satu makna- kita akan melihat satu “kanvas kenabian” yang indah yang memuat puluhan pelajaran tarbawi yang hari ini sangat kita perlukan, namun, saya hanya akan memberikan isyarat kepada empat pelajaran saja yang secara langsung mempunyai hubungan dengan tema ijabiyah, sementara pelajaran-pelajaran lain kita tinggalkan terlebih dahulu sampai datang momentumnya yang tepat pada kesempatan yang lain.


Pelajaran I: Anda Menjadi Penumpang Bersama Kami

Ya, semua kita adalah musafir, dan semua kita adalah penumpang sebuah kapal. Sangat tidak logis kalau kapal itu tidak memiliki nakhoda. Dan menjadi suatu bentuk kegilaan dan kepandiran jika nakhoda kapal itu lebih dari satu,

“Jika di langit dan di bumi ada banyak Tuhan selain Allah, hancur binasalah langit dan bumi itu”.

Dan sudah menjadi sunnatullah, musafir itu berbeda-beda kelasnya, kelas I, II, III dan kelas terakhir. Posisinya pun juga berbeda, ada yang di depan, belakang, sisi kanan, sisi kiri, tengah, di atas dan di bawah. Service dan fungsinya juga berbeda, ada nakhoda, pembantu nakhoda, penanggung jawab kenyamanan penumpang, distributor koran, makanan dan minuman, security, pengatur lalu lintas perjalanan di dalam kapal, … dst.

Ada juga penumpang yang memanfaatkan waktu luang perjalanan untuk “menjual” berbagai hadiah. Ada juga yang memanfaatkan keberadaan “beberapa tokoh terkenal” untuk berkenalan dengan mereka, tukar menukar kartu nama, nomor telepon, dan alamat tinggal. Ada juga yang sedang bernasib mujur, maka ia dapatkan seorang “tetangga” yang merupakan peluang seumur hidup, lalu ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dan seterusnya.

Yang penting, semua itu tadi adalah logis dan dapat diterima, dan semua itu merupakan tabiat sebuah perjalanan dan konsekuensi dari ta’aruf dan manfaat lain dari sebuah perjalanan.

Hanya saja ada sebagian penumpang yang memiliki ego berlebih yang melampaui semua hal yang wajar dan maqbul tadi, di mana ia melakukan berbagai percobaan untuk memaksakan “keinginannya” kepada semua penumpang, termasuk kepada kru kapal. Upaya-upaya kekanak-kanakan ini seringkali tampil dalam berbagai bentuk, namun, intinya sama, yaitu: mengganggu kenyamanan kehidupan orang-orang yang sedang bepergian. Di antara bentuk-bentuk ini ialah:

• Percobaan menyusup ke dalam kabin kendali untuk mengganggu nakhoda dan berusaha ikut terlibat dalam mengendalikan kapal, pertama dengan cara ngledek sang nakhoda sebagai pimpinan yang gagal …

• Berusaha menempati kursi yang bukan haknya, misalnya ingin menduduki kelas I. tujuannya adalah untuk menciptakan kekacauan dalam organisasi kapal. Juga untuk menanamkan kesan negatif terhadap kemampuan pengelola kapal dalam menunaikan hak kepada yang empunya .. dan juga dalam menempatkan penumpang sesuai dengan kelasnya ..

• Berusaha melubangi kapal untuk mengambil air dengan mudah dari bawah kakinya, agar ia tidak capek-capek naik turun untuk keperluan air ini …

• Mondar mandir secara mencolok di antara para penumpang, berjalan ke sana kemari, menimbulkan berbagai suara gaduh, mengarang berbagai cerita dan mengobral berbagai isu untuk menciptakan kekacauan di tengah-tengah penumpang, dan terkadang sampai ke tingkat menciptakan tasykik (keraguan) tentang keselamatan kapal, atau tasykik tentang kemampuan dan kecakapan sang nakhoda dan kru-nya, atau tasykik terhadap peta perjalanan, arah yang dituju, posisi dan tujuan .. yang intinya adalah mengesankan kepada para penumpang bahwa perjalanan yang ditempuh telah mengalami inhiraf (penyimpangan) dari jalur yang seharusnya ditempuh … dst.


Banyak upaya dilakukan, yang terpenting bagi kita adalah nash (teks) yang ada dalam hadits nabi yang menjadi kajian kita, yang intinya adalah bahwa pemilik gagasan “membuat lubang” lupa bahwa ada ribuan penumpang bersama dengannya dalam point yang disebutnya jatah-nya itu. Padahal, kursi yang Anda duduki bukanlah milik Anda secara utuh. Dan Anda tidak memiliki kebebasan mutlak yang bisa seenaknya menyelonjorkan kaki, sehingga mengganggu yang di belakang Anda, depan Anda, dan samping Anda, yang mana mereka juga memiliki “hak” atas lokasi yang telah disediakan untuk setiap penumpang.


Hadits nabi menyatakan, “Lalu mereka berkata: ‘kalau saja kita membuat lubang pada jatah kita…’. Pertanyaannya: adakah seorang penumpang bersama jamaah mempunyai jatah? Khusus dalam sebuah kendaraan perjalanan? Dan apakah seseorang yang tanggung jawabnya adalah menakhodai kapal, mencukupkan diri dengan sekedar memegang kendali kemudi, menginjak pedal gas dan ream? Adakah orang yang bertanggung jawab atas makanan dan minuman penumpang cukup membagikannya kepada kelas I saja? Adakah termasuk hikmah jika para penumpang mendiamkan saja sikap orang-orang yang ingin melubangi kapal, lubang pada titik yang diyakininya sebagai jatah-nya itu dengan alasan supaya tidak mengganggu penumpang yang di atasnya atau yang berada di sampingnya?

Jawaban atas berbagai pertanyaan ini datang dalam sebuah kalimat yang sangat mendalam dari sang murabbi pertama, yaitu Rasulullah SAW, saat beliau bersabda, “ maka, jika mereka memegang tangan yang bermaksud membuat lubang itu, niscaya mereka yang membuat lubang selamat dan selamat pula seluruh penumpang kapal”

Subhanallah!!

• Mereka telah menyelamatkannya, dengan cara memegang tangan yang bermaksud membuat lubang dan mencegahnya melakukan pelubangan. Dan dengan cara ini, mereka telah menyelamatkan diri mereka, dengan sebuah kerja ta’awun

• Namun, jika mereka diam (membiarkan), mungkin karena takut, atau tamak, maka pembiaran ini akan mencelakakan sang pelaku pelubangan dan berdampak pula bagi kecelakaan yang lainnya, sebab mereka menumpang di kapal yang sama

Tidakkah sudah saya katakan: Kita ini menumpang satu kapal? Tidakkah telah aku katakan: Pukul tangan setiap orang yang bermaksud membuat lubang dalam kapal, maka, dengan memukul ini akan terwujudlah kemaslahatannya dan kemaslahatan semua penumpang?! Kemudian yang terakhir, tidakkah telah aku katakan kepada pemilik gagasan melubangi kapal: Bahwa kami menjadi penumpang bersamaku wahai saudaraku, dan engkau pun menjadi penumpang bersama kami wahai saudaraku!


Pelajaran II: Mas-ul Perjalanan Tidak Sama Dengan Penumpang

Ada perbedaan mencolok antara mas-ul perjalanan dengan penumpang.
Bagi penumpang, yang terpenting baginya adalah tiga hal asasi, sebab ia inilah haknya, sedangkan selebihnya bersifat tambahan

1. Yang terpenting baginya adalah mendapatkan kenyamanan dalam perjalanan, baik dari sisi rehat maupun service.

2. Yang terpenting baginya adalah semua haknya terpenuhi, dimulai dari hak atas tempat duduknya yang sah

3. Yang terpenting baginya adalah sampai ke tujuan dengan selamat dan membawa keberuntungan

Jika pengelola perjalanan berbaik hati memberikan tambahan service, lalu mereka memberikan berbagai hadiah, peta negara tujuan, bantuan money changer, alamat berbagai hotel dan tempat-tempat wisata dan budaya … dst, maka semua ini lebih baik dan menarik simpati pelanggan baru, dan bisa jadi hal ini menjadi model iklan yang membuat sang pengelola semakin populer dan menjadi pilihan penumpang untuk perjalanan selanjutnya, jika mereka terus menjaga kualitas pelayanan yang bagus ini.

Jika semua hal di atas adalah hak setiap penumpang, maka perlu diketahui bahwa penumpang juga memiliki kewajiban. Di antaranya: menghormati tata tertib dan aturan biro perjalanan dan cara kerjanya. Terlebih lagi adalah menghormati orang-orang yang mengorganisir perjalanan mereka dan juga kepada mereka yang memberikan pelayanan kepada seluruh penumpang.

Juga kepada mereka yang bertanggung jawab atas kenyamanan dan keamanan perjalanan mereka … agar aspek keamanan dan kenyamanan dapat direalisasikan

Jika muncul dari para penumpang –walaupun dari kelas I- orang yang bermaksud merubah dirinya dari sekadar penumpang dan ingin menjadi pemilik kapal, atau ingin menjadi penanggung jawab perjalanan, sementara para pengelola kapal dan para penanggung jawab kapal dan penumpangnya diam … mendiamkan perilaku para penumpang yang bermaksud demikian tadi, niscaya akan terjadi kekacauan pada kapal, urusan menjadi bercampur baur tidak jelas, dan jadilah nasib setiap penumpang terancam tenggelam. “Dan jika mereka membiarkan orang yang bermaksud melubangi kapal itu, niscaya para penumpang kapal akan binasa, dan binasa pula mereka yang membuat lubang itu”.


Adapun kewajiban para penanggung jawab perjalanan, yaitu 3 hal tersebut di atas yang menjadi hak para penumpang, ditambah dengan dua kewajiban lainnya, sehingga totalnya menjadi lima kewajiban, yaitu:

1. Menciptakan suasana yang menyenangkan selama perjalanan, baik dari sisi rehat (kenyamanan) maupun service

2. Memberikan hak setiap penumpang, baik dari sisi tempat duduk, makanan, minuman dan istirahat.

3. Mengantarkan seluruh penumpang ke tempat tujuan.

4. Menegakkan kedisiplinan yang semestinya dan menciptakan iklim saling menghormati di antara sesama penumpang dan kru kapal

5. Berusaha semaksimal mungkin untuk mengamankan perjalanan, baik dalam cara mengemudikan kapal serta interaksi yang baik terhadap semuanya.


Namun, lima kewajiban ini harus diimbangi dengan berbagai hak, yang dengan hak-hak ini akan terciptalah suasana perjalanan yang baik, serta memberikan jaminan keamanan dan keselamatan. Di antara hak terpenting dan paling mendesak bagi pihak kru kapal adalah hendaklah setiap penumpang komitmen dengan etika perjalanan, sebab, hampir semua serikat perjalanan di seluruh dunia melarang para penumpang untuk merokok sepanjang perjalanan, sebab hal ini mengganggu para penumpang. Dan beda jauh antara gangguan yang ditimbulkan oleh asap rokok dengan gangguan yang disebabkan oleh asap fitnah!


Pelajaran III: Masyarakat Islam itu Salimus-Shadr

Kita semua berada dalam satu kapal. Bagi kita, kapal itu “milik” bersama. Karenanya, kewajiban kita yang pertama adalah menjaga kapal ini dari khuruq (infiltrasi), syuquq (perpecahan), tsuqub (lubang-lubang) dan segala upaya irbak (kekacauan), za’za’ah (mengguncang ketsiqahan) dan tasykik (upaya untuk menanamkan keraguan). Hal ini diperlukan dalam rangka menjamin terwujudnya dua sasaran besar:

1. Mengamankan perjalanan dari segala ancaman, internal dan eksternal.

2. Menjaga kapal itu sendiri dari segala bentuk khuruq atau tsuqub

Biasanya, dalam Suatu Perjalanan, Ada 3 Tipe Manusia:

1. Orang-orang yang berdiri tegak pada batas-batas Allah SWT. Bagi mereka yang terpenting adalah mashlahat umum. Semangat mereka adalah keselamatan seluruh penumpang dan keamanan mereka. Juga keselamatan dan keamanan kapal dan kru-nya. Karena inilah kita dapati mereka:
a. Tetap berjaga saat semua orang tidur. Menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
b. Bersemangat untuk menempatkan penumpang sesuai dengan kedudukannya.
c. Mengedepankan dan menyuguhkan berbagai pelayanan semestinya demi kenyamanan dan keselamatannya..
Tidak ada yang diinginkan dari balik semua ini, baik balasan maupun ucapan terima kasih.

2. Orang-orang yang memaksakan kehendaknya kepada seluruh penumpang, seakan-akan kapal itu adalah “milik babenya”, sementara yang lainnya mereka pandang sebagai perompak atau pencari uang. Penilaian paling mendingan dari kelompok ini terhadap para penumpang adalah “‘abiru sabil” (orang-orang yang numpang lewat). Karena inilah sepanjang perjalanan, mereka ini berjalan hilir mudik ke sana ke mari, menciptakan suasana tidak nyaman dalam kehidupan para penumpang dengan berbagai tindak tanduk yang tidak ada hubungannya dengan adab-adab perjalanan

3. Orang-orang yang diam mencari selamat. Mencoba bersikap baik dengan para kru kapal dan bersikap baik pula kepada kelompok kedua. Mereka berdiam “sabar” terhadap pihak kru di satu sisi dan terhadap perilaku kelompok kedua di sisi yang lain, sambil menunggu datangnya solusi dalam waktu dekat.


Sebenarnya, ijabiyah tidak menerima sikap “damai” dan “berbaik-baik” kecuali dalam tempo yang singkat saja, sehingga menjadi jelas, mana benang putih dan mana benang hitam. Dan sehingga diketahui hakikat dan niat kru kapal maupun kelompok kedua yang mengacau itu. Bahkan, keselamatan semua penumpang berawal dari disiplin setiap penumpang untuk duduk sesuai dengan tempat yang masih tersedia, atau sesuai dengan nomor tiket yang dibawanya, atau sesuai dengan hasil “kocok atau undi”, sebagaimana yang disebut dalam hadits, “Sesungguhnya ada satu kaum yang mengundi naik kapal”, dengan demikian, setiap tempat duduk itu menjadi definitif berdasar ketentuan “kocok atau undian”, maka, hendaklah setiap penumpang menghormati legalitas “kocok atau undian” dan ridha terhadap cara Allah SWT membagi kepadanya, sehingga kapal akan sampai daratan dengan aman.


Pelajaran IV: Titanic dan Gunung Es

Titanic adalah sebuah kapal besar. Namun, gunung es yang ada di bawahnya lebih besar. Gunung es ini telah menghancurkan kapal besar tersebut. Ini maknanya:

1. Kekuatan kapal, betapa pun ia, tidak boleh menjadikan pemiliknya terkena ghurur, lalu melajukan kapal di lautan secara membuta tanpa memprediksikan berbagai kemungkinan mendadak, di mana kekuatan itu tidak akan mampu bertahan di hadapannya. Sebab ghurur itu musuh kekuatan. Bersandar pada sarana secara menyeluruh tanpa memberi perhatian yang semestinya kepada aqidah tawakal kepada Allah, ujung-ujungnya sangatlah menyedihkan.

2. Ghaflah dari Allah SWT, bersantai-santai di atas kursi yang empuk dalam perjalanan kehidupan yang berjalan dalam hembusan angin yang baik, tidak akan berlangsung lama. Sebab, setelah angin baik tersebut akan datang badai yang membangunkan semua yang tidur, mengingatkan yang lalai, serta mencekokkan banyak pelajaran keras bagi mereka yang kegirangan dengan perhiasan dunia dan kelezatan kehidupan yang mereka miliki. Dan hal ini adalah sunnatullah pada hamba-hamba-Nya, “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan, sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata, (mereka berkata), “Sesungguhnya jika engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur”. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kelaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. (Q.S. Yunus: 22 – 23)

Subhanallah ..

Inilah tabiat manusia, tidak berubah, tidak berganti dan tidak berpaling dari gaya intihazi (opportunis)-nya:

- Jika angin berhembus baik, mereka bergembira dengannya.

- Jika datang angin badai, mereka panik terhadap apa yang terjadi

- Jika terkepung oleh gelombang dari berbagai penjuru, mereka ingat Allah (mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata, (mereka berkata),

“Sesungguhnya jika engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur”). (Yunus: 22).

- Jika Allah SWT berikan keselamatan, keamanan dan lolos dari mara bahaya, mereka lupa “baiat”-nya kepada Allah SWT,

“Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu (wahai Muhammad) pada hakikatnya mereka berbaiat kepada Allah” (Al-Fath: 10),

mereka melepaskan perjanjian mereka, berlepas dari komitmen mereka untuk bersyukur dan mengakui nikmat Allah, dan mereka bergerak di muka bumi dengan berbagai “proyek” pelanggaran hak, “ Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kelaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. (Yunus: 23)

Hasilnya sudah dapat ditebak, sebagian orang mengetahuinya dan sebagiannya lagi tidak mengetahuinya. Atas mereka tertimpa berbagai bencana di dunia, dan pada hari kiamat, hisab mereka di sisi Allah SWT sangatlah sulit, “Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kelalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kelalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Yunus: 23)


Simpulan:

Dari kisah agung ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa:

1. Setiap tempat duduk penumpang, telah ditentukan oleh hasil qur’ah (undian)

2. Setiap penumpang dalam organisasi kapal, hendaklah menerima apa pun hasil undian itu.

3. Setiap penumpang hendaklah menempati tempat duduknya sesuai dengan yang telah ditetapkan Allah SWT untuknya dan sesuai dengan angka undian yang didapatkannya dalam sebuah proses undian yang bebas.

4. Setiap penumpang hendaklah komitmen dengan adab bepergian, demi terjaminnya kenyamanan bersama

5. Sesama penumpang hendaknya saling menghormati, menghargai yang berada di atas dan juga yang berada di bawah.

6. Setiap penumpang bekerja sama dalam menggebuk tangan seseorang yang bermaksud membuat lubang kapal – sebuah perbuatan yang didasarkan pada ijtihad yang salah, namun ia menduga bahwa dengan ijtihad-nya ini ia telah berbuat baik kepada yang berada di atas dan yang berada di bawah—sebab, tidak semua ijtihad bisa diterapkan. Jika prinsip ini tidak dipahami, maka kita akan terperosok kepada ijtihad seekor beruang yang ingin mengusir lalat yang menempel di wajah anaknya, namun ia mengusirnya dengan melemparkan batu besar ke arah wajah anaknya itu (dalam sebuah kisah yang populer).
Ijabiyah yang jelas terdapat dalam kisah tarbawi yang indah ini terdapat dalam sabda Rasulullah SAW, “’kalau saja kita membuat lubang pada jatah kita, sehingga kita tidak mengganggu yang di atas kita’”. Jadi, niatnya baik, yaitu ingin menghindari gangguan, hanya saja, akibatnya sangat-sangat fatal jika semua penumpang lainnya tidak memukul dengan kuat tangan-tangan yang berusaha membuat lubang di dalam kapal, sebab yang akan binasa bukan hanya nakhoda dan kru-nya, akan tetapi, seluruh kapal akan tenggelam dengan seluruh isinya, termasuk seluruh penumpangnya.


Siapa saja yang mendengar hadits ini dan menyaksikan film Titanic, ia tidak memerlukan lagi seorang pemberi mauizhah yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya lubang satu jarum akan mampu menenggelamkan kapal segede Titanic”.


Dan bahwasanya diamnya para penumpang yang membiarkan sang pembuat lubang di dalam kapal, yang bisa jadi “dengan niat baik” itu, adalah sikap salbi (pasif) yang akibatnya juga fatal, yaitu binasanya seluruh penumpang, baik yang melubangi, maupun yang dibuatkan lubang.

La haula wala quwwata illah billah


Sumber: http://www.ikhwan.net/vb/showthread.php?t=71078

Ya Allah… Jika kekayaan bisa membeli cinta, tentu orang-orang akan rela mengeluarkannya untuk menebus cinta mereka yang menjeda. “…dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” [http://www.dakwatuna.com/2010/rekonsiliasi-jeda-cinta-yang-menepi/]

Selasa, 16 November 2010

Ya Allah anugerahkanlah kepada kami kejujuran dalam berkata-kata; keikhlasan dalam beramal; kebenaran pada saat marah dan ridha; berjihad di jalan Allah; tidak takut karena Allah terhadap celaan orang yang mencela sampai kami dapat berjumpa dengan Tuhan kami dalam berukhuwah yang saling mencintai, bukan dalam kesesatan dan menyesatkan, tidak dalam kehinaan dan penyesalan, tidak berubah, tidak memfitnah dan membawa fitnah. Amin, amin ya rabbal alamin.

Catatan di Hari Raya

Bismillahirrohmanirrohiim....

10 Dzulhijjah 1431 H,
Sejak sehari sebelum hari ini datang saya sudah cukup grasak grusuk heboh sendiri, apalagi sejak dapat info hari senin telah dilakukan wukuf di arafah. Pertanda hari itu kita disunnahkan menjalankan shaum arafah dan keesokkan harinya melaksanakan shalat Ied, itu idealnya. Tapi tampaknya pemerintah kita punya gaya sendiri, meski ini adalah hari raya haji tapi tidak mengikuti sebagaimana rangkaian kegiatan haji di Mekkah... Dampaknya, tanggal merah tak berubah, tetap mangkal di tanggal 17 November 2010, tak bergeming... dan di hari ini rutinitas tetap harus berjalan -_-"

Kembali ke hari senin, setelah dilakukan rapat keluarga, antara saya, ayah, dan ibu, kami sepakat melaksanakan shalat Ied pada tanggal 16 November 2010, tapi masalahnya dimana tempat yang menyelenggarakan pelaksanaan shalat Ied pada tanggal segitu?? Info yang berkembang di lapangan sempur dan di IPB Baranang Siang... Hmmm,,,

Saat malam semakin larut dan kami semua sudah masuk kamar, adikku datang membawa berita, "besok shalat Ied di Al-Hurr ajaaa."

Saya: " emang ngadain?"
Ade: "ngadain dong!"

Akhirnya malam itu diputuskan kami akan melaksanakan shalat Ied di masjid Al-Hurriyah IPB Darmaga, itu mah sekalian nganterin si ibu ngantor, hehhehehe *ibu yang paling girang deh :p

Dari pagi buta rasanya sudah tak sabar menyambut Idul Adha, sayang di sekitar rumah belum bergema takbir, jadi auranya belum terlalu berasa.

Jam 5.45, kami sekeluarga melaju ke Al-Hurriyah, wuihhhh rameeeeee.... rame anak IPB pastinya :p

Memasuki Masjid, saya melihat banyak bidadari bidadari cantik, anggun-anggun, walaupun bukan di kampus sendiri tapi feel like home, hangaaatt, hehe... Pas banget, di barisan tepat di depanku ternyata ada keluarga ust. Ahmad, ada istrinya, anak-anaknya yang juga adik-adik kelasku, Jannah dan Uswah, juga 2 adik perempuan mereka. Tak lama melintas Izzah, adik kelasku yang lain, hihihi.. kalau diperhatikan di sana ternyata banyak wajah-wajah yang ku kenal, hohoho...

Imam Shalat hari ini adalah Ust. Asep yang juga dosen agama Islam di IPB... tadi sebelum masuk saya sudah sempat bertemu dengan beliau, dan bertegur sapa, karena ternyata beliau dan ibuku saling mengenal (secara sesama dosen).

Seusai shalat dilanjutkan khutbah, isinya diawali dengan flash back kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tentang asal muasal jazirah Arab yang dulunya hanya dihuni 3 manusia, dan kini telah dihuni jutaan manusia dan disambangi milyaran manusia tiap tahunnya... tentang janji Nabi Ibrahim yang sempat terucap bahwa beliau rela mengorbankan anaknya saat beliau belum dikarunia anak. Dan ternyata janji itu ditagih oleh Allah disaat rasa sayangnya pada Ismail memuncak. Tentang doa-doa Nabi Ibrahim yang kini telah diijabah Allah.

Kisah itu berlanjut pada peranan Islam, Islam sebagai masa depan yang pasti, pedoman hidup yang abadi, pandangan yang shahih, dan satu-satunya sistem yang sempurna. Sistem-sistem yang berkembang saat ini takkan mampu bertahan lama karena ketidaksempurnaannya. Namun, majunya peradaban Islam tergantung kepada usaha umat muslim, tergantung amal dan kerja nyata kita, bukan hanya sekedar berpangku tangan terjajah dalam belenggu kekuasaan manusia. Kabar baiknya adalah takkan ada yang mampu menahan laju gelombang berbondong-bondongnya warga Eropa, Amerika, dan China untuk memeluk agama Islam, meskipun berbagai tuduhan terorisme dan fundamentalis dilekatkan pada kaum muslimin, nyatanya hidayah Allah takkan bisa dibendung oleh konspirasi licik manusia.

Sebenarnya isi khutbahnya sangat berbobot, tapi sayang saya tidak mencatatnya dan ternyata memori saya tak cukup kuat menampungnya, padahal banyak poin-poin menarik, hukz... saya rasa memori di kepala saya tadi sudah dipenuhi dengan bahan UTS yang diselenggarakan siangnya, fufufufufu....

Rangkaian kegiatanpun berakhir, saatnya kembali ke rutinitas, meskipun iri melihat anak-anak IPB yang diliburkan hari ini, huuuuuuu....

Adikku dengan senangnya bisa langsung pulang dan istirahat di rumah, tapi akuuu? harus langsung ke kampus, hikz... HARE GENE MASIH KULIAH???? hikz... tapi lebih menyedihkan lagi mengetahui fakta kalau HARI INI SAYA UTS, YAELAH, HARE GENE MASIH UTS? TELAT BANGEEDDDDD DAH, fyuuuhhh.... khusus fakultasku memang selalu telat, hikz hikz hikz....

Udah ah, sampai di situ aja, males cerita soal UTS mah, hehehehe... Tapi Alhamdulillah kondisi kereta hari ini sangat bersahabat, hehehe.... barokah idul adha kali yaaa :D :D :D

Oia, buat ayahku tercinta, makasih ya udah mau nganterin ke stasiun di detik-detik terakhir, di saat hampir telat, sampe2 ayah ga sempet ganti baju kantor, masih pake baju koko,  hehehe.., untung baju kantornya ga lupa dimasukkin ke mobil,  makin cinta deh sama ayahku,,

MUSLIMAH! JANGAN PERNAH BERHENTI MELANGKAH, BERGERAKLAH! TERUSLAH MEMBADAI BANGUN PERADABAN

Rating:★★★★★
Category:Other
Saya menemukan artikel yang sangat menarik, sangat inspiratif, sangat menyentuh sisi keakhwatan dalam diri saya dan artikel ini benar-benar berhasil menjawab segala tanda tanya yang sempat membuncah di dada, menjawab segala kegelisahan dan kepiluan hati atas ketidakberdayaan diri menatap bumi yang semakin kacau balau. Dimanakah peran kaum wanita? Kemanakah ia harus bergerak? Langkah apa yang harus ditempuh? Apa yang bisa kaum hawa perbuat atas berbagai kerusakan di muka bumi ini????? Apakah ia harus terpenjara dalam rumah saja? Bolehkah wanita berkiprah di luar??? Dunia membutuhkanmu wahai akhwat sejati! Dunia memanggilmu wahai mujahidah tangguh! Terjunlah ke medan juang tanpa keraguan... Majulah!!

Berikut artikelnya:

Kemana Muslimah Melangkah? (Bagian Pertama)
Mar'ah Muslimah
Oleh: Sitaresmi S Soekanto

dakwatuna.com – Indah sekali perumpamaan yang diutarakan Syaikh Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqhul Aulawiyaat atau skala prioritas gerakan Islam jilid satu, ‘Bunga-bunga’ itu tidak tumbuh mekar selain karena laki-laki ingin selalu memaksakan kemauannya, juga karena akhwat muslimahnya yang tidak mau atau memiliki keberanian untuk melepaskan diri dari keterikatan tersebut.

Ya, seharusnya bunga-bunga itu tumbuh mekar dengan leluasa untuk turut mengharumkan jalan perjuangan yang suci ini. Akhwat seyogianya mulai berani memikirkan dan mengambil alih permasalahan-permasalahan mereka sendiri, membuka lahan-lahan dakwah dan amal serta menangkis dengan tegas suara-suara sumbang wanita-wanita feminis yang diselipkan ke dalam aqidah umat, nilai-nilai dan syariat-syariat Islam.

Dan suara-suara mereka cukup vokal, sekalipun hanya mewakili segelintir manusia yang tidak ada bobotnya di dunia apalagi dalam agama. Namun dalam kenyataannya menurut Yusuf Qardhawi pula, aktivitas dakwah Islam di bidang kewanitaan saat ini masih lemah. Hal tersebut nampak dari lemahnya kepemimpinan wanita untuk mampu berdiri sendiri menghadapi arus sekularisme, marxisme dan feminisme secara tangguh.

Kondisi tersebut boleh jadi disebabkan oleh dua kemungkinan, yang pertama ialah sikap ananiyah atau egoisme laki-laki yang selalu berusaha mendominasi, mengkomando, mengarahkan dan menguasai urusan akhwat. Mereka tidak memberi kesempatan dan peluang kepada para akhwat untuk membina bakat, keterampilan dan kemampuan untuk berjalan sendiri tanpa dominasi para rijal.

Penyebab kedua datangnya justru dari diri akhwat sendiri yang tidak memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang cukup serta kurang kuatnya kerja sama di kalangan mereka.

Padahal menurut Yusuf Qardhawi kepeloporan dan kejeniusan bukan hanya milik laki-laki saja. Bahkan dalam pengamatan beliau selaku dosen, mahasiswi-mahasiswi umumnya berprestasi akademik lebih baik dibanding mahasiswa-mahasiswanya karena lebih tekun. Sehingga selayaknya mereka bisa eksis bila mampu menunjukkan kepeloporan dan kepiawaiannya dalam bidang dakwah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sastra dan lain sebagainya.

Satu hal yang kontras dengan semangat awal Islam yang memuliakan dan memberdayakan muslimah, ditemui Yusuf Qardhawi justru di zaman kiwari ini. Beliau mengkritik menyusupnya pemikiran ekstrim mengenai hubungan laki-laki dan wanita serta peranan wanita di tengah masyarakat. Aliran pemikiran ini mengambil pendapat yang paling keras sehingga mempersempit ruang gerak wanita. Sehingga dalam pertemuan beliau dengan akhwat di Manchester, Inggris dan di Aljazair, beliau mendapati kondisi tersebut bahwa akhwat dibatasi dalam mengikuti forum-forum diskusi yang luas dan bahkan sekadar untuk menjadi moderator di acara yang khusus untuk mereka pun masih dianggap harus digantikan laki-laki.

Padahal sejak permulaan lahirnya dakwah, gerakan Islam telah memberikan porsi bagi peranan wanita. Dan di sebuah gerakan dakwah Islam terkemuka seperti Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir, ada seksi khusus wanita yang disebut Al Akhwat Al Muslimat.

Namun orang-orang yang berhaluan keras memakai dalil surat al Ahzab ayat 33, “waqarna fibuyuutikunna…” mereka berdalih, “kenapa kalian menuntut wanita agar memegang peran yang menonjol dalam gerakan Islam? Ikut bergerak dan memimpin serta menampakkan keberadaannya dalam gerbong amal islami, padahal mereka telah diperintahkan untuk tinggal di rumah-rumah mereka. ”

Sebagian ahli tafsir mengatakan ayat tersebut khusus berlaku untuk para istri Nabi karena kesucian dan keistimewaan mereka yang berbeda dari wanita-wanita lain pada umumnya. Sementara ahli tafsir yang lain mengatakan seandainya pun ayat tersebut ditujukan untuk para wanita pada umumnya, maka hal tersebut lebih merupakan arahan stressing keberadaan wanita yang harus lebih banyak di rumah. Namun tentu saja bukan berarti tidak boleh keluar rumah untuk menuntut ilmu, bermasyarakat dan mengerjakan kebajikan-kebajikan.

Tetapi kenyataan di lapangan atau di dunia realitas tidaklah sesederhana itu, terutama justru bagi akhwat yang sudah menikah. Mereka gamang dalam melangkah. Kadang ia sampai bertanya-tanya sendiri, “istri milik siapa sih?”
Karena selama ini ia tumbuh dalam tarbiyah dan medan harakah ia tidak bisa lagi tutup mata bersikap cuek, apatis atau masa bodoh dengan persoalan-persoalan umat Islam baik skala nasional maupun internasional.

Tantangan-tantangan eksternal umat Islam benar-benar membuatnya geram. Ia sadar benar adanya makar atau konspirasi internasional yang senantiasa menghadang umat Islam (QS. 8:30, 2:120, 2:109, 2:217, 3:118 dan 4:76). Ia pun paham, nubuat atau prediksi Rasulullah SAW bahwa akan tiba suatu masa di mana umat Islam akan menjadi mangsa empuk yang diperebutkan musuh-musuh Islam. Hal itu disebabkan karena umat Islam hanya unggul secara kuantitas tetapi minim dari segi kualitas sehingga membuat mereka tidak lagi disegani oleh musuh-musuh Islam. Ditambah lagi mereka mengidap penyakit wahn yakni cinta dunia dengan cinta yang berlebihan dan takut mati.

Berita-berita di media massa maupun tayangan berita di layar teve kerap membuatnya menangis dan sekaligus ingin memekik menyaksikan kezhaliman Israel Yahudi dan antek-anteknya yang kian merajalela di dunia Islam. Ia ingin berbuat…, ia ingin berdakwah…, ia ingin bergerak….

Namun apa daya persoalan internal yang dihadapi belum juga beres. Selama ini ia sudah bekerja keras menyeimbangkan tugasnya di dalam rumah tangga dengan aktivitas mengikuti ta’lim, mengisi ta’lim, mengikuti baksos untuk orang-orang yang terkena musibah banjir karena jika tidak sigap para missionaris begitu cekatan membantu dengan sekaligus paket pembaptisan. Tetapi rupanya sifat ananiyah (egoisme) dan sense of belonging (rasa kepemilikan) suaminya begitu besar. Tiba-tiba saja ia diminta menghentikan semua aktivitas amal shalehnya dan berdiam di rumah melayaninya dan anak-anak sebagai jalan pintas menuju surga, “Kamu tidak usah repot-repot ngurusin orang, sementara ada jalan pintas menuju surga dengan berbakti pada suami dan keluarga.” akhwat ini pun sebenarnya tak ingin membantah perkataan suaminya, karena ia juga tahu kebenaran tentang besarnya pahala berkhidmat di rumah tangga. Namun apa jadinya dengan sebuah dunia luar yang ingin ia sediakan sebagai bi’ah yang baik bagi anak-anaknya, generasi mendatang. Bukankah ia harus ikut juga berperan untuk itu. Apalagi selama ini ia meniatkan pernikahan adalah satu noktah dari garis perjuangan yang panjang, sehingga menikah harusnya justru akan meningkatkan perjuangannya. Kenyataannya?

Ia sering merasa sedih sementara ia dan banyak akhwat lainnya masih berkutat dengan urusan-urusan internal, para wanita feminis, marxis, liberalis dan missionaris begitu gegap gempita dengan kiprahnya. Mereka memang kecil, sedikit tetapi terorganisir rapi dan memiliki link atau jaringan internasional yang kuat.

Hal tersebut juga terungkap dari pengalaman langsung Yusuf Qardhawi saat berinteraksi dengan para akhwat di Mesir dan Aljazair. Ia banyak menemukan ukhti-ukhti daiyah atau akhwat daiyah yang gesit dan aktif di medan haraki sebelum menikah, tetapi setelah menikah dengan ikhwah yang juga dikenalnya melalui dakwah ia dilarang aktif atau tidak diridhai keluar rumah. Suami-suami seperti ini telah mematikan bara api yang semula menyala menerangi jalan bagi putri-putri Islam.

Sampai ada gadis aktivis dakwah di Aljazair yang menulis surat kepada beliau menanyakan apakah haram hukumnya bila ia melakukan mogok kawin karena takut bila menikah akan menyebabkannya tercabut dari jalan dakwah.

Beberapa akhwat yang pernah penulis temui seusai acara liqa’at ruhiyah akhwat di masjid Al Azhar Jakarta mengutarakan bahwa belakangan ini mereka semakin takwa saja. “Oh ya?”, tanya penulis, berharap itu bahwa dampak positif ikut pertemuan tersebut. “Iya mbak, makin takwa makin takut walimah. Habis takut dapat suami ikhwah yang picik sehingga kita tidak bisa merasakan lagi nikmatnya pertemuan-pertemuan seperti ini.” “Oooh…” gumam penulis, lalu beristighfar berulang kali.

Setiap akhwat insya Allah menyadari bahwa kewajiban terhadap suami dan anak-anak adalah tarikan fitrah yang memang berguna memagarinya agar tidak melesat keluar dari garis fitrahnya selaku istri dan ibu.

Tetapi haruskah hal itu dibenturkan dengan keinginan suci berjihad membela agama Allah? Bahkan Allah SWT berfirman dalam QS. at Taubah ayat 24, bahwa cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya harus diprioritaskan di atas segala-galanya termasuk di atas suami dan anak-anak.

Bagaimana halnya dengan wanita-wanita Afghanistan yang ditemui Zainab al Ghazali di barak-barak pengungsi di Pakistan saat invasi Uni Soviet dulu, mereka telah mempersembahkan segala-galanya, suami, anak-anak, harta dan tanah air mereka demi perjuangan tetapi mereka masih lagi bertanya, “Apa lagi yang bisa kami berikan, korbankan untuk jihad fisabilillah, ya Ibu?” Zainab al Ghazali menjawab dengan penuh rasa haru, “Ada…, kalian masih senantiasa memiliki cinta. Berikanlah cinta, simpati dan doa kalian untuk setiap mujahid yang berjuang di jalan Allah.” Subhanallah! Adakah yang salah dengan mereka, dengan obsesi-obsesi mereka yang luar biasa untuk habis-habisan di jalan Allah?

Belum lagi kisah-kisah indah yang terukir di periode awal Islam ketika Khansa mempersembahkan semua putranya sebagai syuhada di jalan Allah dan bersedih karena tak memiliki lagi putra yang akan dipersembahkannya di jalan Allah.

Begitu pula saling dukung di antara Ummu Sulaim dan abu Thalhah. Agar suaminya tak gundah dan menunda keberangkatannya untuk jihad di jalan Allah, Ummu Sulaim yang hamil tua pun ikut ke medan jihad.

Demikian juga Asma binti Abu Bakar yang sedang mengandung Abdullah bin Zubeir. Di saat hamil tua itu ia berjihad membantu proses hijrah yang sangat luar biasa beratnya. Zubeir bin Awwam sang suami ikut mendukung dan tidak protes, “Ah Asma, kamu tidak realistis, hamil tua seperti ini ikut dalam misi yang sangat berbahaya.”

System Islam yang tegak begitu mendukung kiprah perjuangan muslimah, ditambah team work dan dukungan yang baik di dalam keluarga inti dan dilengkapi pula dukungan sinergis dari komunitas yang ada saat itu. Di saat-saat perang, wanita dan anak-anak yang ikut dikumpulkan di satu tempat dan dikawal ketat oleh beberapa petugas. Dan muslimah-muslimah yang bertugas sebagai tenaga medis dan dapur umum dapat berjihad dengan tenang, sementara anak-anak mereka dijaga oleh wanita-wanita yang sedang tidak bertugas ke medan jihad.

Melihat kisah-kisah indah di atas, seharusnya tak ada ruang tersisa bagi keegoisan dan keapatisan dari ikhwah maupun akhwat.

Kisah-kisah tersebut mengajarkan pada kita dua tugas mulia yakni berbakti di dalam rumah tangga dan berjihad di jalan Allah bukan dua hal yang harus dibenturkan atau dipertentangkan satu sama lain. Dan kebajikan yang satu tak harus meliquidir kebajikan yang lainnya, melainkan menjadi sesuatu yang seiring sejalan secara sinergis.

Sehingga tak ada lagi cerita akhwat yang dipojokkan dan menjadi memiliki guilty feeling (perasaan bersalah), “Ah, dia terlalu aktif sih… jadi anak-anaknya tak terurus.” Atau, “Awas, lho…. Jangan aktif-aktif, nanti suaminya diambil orang.”

Ironis memang, sesama muslimah yang harusnya saling membantu dan mendukung malah memojokkan dan menakut-nakuti kaumnya sendiri yang aktif di medan haraki. Sementara wanita-wanita feminis, marxis, lebaris kompak bersatu menyebarkan kemungkaran.

Tetapi akhwat tak boleh menyerah. Ia memang tak perlu segera menyalahkan pihak-pihak lain yang kurang atau tidak mendukung. Lebih baik ia berpikir positif membangun citra diri akhwat muslimah yang baik, berjiddiyah menjaga keseimbangan dan memiliki kemampuan mengatur skala prioritas. Ia juga harus memiliki kondisi fisik, aqliyah dan ruhiyah yang prima karena ia bekerja di luar kelaziman wanita-wanita lain pada umumnya. Karena ia tidak egois, karena ia memikirkan umat, karena ia punya cita-cita mulia yakni menegakkan syariat Islam dan tentu saja …. karena ia ingin masuk surga dengan jihad di jalan-Nya.

Kisah-kisah indah dalam sirah memang perlu sebagai batu pijakan. Sejarah dapat menjadi sumber inspirasi dan ibrah. Tetapi kita tidak bisa berhenti hanya pada nostalgia-nostalgia kejayaan masa silam, seperti: “Enak ya di zaman Rasulullah wanita benar-benar dihargai dan diberi kesempatan ikut berkiprah dan berjuang. Senang ya, para wanitanya juga saling dukung…”

Secara waqi’, riil yang kini kita lihat dan hadapi adalah kondisi realitas kontemporer yang penuh dengan tantangan-tantangan global. Era globalisasi membuat the world has turned into a small village, dunia sudah berubah menjadi sebuah desa kecil. Laiknya sebuah desa kecil proses interaksi dan saling mempengaruhi terjadi begitu intensif, apalagi teknologi informasi yang berkembang pesat kadang membuat dunia Islam dibanjiri informasi seperti air bah yang juga membawa kotoran-kotoran. Tanpa proses filterisasi, bagaimana jadinya anak-anak kita, wajah generasi mendatang.

Dapatkah kita bersikap apatis pada lingkungan dan dunia luar? Sementara al insan ibnul bi’ah (manusia anak atau bentukan lingkungannya). Jika kita tidak ikut berjuang menghadirkan sebuah lingkungan yang kondusif bagi keimanan dan ketakwaan serta keshalihan anak-anak kita, bagaimana kelak pertanggungjawaban kita kelak di hadapan Allah SWT?

Bukankah Rasulullah pernah mengingatkan para orangtua, “Didiklah anakmu karena ia akan hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu”. Seorang wartawati muslimah yang menghadiri konferensi wanita sedunia yang diselenggarakan PBB tahun 1995 di Beijing mengatakan bahwa konferensi ini merupakan sebuah perang mahal (menghabiskan dana sekitar 68,7 milyar rupiah), besar (dihadiri 25.000 orang dari sekitar 170 negara) dan berbahaya walau tanpa senjata dan luka.

Karena selain menjadi ajang pertarungan kepentingan-kepentngan politik individu-individu dan negara-negara tertentu, serta konflik berkepanjangan antara negara-negara maju (utara) dan negara-negara berkembang (selatan), juga menjadi sarana bagi para penganut paham everything goes (permisivisme) untuk meluluhlantakkan nilai-nilai suci kehidupan perkawinan dan keluarga.

Mereka menghendaki pasangan-pasangan lesbi ataupun gay juga diakui bentuk keluarga yang normal dan sah karena kebebasan orientasi seksual (apakah hetero atau homo) adalah hak asasi. Mereka juga menghendaki legalisasi aborsi dan pendidikan seks yang independen tanpa campur tangan orang tua bagi remaja.

Melihat begitu berat dan kompleksnya tantangan zaman saat ini, dimana akhwat? Haruskah ia tinggal diam, aman dan suci di rumahnya yang indah dan nyaman sementara dunia terus menjadi bobrok dan mengalami proses pembusukan?

Bukankah seharusnya kita takut jika berhenti menjadi wanita shalihah belaka tetapi tidak mushlihah yang melakukan ishlahul ummah. Karena pernah ada satu negri yang akan dihancurkan Allah seperti yang ada dalam QS. 7:4-5, malaikat berucap bahwa masih ada satu orang shalih yang berdzikir, Allah SWT tetap menyuruh negri itu dihancurkan dan justru dimulai dari orang yang shalih tersebut.

Hendaknya kita juga mawas diri terhhadap firman Allah QS. 25:30 bahwa kita harus takut terhadap bencana yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja. Jika kita bersikap pasif dan defensif dalam melihat kemungkinan-kemungkinan di depan mata, kita (seperti dikatakan dalam sebuah hadits) seperti berada di sebuah kapal besar dan berdiam diri melihat orang-orang sibuk melubangi kapal tersebut sehingga akhirnya kita ikut karam bersama kapal tersebut.

Akankah kita terus tinggal diam karena sibuk berkutat dengan urusan keluarga dan dalam negeri yang tak pernah selesai? Percayalah bahwa Allah akan menolong semua urusan kita termasuk keluarga kita jika kita menolong agama Allah (QS. 47:7) karena keberkahan, khairu katsir (kebaikan yang banyak) akan senantiasa melingkupi perjalanan hidup seorang akhwat.



Selasa, 09 November 2010

Bidadari Surga pun Cemburu Padamu, duhai ukhti sholihah....

Bismillaahirrohmaanirrohiiim.....

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Di tengah hiruk pikuk kedatangan mr.obama ke kampusku dan kesempatan liburan mendadak karenanya, ingin rasa hati merangkai kata demi kata, menyusun baris demi baris kalimat, meski tak sempurna namun inilah persembahan hati teruntuk muslimah nan selalu mempesona....



Duhai ukhti,
Senyummu mampu tenangkan hati yang gelisah dideru ombak di lautan,,
tutur katamu lembut menyentuh kalbu,
namun tetap tegas manjaga izzah di hadapan ikhwan,
perangaimu mempesona, kesederhanaan membuatmu tampak semakin istimewa...
Bukan emas permata yang menghiasimu, tapi air wudhu yang memancarkan cahaya di wajahmu, begitu menyilaukan...
Bukan bermahkotakan berlian yang meninggikan kehormatanmu, tapi jilbab lebar dan pakaian yang menutupp rapi seluruh auratmu... sangat mempersona....

Hijab diri, hijab hati, amat rapi membalutmu duhai ukhti, tak kau biarkan lelaki bebas memandangmu, tak kau biarkan pria menyentuhmu, tak kau biarkan ikhwan mengotori hatimu yang suci...

Pandanganmu lekat penuh kehangatan kepada saudarimu namun tertunduk pada lawan jenis yang bukan mahrammu....

Lincah gerakmu, cepat pergerakanmu, medan dakwah kau terjang meski harus berhadapan dengan onak duri dan kejamnya fitnah.... semua kau lalui dengan ikhlas tanpa banyak mengeluh... hanya senyum terindah yang kau hadiahkan kepada mereka yang ada di sekitarmu...

Amanah yang kau pikul membuatmu semakin terlihat kurus, ukhti... meski aktivitasmu begitu padat namun shaum sunnah tak pernah kau tinggalkan...
Di 2/3 malam yang dingin, di saat sebagian besar manusia terlelap dalam mimpi indah, dirimu yang sudah teramat lelah malah terbangun, menunaikan shalat qiyamullail, bermunajat kepada Rabb-mu, memohon kekuatan atas setiap beban yang tengah kau pikul... Memohon energi untuk menjalani hari-hari yang semakin berat... Menangis mengadu, hanya kepada Allah-lah seorang ukhti mengadu, memohon pertolongan, memohon kekuatan, bersandar.. karena Dia-lah satu-satunya tempat bersandar...

Ukhti,, bibirmu tak pernah kering dari dzikrullah, selalu mengingat Rabb-nya dimanapun dirimu berada,, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an mengalir lancar dari mulutmu, tilawahmu tak pernah kurang dari 1 juz/ harinya... 

Ukhti, harimu begitu padat, ada yang sibuk menimba ilmu di bangku sekolah, ada yang sibuk menimba ilmu di bangku kuliah, ada yang sibuk mengais rezeki di kantor-kantor, ada yang sibuk mendulang rezeki dari usaha dagangnya.. Kalian sungguh sibuk, namun nafas dakwah tak pernah terpisah dari kehidupan kalian,, amanah dakwah yang kalian emban amatlah berat, kalian para ADS, ADK, ADM, mentor, murobbiyah, ustadzhah, dan berbagai peran yang kalian jalani...

Semua kalian jalani dengan tawadzun, tanpa melupakan dakwah di keluarga sendiri,, kalian ummahat pencetak generasi Robbani, kalian kakak yang mampu membina adik-adiknya mengenal indahnya Islam dengan kasih sayang, kalian adik manis yang mampu mengajak kakak-kakaknya menjalankan syariat Islam, kalian anak yang mampu membujuk orangtuanya mengaji bersama dan membuat program-program keluarga yang Islami, kalian juga istri yang mampu menyokong aktivitas dan produktivitas dakwah suaminya, kalian benar-benar membuat para bidadari surga cemburu...

Hadirmu selalu dinanti, saat kau pergi semua merindukan kembalimu..., sungguh berarti keberadaamu duhai ukhti sholihah...

Ukhti,, lembut perangaimu, jujur kata-katamu, terjaga lisanmu, hangat senyummu, lincah gerakmu, lurus akidahmu, indah akhlakmu, terjaga ibadahmu, sungguh istimewa dirimu.... Engkau bahkan lebih baik dari bidadari surga, ukhti.....

Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,

“Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”
Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.”

Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al-waqi’ah : 23)
Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”

Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Ar-Rahman : 70)
Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”

Saya berkata lagi,  "Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49)
Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”

Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37)
Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”

Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”

Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”

Diriwayatkan dalam hadits marfu,oleh Ibnu Mubarak dari Rusydin dari Ibnu An’am dari Hibban bin Abi Jablah,dia berkata: ‘sesungguhnya wanita dunia yang masuk surga akan lebih baik dari bidadari karena amalnya di dunia”.

“sedangkan Al-Qurthubi sendiri,sesungguhnya pendapat yang mengatakan wanita dunia itu lebih baik dari bidadari merupakan pendapat yang paling kuat dan benar. sebab,wanita yang beriman :
1. merasakan lelah dan sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah;
2. sabar dalam menghadapi musibah; dan
3. bersabar atas kemaksiatan.
adapun bidadari adalah makhluk di surga. Mereka tidak pernah ditimpa musibah, digoda maksiat yang melalaikan dari ketaatan kepada Allah, atau bersabar menghadapi suami yang tidak baik melarangnya memakai jilbab dan memerintahkan untuk berdandan”.

Sedangkan keutamaan (pahala) itu tergantung dari kadar kesulitan (masyaqqah).


Bagaimana mungkin bidadari lebih utama dari mereka yang diperintahkan untuk beribadah dan bersosialisasi (mu’amalah),yang selalu di katakan kepada mereka,”lakukan”atau,”jangan lakukan” ! Dan Allah berfirman, yang artinya : “sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan”. (QS.Al-Waaqi’ah:24).

Tidaklah heran jika seorang akhwat rela "menjual" dirinya kepada Allah, terjun ke medan dakwah mengorbankan tenaga, waktu, harta, jiwa dan raganya demi kemuliaan ini.. Ini adalah soal pilihan, pilihan paling sadar untuk menjadi penonton, atau menjadi komentator, atau menjadi objek dakwah, atau menjadi pelaku/ aktornya, atau justru menjadi musuh dalam dakwah ini??? Saudariku, dimanakah posisimu saat ini?

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.  janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya  daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah : 111)

Kerja dakwah adalah kontrak kerja tanpa batas waktu, kontrak seumur hidup yang tak mengenal kata pensiun; bukan berlangsung selama masih lajang dan berakhir ketika telah menikah! bukan pula semasa masih hidup miskin dan serba susah lalu meninggalkannya ketika sudah kaya dan hidup senang! dan juga bukan hanya bergabung di masa senang tetapi mundur ketika mendapat ujian! INI MASALAH KOMITMENMU KEPADA ISLAM DAN PERGERAKANNYA!!!

Berbahagialah muslimah yang telah membuat para bidadari di surga cemburu, mereka yang istiqomah hingga kakinya menapaki surga, mereka yang tetap produktif dalam aktivitas dakwahnya dalam segala kondisi, berat maupun ringan, saat lajang maupun telah menikah,, saat sibuk maupun luang, mereka yang memanfaatkan setiap detik daam hidupnya, mereka yang tak pernah menyia-nyiakan setiap anugerah detak jantung dan hembusan nafas dengan kelalaian.. Ukhti,,, tetaplah istiqomah.....


"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS.At taubah:41)

Afwan jika terselip kata yang kurang berkenan, sesungguhnya kebenaran itu hanyalah milik Allah dan segala khilaf adalah milik saya si insan dhoif ini, semoga para muslimah, saudari-saudariku tercinta adalah wanita-wanita yang dirindukan surga, wanita-wanita yang dicemburui oleh para bidadari surga karena ketaatannya...

Bunga Karang, di hari pahlawan, karena ibuku adalah pahlawanku, karena wanita adalah pemulia kehidupan, karena wanita adalah pahlawan bagi hidup kita... karena kita semua terlahir dari rahim seorang wanita, karena pengorbanan jiwa raga  mereka maka gelar pahlawan sangat tepat disandingkan kepada mereka para wanita yang mulia...

10 November 2010

Itu Obama pidato di balairung UI cuman setengah jam doang? Ga pake sesi tanya-jawab tuh?? Ah, kecewa saya... Buat anak HI yang kemaren ngedumel gara2 ga dapet undangan, nyantai bro! Ga dikasih kesempatan nanya2 jg, dateng juga ga ngaruh, list pertanyaanmu ga bisa disampaikan jg sih, ga asik ah! Pidato setengah jam bikin UI libur 1,5 hari, ih, wow!

Minggu, 07 November 2010

WANITAKU PEMULIAKU

Link

"Jangan pernah anda pisahkan antara karir dan keluarga. Keluarga yang bahagia dan sejahtera adalah karir yang terbaik."

Sehingga wanita tidak boleh melihat keluarga sebagai bukan karir. Seorang anak akan lebih bangga jika ibunya seorang profesor yang merawat dia langsung, daripada seorang profesor yang dengan baik merawat anak orang lain dan menyerahkan anaknya kepada wanita lain, yang tidak dengan sungguh2 merawatnya.

Wanita itu sebagai pemulia kehidupan, tidak boleh dia melihat karir hanya sebagai tambahan uang diluar, itu sebagai cara untuk menjadikan dirinya mulia.

Setelah anda menikah, janganlah pandangan mata anda terpisah dari satu sama lain. Semakin dekat anda dengannya, semakin anda hidup lebih baik.

Karir pertama kita adalah keluarga, karena tidak ada keberhasilan yang disebut berhasil, tanpa keluarga yang damai dan sejahtera. (MT)

Orang yang yang dalam hidupnya menghindar dari suatu masalah, akan ditemukan masalah yang sama. Bukan karena Tuhan senang menyiksa kita, tetapi Tuhan menginginkan kita naik kelas. (Mario Teguh)

WANITAKU PEMULIAKU

Rating:★★★★
Category:Other
Mario Teguh - Golden Ways

Sahabat Indonesia yang besar cita-citanya, yang sedang menjadikan dirinya pantas bagi besarnya cita-cita. berikut adalah resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV dengan Topik “Wanitaku Pemuliaku”. Seorang wanita seharusnya menjadi pemandangan terindah bagi yang melihatnya. Sehingga apabila dia sebagai diri sendiri saja sudah indah, apalagi jika dia berdiri disamping pria, dan membuat pria disebelahnya itu berpendar karena kemuliaan wanita itu. Berikut resume lengkap yang bisa kami catat:

Untuk para wanita Indonesia, jika anda tidak menghormati pria didalam kehidupan anda (Ayah, saudara laki-laki atau suami) mau apa lagi?, tentunya tidak ada pilihan lain. Sama seperti halnya jika anda tidak mau melakukan yang terbaik dari yang anda lakukan, anda mau jadi apa?.

Perhatikanlah semua keluhan hidup berasal dari dihargainya kita sebagai orang rata-rata. Kita tidak suka disebut orang rata-rata dikenali hanya sebagai angka, dibayar rata-rata, pdahal semua kita merasa memiliki jiwa yang khusus dalam kehidupan ini.

Maka ambilah salah satu peran dalam kehidupan ini sebagai wanita pemulia pria dalam kehidupan kita.

Seorang wanita seharusnya menjadi pemandangan terindah bagi yang melihatnya. Sehingga apabila dia sebagai diri sendiri saja sudah indah, apalagi jika dia berdiri disamping pria, dan membuat pria disebelahnya itu berpendar karena kemuliaan wanita itu.

Ungkapan wanita sebagai pemulia pria jangan dianggap sebagai sex, gender,atau hanya memberikan beban kepada wanita. Karena wanita yang memuliakan pria menjadi wanita yang mulia dalam kehidupan.

Dan karena semua kelahiran itu dilakukan oleh wanita, maka wanita yang memuliakan pria, ia memuliakan kehidupan. Itu bukan peran sederhana, dan jangan dianggap hanya sebagai urusan sex, beban atau gender.

Wanita itu pemulia kehidupan, sehingga marilah kita untuk tidak melihat diri sendiri sebagai orang yang hanya tinggal dirumah saja. Atau yang mencari uang dikantor saja. Atau yang sekolah tinggi-tinggi lalu menyesal karena tidak bekerja. Ada wanita yang tidak sekolah, tetapi sangat confidence untuk membesarkan suami dan anak-anaknya.

Jadi tugas wanita sebagai pemulia kehidupan, wanita harus tegas kepada yang baik baginya. Dan didalam budaya kita, wanita paling rentan terhadap kesan. So, tuntunan budaya kita, sangat banyak wanita yang berperan sebagai pemulia kehidupan.

Alat hanya sebaik yang menggunakannya. Jika wanita dipandang sebagai alat untuk memuliakan, maka semua dari kita adalah alat bagi Tuhan.

Wanita yang tidak diberdayakan pria untuk diberdayakan, maka tidak akan memberdayakan apapun, sehingga yang rugi adalah prianya.

Sehingga bagi para pria ambilah keuntungan dari dihadiahkannya seorang wanita yang bersedia menemani kita dalam kehidupan.

Seorang wanita jika tidak mau menikah dengan kita, mungkin saja mendapatkan suami yang lebih tampan, lebih kaya dari kita, atau sebaliknya.

Jadi selalu ada kemungkinan didalam setiap keputusan. Jika seorang wanita bersedia menikah bersama seorang pria, berarti dia bersedia menua dengan laki-laki itu. Maka laki-laki itu sangat aniaya kalau menjadikan wanita yang bersedia menua bersamanya, tidak memuliakan kehidupan.

Logikanya, jika kita tidak bisa merawat wanita itu, mungkin saja wanita itu dirawat oleh pria yang lebih baik. Juga untuk para wanita yang meniya-nyiakan suaminya, jika dulu anda tidak menikah dengannya; juga bisa saja ia menikah dengan wanita yang lebih baik, lebih cantik, lebih gemulai dari anda.

Untuk itu sebuah pasangan wanita dan pria, itu bukan sebuah beban bagi satu sama lain. Tetapi tugas bersama-sama untuk memuliakan kehidupan.

Untuk para wanita yang merasa dirinya berhak menikah dengan pria yang lebih baik daripada prianya sekarang, harus bertanya apakah anda telah menjadi wanita yang terbaik baginya?.

Banyak diantara kita melihat dirinya sebagai korban, tidak melihat bahwa pasangan hidup kita juga berharap, anda menjadi wanita yang terbaik baginya.

Jadi, sebelum kita memvonis kualitas pasangan kita, cek terlebih dahulu apakah anda telah menjadi pasangan terbaik bagi pasangan anda?.

Untuk para pria, istri anda adalah cermin, dia tidak menampilkan kecuali yang dilihatnya. Jadi kalau seorang suami berdiri didepan sebuah cermin, maka yang dikatan oleh seorang istri sebagai komentar adalah yang dilihatnya.

Banyak pria yang marah karena dicurigai istrinya, tetapi tanpa sadar ia memberikan alasan untuk dicurigai. Jadi kalau tidak sengaja saja, kita diperlakukan sebagai terhukum, apalagi jika tidak bisa menjaga pandangan mata, tidak menjaga candaan, tidak menjaga yang kita baca. Semua itu bisa dijadikan alasan untuk bisa mempercayai atau tidak.

Untuk suami dan istri, jika tidak mendamaikan, itu pasti ada sesuatu yang harus diperbaiki. Kalau yang anda lakukan kepada suami tidak mendamaikan pasti harus diperbaiki, begitupun sebaliknya.

Untuk pasangan suami istri, ketika anda sudah menikah, jika tidak membahagiakan mau apa lagi?. Tidak ada pilihan lain kecuali saling membahagiakan.

Orang yang yang dalam hidupnya menghindar dari suatu masalah, akan ditemukan masalah yang sama. Bukan karena Tuhan senang menyiksa kita, tetapi Tuhan menginginkan kita naik kelas.

Satu masalah kita selesaikan, supaya kita pantas bagi masalah yang lebih besar. Didalam keluargapun ada tanda2 bahwa kita sedang diangkat melalui masalah. Jika ada masalah dalam rumah tangga itu adalah untuk menaikkan dua-duanya.

Tidak mungkin masalah itu menurunkan, bahkan kesalahan2 seperti ketidak-jujuran, ketidak-tulusan, itu membuat orang disadarkan dulu untuk kemudian bisa naik.

Jadi jika masalah itu pembaik, yang menjadikan kita baik, maka sambutlah asalah itu dengan ramah. Karena masalah adalah rahmat yang rasanya tidak kita sukai.

Maka orang yang tidak dikasih masalah, ia tidak tumbuh. Jadi orang yang dikasih masalah sedang disuruh untuk
tumbuh, walaupun ia tidak suka dari rasanya itu.

Jadi mulai sekarang kalau ada masalah, maka ucapkan “Terimakasih Tuhan, karena Engkau telah memberikan kesempatan untuk naik kelas, kalau aku ada salah2 bereaksi, mohon maaf karena aku tidak suka rasanya. Tapi aku ikhlas menerimanya sebagai cara untuk meningkatkan kelasku”.

Jangan pernah anda pisahkan antara karir dan keluarga. Keluarga yang bahagia dan sejahtera adalah karir yang terbaik. Apa tujuan anda jika jadi direktur utama sebuah bank, jika tidak menjadikan istri anda mulia, sebagai istri dari direktur utama bank, dan menjadikan anaknya terdidik serta terlindungi, karena anak dari seorang yang besar.

Sehingga wanita tidak boleh melihat keluarga sebagai bukan karir. Seorang anak akan lebih bangga jika ibunya seorang profesor yang merawat dia langsung, daripada seorang profesor yang dengan baik merawat anak orang lain dan menyerahkan anaknya kepada wanita lain, yang tidak dengan sungguh2 merawatnya.

Wanita itu sebagai pemulia kehidupan, tidak boleh dia melihat hanya sebagai tambahan uang diluar, itu sebagai cara untuk menjadikan dirinya mulia.

Setelah anda menikah, janganlah pandangan mata anda terpisah dari satu sama lain. Semakin dekat anda dengannya, semakin anda hidup lebih baik.

Karir pertama kita adalah keluarga, karena tidak ada keberhasilan yang disebut berhasil, tanpa keluarga yang damai dan seahtera.

Jika anda menginginkan satu ruangan bersih, caranya adalah dengan mencegah yang tidak bersih masuk. Cara yang efektif untuk kita tidak takut adalah jangan takut.

Jawaban terbaik akan selalu sederhana, tetapi pelaksanaannya tidak sederhana. Bagaimana caranya supaya kita bisa
berbahagia?. Jangan memasukan hal2 yang tidak membahagiakan. Hal2 yang tidak membahagiakan seperti marah, cemburu, curiga, bohong, ingkar, pelit, galak, cemberut, malas, bau, egois dan masih banyak lagi.

Hal tersebut adalah yang menjadikan kebahagiaan terdesak keluar, karena satu tempat hanya bisa diisi oleh satu hal. Maka hati yang diisi dengan hal2 yang baik, tidak punya tempat bagi hal2 yang tidak baik.

Jadi jika anda ingin baik, utamakanlah yang baik sebagai pengisi hati termasuk menduga yang baik. Karena kita lebih baik salah-benar daripada salah-salah.

Jika orang kita curigai baik ternyata salah ini namanya salah benar, karena menduga orang baik. Kalau kita menduga orang buruk ternyata dia baik, ini namanya salah-salah.

Banyak orang tidak maksimal hidupnya karena dia mencurigai yang baik baginya. Kalau anda menerima nasihat baik,
anda tidak mau melakukan dengan alasan butuh waktu.

Maka nasehatnya, anda melakukan atau tidak melakukan, anda tetap butuh waktu. Jadi kalau anda mau berbahagia, gunakanlah hal2 yang baik sebagai pengisi hati.

Untuk pria, jangan salahkan wanita kalau ia memilih yang terbaik diantara kita. Karena ia ingin punya anak yang ayahnya mampu. Jadi bukan anda yang memilih wanita, tapi pantaskanlah diri anda untuk dipilih oleh wanita2 terbaik.

Maka tampilah yang anggun dan damai, berhasil-lah dalam karir. Maka anda akan menjadi pilihan wanita2 terbaik.

Anda sebagai pria, tidak bisa membebaskan diri dari kehidupan yang tidak dimuliakan wanita. Karena kita harus dibesarkan oleh wanita, baik itu ibu, nenek ataupun saudara perempuan atau terutama istri.

Maka jadikanlah anda pribadi yang pantas dimuliakan wanita. Program ‘Wanitaku Pemuliaku’ bukan hanya berfokus pada wanita, tetapi juga berfokus pada pria yang pantas dimuliakan, dan pria yang memuliakan istri untuk memuliakannya.

Sama sekali tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi, karena selalu wanita lebih tinggi dari pria. Sebagai bukti
bahwa wanita dimulaikan, kita diajarkan tingkatan penghormatan seorang anak dan tingkatannya Ibu ada diatas, sampai disebutkan tiga kali, baru kemudian ayah.

Maka marilah kita putuskan sebagai pribadi yang ikhlas dulu sebagai pribadi baik. Jangan syaratkan orang baik dulu, sebelum kita menjadi baik. Karena tidak mungkin pribadi baik dihadiahkan kehidupan yang baik. Tuhan Maha Adil, dan kita-lah yang bertanggung jawab bagi upaya pemuliaan kehidupan.

Maka dimanapun anda menemui wanita, baik itu keluarga atau bukan, anggaplah dia wanita yang memuliakan keluarganya. Sehingga apabila anda memperlakukan wanita dalam kehidupan ini sebagai pemulia, sebetulnya anda telah memuliakan kehidupan.

Demikian resume dari acara Mario Teguh Golden Ways dengan Topik “Wanitaku Pemuliaku”. Jika sekiranya didapati kekurangan – suatu kebahagiaan bagi kami, apabila sahabat sekalian berkenan mengoreksi serta menyempurnakannya.


Kamis, 04 November 2010

Runner Up Putri Indonesia 2010

Pertengahan September 2010, langkah kakiku ke kampus mengalami pergeseran misi,, dengan status baru, kembali menjadi mahasiswa... Hari pertama, sekilas ku pandangi teman-teman sekelasku,, detik itu pun aku mulai tertunduk menyadari betapa bocahnya aku ,, sekilas mereka tampak sangat matang dan berpengalaman dalam karirnya.. Tapi mataku tak henti memburu mereka yang sepertinya sebaya denganku... Ternyata ada... yaaa... beberapa dari mereka masih ada yang sebaya denganku. Alhamdulillah, meski dikelilingi ibu-ibu (banyak ibu hamilnya lagi) dan bapak-bapak, tapi masih ada juga bocah-bocah sepertiku, hehe.... Rasa asing mulai memudar, mulai bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru,,,

Di hari kamis, saatnya kuliah mata kuliah jurusan,, sekelasnya terdiri atas 2 jurusan yang total mahasiswanya hanya 12 orang. Memasuki kelas dengan bingung karena yang tampak hanya wajah-wajah asing, mereka belum ku temui di kuliah hari-hari sebelumnya.. Sepintas tetap didominasi bapak-bapak dan ibu-ibu.. eits, tapi ada seseorang yang sangat menarik,, wanita cantiiiiiiiikkkkkkkkkkkkk... wajahnya terlihat seperti orang asing,, putih dan tinggi,, aku hanya berani menatap dia yang sendiri tanpa berani menyapanya... Sejenak berkenalan dengan mahasiswa lain,, tapi dia tetap dalam kesendiriannya.

Tak lama si prof masuk kelas,, beliau meminta kami untuk memperkenalkan diri satu per satu, walaupun aku tak diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri, karena si prof langsung yang memperkenalkan identitas lengkapku ke mahasiswa yang lain,, malu jugaaaa ternyata beliau sudah sangat mengenalku ... Sampailah pada dia, wanita muda yang kami kira bule itu ternyata seorang wanita jogja yang pandai berbahasa jawa, seorang dokter lulusan UPH yang memiliki klinik di daerah Pondok Indah. Hoooo,, kami semua salah sangka dari tadi, dikira mahasiswa dari luar negeri ....


Keesokan harinya, di kelas lain aku sekelas lagi dengannya, karena sudah berkenalan, komunikasi kami jadi lebih cair. Sebelum meninggalkan kelas, dia sempat meminta no. ponselku dan menitipkan sebuah pesan, "bunga, 2 minggu ke depan aku ga bisa masuk kuliah,"

ooh, baiklah... aku tak banyak tanya, hanya mengiyakan saja....

Setelah hari itu ia tak pernah hadir lagi, 2 minggu sudah berlalu tapi dia tak kunjung masuk kuliah, kemanakah gerangan dia???

Tiba-tiba di kelas si prof berucap, "kemana putri indonesia kita? masih dikarantina?"

Teman-temanku yang lain ada yang menjawab, "runner up, prof... jadi putri lingkungan."

Untuk beberapa minggu kemudian aku belum mudeng dengan pembicaraan itu,, tapi hari ini aku baru tau, setelah bertanya pada seorang teman sekelas, ternyata dia,
Runner-up Puteri Indonesia Lingkungan 2010, Reisa Kartikasari,,,

Dasar diriku yang kuper, ga pernah nonton pemilihan putri indonesia, makanya ga tau, hahaha... Jadi maksud dia bilang 2 minggu ga akan masuk ternyata dia harus masuk karantina. Kan waktu itu dia belum terpilih jadi runner up yeee.... emang kapan sih pemilihannya?

Hmmmm,, putri lingkungan yaaa? pantes dia ambil kuliah di jurusan ini, jurusan yang aku ambil yang peminatnya sedikit banget, tapi pas banget dengan jabatannya sekarang...

Tapi tampaknya aku dan dia ga akan sekelas lagi deh,, setahun ini pasti dia sibuk dengan aktivitas barunya sebagai putri lingkungan, paling kalau dia mau melanjutkan kuliahnya, yaaa setelah lengser dari jabatan, dan saat itu mungkin aku sudah sibuk dengan penelitianku dan dia baru memulai kuliahnya... Baiklah... kapan-kapan kita bertemu lagi yaaa mba putri ups.. maksudnya mba reisa.... ,,


Rabu, 03 November 2010

Bukan sekedar bahasa dakwah, tapi bahasa dakwah yang terbaik

Rating:★★★
Category:Other
Strategi Dakwah

Jalanan kota Jakarta siang itu, seperti biasa, macet. Bus P 4 jurusan BlokM - Pulau Gadung penuh dengan penumpang. Bus itu penuh penumpang, sebagian diantaranya berdiri menggantung lengan. Bus merambat pelan seolah masih menyimpan banyak fasilitas tempat duduk yang kosong. Satu demi satu artis jalanan mulai unjuk gigi. Menghias panas terik mentari dengan lagu-lagu bertemakan sosial dan kemasyarakatan. Kadang di hiasi sindiran ala politikus, tapi kadang dinodai oleh lirik-lirik sendu yang kurang pantas dilantunkan.

Ada yang aneh terlihat. Seorang bapak-seperti dari Madura- setengah baya memakai batik, peci, dan sarung -khas pendatang baru- duduk di tepi jendela dengan tenang. Tetapi yang membuat semua penumpang terheran, bapak itu asyik menjulurkan tangannya ke luar jendela. Bukan sekali dua kali, tapi malah terus-terusan tanpa beban. Sementara penumpang lain mulai berteriak memberi peringatan.

"Pak, Hati-hati.. tangan bapak dimasukkan bisa patah kena mobil nanti," seru seorang ibu yang duduk di sebelahnya.

"Pak, kemarin ada peristiwa seperti itu. Tangan seorang kakek lepas saat terjulur keluar dan tersangkut pohon di tepi jalan.. hi.. ngeri," seorang lainnya ikut menakut-nakuti.

Pak Kondektur pun tak tinggal diam. Tampaknya kesabarannya sudah menipis, aksen batak pun menambah ketegangan.

"Bah, ini orang tak tahu di untung, kalo tak lepas itu tangan, matilah kau."

Tapi sang Bapak tak bergeming sedikitpun. Tangannya masih asyik terjulur dan mengayun-ayun di luar jendela. Sorot matanya yang lugu pun terkesan percaya diri. Seolah ia tahu apa yang dilakukan dan apa akibatnya. Sebenarnya apa yang ada di benak Bapak tersebut ?

Seorang ikhwan yang bergelantung agak jauh dari bapak tersebut segera bereaksi. Setelah mengamati gerak-gerik, sorot mata, dan mimik wajah tersebut, sang akhi ikut memperingatkan sang Bapak. Tapi peringatan ini lain dari seruan-seruan sebelumnya.

Dengan santun sang akhi berteriak, "Maaf Pak, kalau tangan bapak nggak di masukkan, nanti sayang lho kalo kena pohon, bisa hancur dan rusak pohonnya. Apalagi kalo kena tiang listrik, wah nanti tiangnya patah seluruh kota bisa padam listriknya Pak. Jadi saya usul dimasukkin saja pak tangannya, biar nggak terjadi kerusakan nantinya.... "

Mendengar usulan sang akhi tersebut, sang Bapak tampak tersenyum. Ia paham betul dengan peringatan tersebut. Nampaknya ia sepakat dengan sang akhi. Ia tidak ingin pohon-pohon dan tiang itu rusak karena ulah tangannya. Makanya dengan cepat ia tarik tangannya ke dalam bus kembali. Selesai persoalan semua penumpang menjadi lega. Sebagian lain tersenyum sambil berbisik-bisik menduga-duga.

"Oooo..ternyata Bapak ini dari tadi percaya diri karena yakin dengan kesaktian tangannya tooo.. Alah-alaaaaaaaah, untung tadi nggak jadi nabrak pohon."

Dalam berdakwah, kita juga harus tahu bahasa yang terbaik bagi setiap orang tentu berbeda, sesuai dengan latar belakang objek dakwah masing-masing. Bukan sekedar bahasa dakwah, tapi bahasa dakwah yang terbaik. Akh kita tadi, telah memberi contoh yang sedemikian nyata. Bisakah anda bayangkan jika tangan sakti sang Bapak terbentur sebuah pohon besar?

sumber: http://www.acehforum.or.id/archive/index.php/t-13018.html

PNS oh PNS

Persetujuan Pendaftaran

Bacalah pernyataan persetujuan di bawah ini

Pernyataan Anda

Dengan mengklik Setuju, berarti Anda telah menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Anda:

  1. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan;
  2. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri, atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
  3. Tidak berkedudukan sebagai Calon Pegawai Negeri / Pegawai Negeri;
  4. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah negara Republik Indonesia atau Negara lain yang ditentukan oleh pemerintah;
  5. Tidak menjadi pengurus dan/atau anggota partai politik.
  6. Bersedia dituntut di muka hukum serta bersedia menerima segala tindakan yang diambil oleh Pemerintah, apabila di kemudian hari terbukti pernyataan Anda ini tidak benar.

Silakan klik Setuju untuk mengkonfirmasi kesediaan Anda mendaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Lalu klik tombol Lanjut untuk melanjutkan ke pengisian formulir.


*hohoho.... ga jadi daftar deh, kan ga boleh bo'ong ,, cari peluang yang lain ajaaaaa.... hihihihi

Sampai detik ini saya masih bertanya-tanya, kenapa yaaa kok belakangan profesi sebagai PNS punya prestise tersendiri dan seolah jadi cita-cita tertinggi setiap orang dalam karirnya,,, kemana para manusia kreatif yang bukan sibuk mencari kerja tapi justru membuka lapangan kerja untuk banyak orang? kemana para enterpreneur pemberani yang siap sukses dan siap gagal? kemana mereka yang mampu melewati fase kerja keras menuju kerja cerdas dan akhirnya menjadi para pekerja ikhlas? hei!!! masa iya semua orang silau dengan profesi PNS? PNS kan pelayan,,, masa ga mau jadi bos sih? masa puas dengan penghasilan tetap?


Hanya orang-orang pemberani yang berani mengambil jalan berbeda dari yang lain, jalan para pendobrak yang siap dengan tantangan-tantangan yang lebih besar,,, orang-orang yang memilih jalan yang sulit bukan jalan yang "cari aman"


Kamukah si pemberani itu???